Showing posts with label al-quran. Show all posts
Showing posts with label al-quran. Show all posts

11 May 2014

KEUTAMAAN DUA AYAT TERAKHIR SURAH AL BAQARAH

Dua ayat terakhir (ayat ke-285 dan286) surah al-Baqarah adalah :

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Artinya : “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]’Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”

Dari Ibni Mas’ud Bersabda Junjungan kita Nabi Muhammad saw :
“Barang siapa yang membaca dua ayat terahir dari surah Al-Baqarah pada malam hari niscaya mencukupi keduanya akan dia.”

Pengertian  dari mencukupi keduanya bagi siapa yang membacanya ialah mencukupi kepadanya daripada melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada melakukan bacaan Al-Qur’an, ataupun keduanya dapat menolak kejahatan dan bencana syaitan atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk menambah kekuatan iqtikadnya, karana dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara ringkas.

Sabda Rasulullah saw: “Barang siapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada malam hari niscaya Allah taala akan menjaganya dari segala gangguan musuh dan syaitan.”

Sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah dengan dua ayat yang mana ianya adalah perbendaharaan Allah di bawah ‘Arasy, maka belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia kepada isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.”

KETERANGAN
Tentang Surat Al-Baqarah :
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah." (HR  Muslim)

Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw bersabda : "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)", Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Muslim)

KEUTAMAAN DUA AYAT TERAKHIR SURAH AL BAQARAH TERSEBUT :

1. Dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya keatas. Jibril berkata, ‘Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian turunlah malaikat dari langit’ Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini’. Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah. Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya)’.” (HR. Muslim).
2. Dari An-Nu’man bin Basyir ra.dari Nabi saw. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya Allah menurunkan dua ayat yang menutup surat Al Baqarah. Tidaklah kedua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah selama tiga hari, melainkan syetan tidak akan mampu mendekatinya.” (HR. Tirmidzi). Tirmidzi menilai hadits ini Hasan Di riwayatkan juga oleh An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim, tetapi redaksi Al Hakim adalah, “Dan tidaklah dua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah, melainkan syaitan tidak akan sanggup untuk mendekatinya selama tiga malam.” Menurut Al Hakim hadits ini Shahih, sesuai syarat Muslim.
3. Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada suatu malam, niscaya dua ayat itu akan mencukupinya.” (HR. Bukhari-Muslim). Maksud dari sabda beliau, “Niscaya dua ayat itu akan mencukupinya” adalah mencukupinya dari shalat malam di malam tersebut. Pendapat lain mengatakan: niscaya dua ayat itu menjadi penangkal dari syetan di malam itu. Ada juga pendapat lain yang mengatakan: dijaga dari segala bencana. Pendapat yang lainnya: dicukupkan dengan keutamaan dan pahala. Wallahu A’lam.
4. Diriwayatkan Dari Abu Mas’ud ra. dia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surat Al-Baqarah dalam satu malam, maka cukuplah dua ayat tersebut sebagai penyebab perlindungan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim).
3. Bersabda Nabi saw., “Barangsiapa membaca dua ayat akhir-akhir surat Al Baqarah pada malam hari, niscaya keduanya akan memelihara dia (dari bencana).” (HR. Abu Dawud).
4. Dari Abu Dzar ra. Berkata Nabi saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menutup surat Al Baqarah dengan dua ayat yang diberikan padaku dari pembendaharaan dibawah arsy, maka pelajarilah olehmu dan ajarkan pada isteri dan anak-anakmu, sebab ia sebagai shalat, dan bacaan serta do’a.” (HR. Al Hakim).
5. Dari Al-Rabik bin Abdullah Al Kala’iy, berkata, “Seorang lelaki berkata, Wahai Rasulullah saw. ayat manakah yang ada di dalam Al Qur’an yang paling agung?” Rasulullah saw. menjawab, “Ayat Kursi.” Lelaki itu bertanya lagi, “Ayat manakah di dalam Al Qur’an yang anda suka untuk anda dapatkan dan umat anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhir surat Al Baqarah, karena dia berasal dari gedung rahmat yang berada di bawah Arsy Allah swt. Dan dia mencakup semua kebaikan di dunia dan akhirat.” (HR.Darimi).
Top of Form

ASBABUN NUZUL :

1. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya,  Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian,  Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
2. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
TAFSIR  :
Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir dan ada yang munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya.

1. Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw dan orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar. 

Dengan ayat ini Allah swt  menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Al quran, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini benar Alquran itu. Pernyataan Allah swt  ini terlihat pada diri Rasulullah saw dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab.  Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw beliau menjawab : 

ألست تقرأ القرآن؟ قلت بلي قالت : فإن خلق نبي الله كان القرآن 
Artinya : Bukankah engkau selalu membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata: "Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran."  (HR Muslim) .

Seandainya Nabi Muhammad saw  tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian. Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan kepada mereka.  Dalam pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang kepercayaan, bukan seorang pendusta. 

Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt yang Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah swt. 

Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka. 
Firman Allah swt : 

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136(

Artinya : Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kamu dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Q.S Al Baqarah: 136) 

Dalam pada itu Allah swt menerangkan bahwa masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain. Suatu keutamaan yang dipunyai seorang rasul mungkin tidak dipunyai oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain itu mempunyai keutamaan pula. 
Berfirman Allah swt : 

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى

Artinya: Rasul-rasul itu kami lebihkan sebahagian (dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al Baqarah: 253) 

2. Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul Allah. Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai. Bahkan sebahagian dari para rasul itu semasa hidupnya mereka perolok-olokkan. 
Allah swt menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam yaitu apabila mereka mendengar sesuatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian, melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, karena mereka merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan ditaati. 

Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami kembali."  Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menghentikan segala larangan-Nya. 

Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar, memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan-kekurangan.

Sekalipun hati dan jiwa mereka telah berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan mmahaminya tetapi tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah, lupa dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian itu. 

Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka. Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan mereka: "Hanya kepada Engkaulah kami kembali."  Pernyataan ini mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.

3. Ayat ini menerangkan bahwa dalam mencapai tujuan hidup itu manusia diberi beban oleh Allah swt. sesuai kesanggupannya, mereka diberi pahala lebih dari yang telah diusahakannya dan mendapat siksa seimbang dengan kejahatan yang telah dilakukannya.  Dengan ayat ini Allah swt  mengatakan bahwa seseorang dbebani hanyalah sesuai dengan kesanggupannya. Agama Islam adalah agama yang tidak memberati manusia dengan beban yang berat dan sukar. Mudah, ringan dan tidak sempit adalah asas pokok dari agama Islam. 
Allah berfirman : 
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Artinya: 
....dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (Q.S Al Hajj: 78) 
Dan firman Allah swt.: 
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28)
Artinya: 
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An Nisa': 28) 
Dan firman-Nya pula : 
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Artinya: 
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.... (Q.S Al Baqarah: 185) 

Kemudian Allah swt menerangkan hasil beban yang telah dibebankan dan dilaksanakan oleh manusia, yaitu amal saleh yang dikerjakan mereka, maka balasannya akan diterima dan dirasakan oleh mereka berupa pahala dan surga. Sebaliknya perbuatan dosa yang dikerjakan oleh manusia, maka hukuman karena mengerjakan perbuatan itu akan dirasakan dan ditanggung pula oleh mereka, yaitu siksa dan azab di neraka. 
Ayat ini mendorong manusia agar mengerjakan perbuatan yang baik serta menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh agama.  Ayat ini memberi pengertian bahwa perbuatan baik itu adalah perbuatan yang mudah dikerjakan manusia karena sesuai dengan watak dan tabiatnya, sedang perbuatan yang jahat adalah perbuatan yang sukar dikerjakan manusia karena tidak sesuai dengan watak dan tabiatnya. 

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang suci dan telah tertanam dalam hatinya jiwa ketauhidan. Sekalipun manusia oleh Allah swt diberi persediaan untuk menjadi baik dan persediaan menjadi buruk, tetapi dengan adanya jiwa tauhid yang telah tertanam dalam hatinya sejak ia masih dalam rahim ibunya, maka tabiat ingin mengerjakan kebajikan itu lebih nyata dalam hati manusia dibanding dengan tabiat ingin mengerjakan kejahatan. 
Adanya keinginan yang tertanam pada diri seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik akan memberikan kemungkinan baginya untuk mendapat jalan yang mudah dalam mengerjakan pekerjaan itu apalagi bila ia berhasil dan dapat menikmati usahanya itu, maka dorongan dan semangat untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain semakin bertambah pada dirinya. 

Segala macam pekerjaan jahat adalah pekerjaan yang bertentang dan tidak sesuai dengan tabiat manusia. Mereka melakukan perbuatan jahat pada mulanya adalah karena terpaksa. Bila ia mengerjakan perbuatan jahat, maka timbullah pada dirinya semacam rasa takut, selalu khawatir akan diketahui oleh orang lain. Perasaan ini akan bertambah setiap melakukan kejahatan. Akhirnya timbullah rasa malas, rasa berdosa pada dirinya dan merasa dirinya dibenci oleh orang lain. 

Rasulullah saw  : 

البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس 

Artinya: Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah apa-apa yang tergores di dalam hatimu sedang engkau tidak suka orang lain mengetahuinya (HR Muslim) 

Kesukaran yang timbul akibat perbuatan jahat ini akan bertambah terasa oleh manusia bila ia telah mulai menerima hukuman langsung atau tidak langsung dari perbuatannya itu. 

4. Dari ayat ini juga dipahami pula bahwa seseorang tidak akan menerima keuntungan atau kerugian disebabkan perbuatan orang lain; mereka tidak akan diazab karena dosa orang lain. Mereka diazab hanyalah karena kejahatan yang mereka lakukan sendiri. 

Allah swt berfirman: 
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)
Artinya : (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S An Najm: 38-39) 

Termasuk usaha manusia ialah anaknya yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah yang dikeluarkannya dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang diajarkannya.Rasulullah saw: 
إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث : ولد صالح يدعو له أو صدقة جارية أوعلم ينتفع به 
Artinya : Apabila seseorang telah meninggal dunia, putuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal, yaitu anak yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariah, dan ilmu yang bermanfaat (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Setelah Allah swt menerangkan sifat orang-orang yang beriman dan menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu tidak membebani hamba dengan yang tidak sanggup mereka kerjakan, maka Allah swt. mengajarkan doa untuk selalu dimohonkan kepada-Nya agar diampuni dari segala dosa karena mengerjakan perbuatan terlarang disebabkan lupa atau tersalah. 

Allah swt mengajarkan doa kepada hamba-hamba-Nya bukanlah sekedar untuk dibaca dan diulang-ulang lafaznya saja, melainkan maksudnya ialah agar berdoa itu dibaca dengan tulus ikhlas dengan sepenuh hati dan jiwa, di samping melakukan segala perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, sesuai dengan kesanggupan hamba itu sendiri. 

Doa erat hubungannya dengan tindakan dan perbuatan. Tindakan dan perbuatan erat pula hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sebab itu orang yang berdoa belumlah dapat dikatakan berdoa, bila ia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan serta menjauhi larangan yang harus dihentikannya. Ia bertindak, berbuat dan beramal haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan itu. Ada amal yang sanggup dikerjakannya dan ada amal yang tidak sanggup dikerjakannya, ada amal yang dikerjakan dengan sempurna dan ada pula amal yang tidak dapat dikerjakan dengan sempurna. Untuk menyempurnakan kekurangan ini, maka Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-Nya. Dengan perkataan lain doa itu menyempurnakan amal yang tidak sanggup dikerjakan dengan sempurna. 

Dari doa yang diajarkan Allah swt itu dipahami bahwa pada hakekatnya perbuatan terlarang yang dikerjakan karena lupa atau tersalah ada juga hukumannya dan hukuman itu ditimpakan kepada pelakunya. Karena itu Allah swt. mengajarkan doa tersebut kepada hamba-Nya agar dia terhindar dari hukuman itu. 
Setelah Allah swt mengajarkan doa kepada hamba-Nya supaya ia mohonkan ampunan kepada Allah dari segala perbuatan yang dilakukannya karena lupa dan tersalah, maka Allah swt. mengajarkan doa yang lain untuk memohon agar ia tidak diberati beban yang berat sebagaimana yang telah dibebankan Allah swt  kepada orang-orang dahulu.

Misalnya kepada Bani Israil pernah dibebankan kewajiban untuk memotong bahagian pakaian yang kena najis, dan membayar zakat seperempat dari jumlah harta, dan sebagainya. Kemudian Allah juga mengajarkan doa untuk memohon kepada-Nya agar ia tidak diberati beban yang tidak sanggup dilaksanakannya. 
Doa ini merupakan kabar gembira dari Allah swt kepada Nabi saw dan orang yang mengikutinya, bahwa agama yang dibawa Nabi saw adalah agama yang mudah, tidak sempit, tidak sulit, bahkan memudahkan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 

Di antara doa orang-orang yang beriman ini ialah yang berbunyi sebagai berikut: "Ya Allah, hapuskanlah bekas-bekas kesalahan kami, baik yang telah diampuni maupun yang belum dan janganlah kami diazab karena dosa perbuatan yang telah kami kerjakan, janganlah kami disiksa karenanya, berilah kami taufik dan hidayah dalam segala perbuatan kami, sehingga kami dapat melaksanakan perintah-perintah Engkau dengan mudah." 

Pada akhir ayat ini Allah mengajarkan agar memanjatkan doa kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi orang-orang kafir. Pertolongan yang dimohonkan di sini ialah pertolongan agar mencapai kemenangan. Yang dimaksud kemenangan ialah kemenangan dunia dan akhirat, bukan semata-mata kemenangan dalam peperangan.

Keutamaan Dari Ayat Kursi


ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.

Artinya : Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS : Al-Baqarah : 255)


Ayat Kursi diturunkan pada suatu malam selepas Hijrah. Menurut riwayat, ketika ayat kursi diturunkan disertai dengan beribu-ribu malaikat sebagai penghantarnya, karana kebesaran dan kemuliaannya. Setan dan Iblis menjadi gempar karana adanya suatu alamat yang menjadi perintang dalam perjuangan nya. Rasulallah saw segera memerintah kepada penulis alQuran iaitu Zaid bin Thabit agar segera menulisnya dan menyebarkannya.

Terdapat  sembilan puluh lima buah hadis yang menjelaskan keutamaan  ayat kursi.  Sebabnya ayat ini disebut ayat kursi karana di dalam nya terdapat perkataan kursi, yang artinya tempat duduk yang megah lagi yang mempunyai martabat. Perlu di ingat yang di maksudkan dengan kursi  dsini bukanlah tempat duduk  Allah swt, tetapi adalah kursi itu syiar atas kebesaran, keluarbiasaan, keluasan kekuasaan Allah aza wajalla.

Khasiat Ayat Kursi:
  1. Barang siapa yang membaca ayat Kursi dengan istikamah setiap kali selesai shalat fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk kerumah atau kepasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, Insya Allah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (pemerintah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang yang membahayakan. Terpelihara dirinya dan keluarganya, anak-anak nya, hartanya, rumahnya dari pencurian, kebakaran dan tenggelam.
  2. Terdapat keterangan dalam kitab Assarul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan membaca ayat kursi, setiap kali membaca sebanyak 18 kali, inyaallah ia akan hidup berjiwa tauhid, dibukakan dada dengan berbagai hikmat, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang selalu segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan izin Allah swt.
  3. Salah seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah ra, membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari ada benteng pertahanan Rasulallah saw.
  4. Syeikh Abul ‘Abas alBunni menerangkan: “siapa saja yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka inysyaallah tuhan mencerdaskan akalnya dan memudahkan faham pada pelajaran yang dipelajari.
  5. Barang siapa yang membaca ayat Kursi selepas shalat  fardhu, Allah  akan mengampunkan dosanya. Siapa  saja yang membacanya ketika hendak tidur, terpelihara dari gangguan syaitan, dan siapa yang membacanya ketika ia marah, maka akan hilang rasa marahnya.
  6. Syeikh Imam Ibnu Abbas Ali Al Bunni  menerangkan:  barang siapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka Insya Allah, Allah akan memberi pertolongan dalam segala hal dan menunaikan segala hajatnya, dam melapangkan fikiranyan, diluluskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang dituntutnya.
  7. Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mewakilkan dua malaikat yang menjaga selama tidurnya sampai pagi.
  8. Abdurahman bin Auf menerangkan bahawa, ia apabila masuk kerumahnya dibaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya dan mengharapkan dengan itu menjadi penjaga dan pelindung syaitan.
  9. Syeikh Imam Ibnu Abbas Ali Buni menerangkan:  barang siapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga nisyarat nafas sambil membaca ayat Kuris. Kemudian ia masuk bersama jamaahnya kedalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau sebanayk 170 kali, Insy Allah dengan izinNyamusuh tidak akan melihatnya dan tidak akan membahyakanya.
  10. Barang siapa membaca ayat Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWT    mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
  11. Barang siapa membaca ayat Kursi di akhir tiap-tiap shalat fardhu, Allah SWT menganugerahkan dia setiap hati orang yang bersyukur, setiap perbuatan orang yang benar, pahala nabi, serta Allah melimpahkan rahmat padanya.
  12. Barang siapa membaca ayat Kursi di akhir sembahyang, Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.
  13. Barang siapa yang membaca ayat Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya.
  14. Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk, insya-Allah akan menyebabkan syaitan dan jin terbakar.
  15. Jika anda berpindah ke rumah baru/menempati rumah baru maka pada malam pertama anda berada dalam rumah itu sebaiknya anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin.
16.   Syeikul Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan bahwa;  barang siapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi  Allah, demi Rasul, demi alQuran yang mulia, Allah swt  akan membukakan baginya pandangan ruhani, tercapai yang dimaksud dan diberi pengaruh kepada manusia ( kitab Khawasul Qur’an)

Dalam Shahih Bukhari terdapat suatu kisah sebagai berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَرضى الله عنهقَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِصلى الله عليه وسلمبِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِصلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّصلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.
. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِصلى الله عليه وسلمإِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِصلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِصلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.
. فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِصلى الله عليه وسلم، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِصلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّصلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).
Dalam hadist lain juga di terangkan yaitu sebuah riwayat dari
Anas bin Malik ra berkata : "Rasulullah saw  bersabda : Apabila seseorang dari umatku membaca ayat Kursi 12 kali, kemudian dia berwudhu dan mengerjakan shalat Subuh, niscaya Allah akan menjaganya dari kejahatan syaitan dan darjatnya sama dengan orang yang membaca seluruh al-Qur'an sebanyak tiga kali, dan pada hari kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari semua penghuni dunia."

Berkata Anas bin Malik : "Ya Rasulullah, apakah hendak dibaca setiap hari?" Sabda Rasulullah saw, " Tidak, cukuplah membacanya pada setiap hari Jum'at." 


Dari Hasan bin Ali ia berkata telah bersabda Rasulullah saw : barang siapa yang membaca ayat kursi di akhir setiap solat fardhu maka dia berada dalam perlindungan Allah sehingga solat yang lain.

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda yang maksudnya : Di dalam surah al-Baqarah  ada satu ayat yang menjadi yang menjadi kepala kepada semua ayat-ayat al-Quran ,tidak dibaca ayat itu di dalam rumah yang ada syaitan di dalamnya melainkan ia keluar daripada rumah itu yaitu ayat Kursi.

Pada suatu hari Saidina Umar al-Khattab Ra keluar melihat orang -orang sedang duduk berkumpul, maka ia bertanya ,"Siapakah di antara kamu yang dapat menerangkan ayat apakah yang terbesar  dalam al-Quran?"Ibn Mas'ud menjawab ,"Anda telah mendapatkan orang yang mengetahuinya , saya telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : Ayat terbesar dalam al-Quran ialah (permulaan ayat kursi hingga akhir)"  (Hadis Diriwayat Marduyah)

Sabda Rasulullah saw bermaksud :"Bahwa ayat Kursi ini ialah penghulu ayat-ayat al-Quran dan barang siapa yang mengamalkannya maka  akan terpeliharaah ia daripada bala bencana dan daripada gangguan syaitan serta mendapat pahala yang besar" (HR Bukhari dan  Muslim)



kebanyakan dari umat terdahulu tidak mempercayai adanya rasul kecuali mereka bisa melihat mukjizat secara langsung, tetapi itu sendiri  tidak menjamin  mereka akan menyembah Allah dan meninggalkan kepercayaan mereka yang lama, bahkan sebagian mereka memfitnah dengan keji bahwasanya rasul tersebut telah melakukan tipu muslihat dengan sihir-sihir. Sekarang Kita sebagai umat Islam meyakini serta mempelajari, mengamalkan  apa apa  yang telah Allah dan Rasul perintahkan.  Janganlah kita menjadi seperti umat terdahulu yang lebih suka banyak bertanya dan hendak melihat bukti-bukti (mu’jizat) terlebih dahulu sebelum mereka beriman. 

Setiap apa yang di berikan Allah swt dan dianjurkan oleh Rasulullah saw kepada kita itu merupakan suatu kebaikan untuk diri kita sendiri. Begitu pula dengan Rasulullah saw menyuruh kita mengamalkan membaca ayat Kursi itu pasti ada tujuanya dan tujuanya pastinya untuk kebaikan, kebaikan untuk umatnya.  Keistimewaan  ayat kursi ini telah diterangkan dalam banyak hadis, dan telah banyak di buktikan kedahsyatanya oleh para auliya dan sholihin.


Bagi para kaum muslimin yang ingin mewiridkan ayat kursi ini alangkah lebih baiknya, memahami makna yang tersirat (Hakikat) dan makna yang tersurat (arti bahasa) dalam kandungan ayat kursi dengan sebaik-baiknya,  dengan kita mengerti apa yang kita baca/wiridkan maka akan timbulah rasa cinta, tunduk, keyakinan yang kuat akan kebesaran dan kekuasaan Allah, dengan demikian akan lebih mempercapat akan terkabulnya sebuah doa (keinginan).  

Membaca/mewiridkan ayat kursi, ataupun ayat-ayat, surat-surat  lainya dalam Al-quran itu bukan berarti  jika ayat atau surat selainya itu tidak mengandung keistimewaan dan khasiat, yang kenyataan bahwasanya surat dalam Al-qur’an yang di mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Annas yang kesemuanya berjumlah 114 surat semuaya itu adalah mu’jizat yang luar biasa anugrah dari Allah swt. Bahkan meskipun setan, jin, manusia saling bekerjasama untuk membuat satu ayat yang serupa dengan Al-qur’an mereka tidak pernah sanggup sampai kapan pun.

Al-quran adalah petunjuk hidup, jalan hidup untuk di pelajari, di amalkan dan di ajarkan, Al-quran di turunkan dalam bentuk bahasa arab, tapi bahasa arab yang sempurna yang mempunyai nilai sastra yang luar biasa yang melebihi syair-syair, puisi, raman dan prosa. Itu dari segi bahasa, oleh dari itu untuk bisa mempelajari bahasa Alquran dengan baik di butuhkan alat, dan alat itu berupa pengusaan bahasa arab yang baik yang di tujang ilmu nahwu dan balagah. Ilmu yang ada dalam  Al-quran tiada pernah akan ada habisnya dan tidak akan pernah habis sampai kapan pun.