Dua ayat terakhir (ayat ke-285 dan286) surah al-Baqarah
adalah :
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ
رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ لاَ يُكَلِّفُ
اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ
عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا
تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Artinya : “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan
kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara
seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka
mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya
Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]’Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir.[286]”
Dari Ibni Mas’ud Bersabda Junjungan kita
Nabi Muhammad saw :
“Barang siapa yang membaca dua ayat terahir
dari surah Al-Baqarah pada malam hari niscaya mencukupi keduanya akan dia.”
Pengertian
dari mencukupi keduanya bagi siapa yang membacanya ialah mencukupi
kepadanya daripada melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada melakukan
bacaan Al-Qur’an, ataupun keduanya dapat menolak kejahatan dan bencana syaitan
atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk menambah kekuatan iqtikadnya, karana
dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara ringkas.
Sabda Rasulullah saw: “Barang siapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada malam
hari niscaya Allah taala akan menjaganya dari segala gangguan musuh dan
syaitan.”
Sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah dengan dua
ayat yang mana ianya adalah perbendaharaan Allah di bawah ‘Arasy, maka
belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia kepada isteri-isteri kamu dan
anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.”
KETERANGAN
Tentang Surat Al-Baqarah :
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan,
sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al
Baqarah." (HR Muslim)
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata:
Rasulullah saw bersabda : "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat
manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab,
"Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)", Lalu beliau
menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai
Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Muslim)
KEUTAMAAN DUA AYAT
TERAKHIR SURAH AL BAQARAH TERSEBUT :
1. Dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata, “Pada
saat Jibril duduk bersama Nabi saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh
dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya keatas. Jibril
berkata, ‘Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka
dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian
turunlah malaikat dari langit’ Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun
ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini’.
Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Bergembiralah dengan dua
cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan
kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat Al Fatihah dan ayat-ayat
terakhir dari surat Al Baqarah. Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya
melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya)’.” (HR. Muslim).
2. Dari An-Nu’man bin Basyir ra.dari Nabi
saw. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab dua ribu tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya Allah menurunkan dua ayat
yang menutup surat Al Baqarah. Tidaklah kedua ayat tersebut dibaca dalam sebuah
rumah selama tiga hari, melainkan syetan tidak akan mampu mendekatinya.” (HR.
Tirmidzi). Tirmidzi menilai hadits ini Hasan Di riwayatkan juga oleh An-Nasa’i,
Ibnu Hibban dan Al Hakim, tetapi redaksi Al Hakim adalah, “Dan tidaklah dua
ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah, melainkan syaitan tidak akan sanggup
untuk mendekatinya selama tiga malam.” Menurut Al Hakim hadits ini Shahih,
sesuai syarat Muslim.
3. Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. Bahwa Nabi
saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah
pada suatu malam, niscaya dua ayat itu akan mencukupinya.” (HR.
Bukhari-Muslim). Maksud dari sabda beliau, “Niscaya dua ayat itu akan
mencukupinya” adalah mencukupinya dari shalat malam di malam tersebut. Pendapat
lain mengatakan: niscaya dua ayat itu menjadi penangkal dari syetan di malam
itu. Ada juga pendapat lain yang mengatakan: dijaga dari segala bencana.
Pendapat yang lainnya: dicukupkan dengan keutamaan dan pahala. Wallahu A’lam.
4. Diriwayatkan Dari Abu Mas’ud ra. dia
berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat di
akhir surat Al-Baqarah dalam satu malam, maka cukuplah dua ayat tersebut
sebagai penyebab perlindungan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim).
3. Bersabda Nabi saw., “Barangsiapa
membaca dua ayat akhir-akhir surat Al Baqarah pada malam hari, niscaya keduanya
akan memelihara dia (dari bencana).” (HR. Abu Dawud).
4. Dari Abu Dzar ra. Berkata Nabi saw.
Bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menutup surat Al Baqarah dengan dua ayat
yang diberikan padaku dari pembendaharaan dibawah arsy, maka pelajarilah olehmu
dan ajarkan pada isteri dan anak-anakmu, sebab ia sebagai shalat, dan bacaan
serta do’a.” (HR. Al Hakim).
5. Dari Al-Rabik bin Abdullah Al Kala’iy,
berkata, “Seorang lelaki berkata, Wahai Rasulullah saw. ayat manakah yang ada
di dalam Al Qur’an yang paling agung?” Rasulullah saw. menjawab, “Ayat Kursi.”
Lelaki itu bertanya lagi, “Ayat manakah di dalam Al Qur’an yang anda suka untuk
anda dapatkan dan umat anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhir surat Al
Baqarah, karena dia berasal dari gedung rahmat yang berada di bawah Arsy Allah
swt. Dan dia mencakup semua kebaikan di dunia dan akhirat.” (HR.Darimi).
ASBABUN NUZUL :
1. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan
lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya,
"Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam
dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S.
Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada
Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, Ayat
ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka
Rasulullah saw. bertanya, Apakah kalian
hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum
kalian, Kami dengar dan kami langgar?'
hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai
Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha
membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah
pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285)
Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak
membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah
286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
2. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan
lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya,
"Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam
dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S.
Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada
Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat
ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka
Rasulullah saw. bertanya, Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang
diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, Kami dengar dan kami langgar?'
hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai
Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha
membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah
pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285)
Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak
membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah
286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
TAFSIR :
Surah Al-Baqarah dimulai dengan
menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap
manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir dan ada yang
munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji,
pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya.
1. Ayat ini adalah sebagai ayat penutup
surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya
terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan
hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga
menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw dan orang-orang yang
beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum
yang benar.
Dengan ayat ini Allah swt menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah
saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Al quran,
mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini benar Alquran itu. Pernyataan
Allah swt ini terlihat pada diri
Rasulullah saw dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan
kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan
hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka
di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap
musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka
di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab. Sikap dan watak yang
demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran dan
ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jawaban
Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw beliau
menjawab :
ألست تقرأ القرآن؟ قلت بلي قالت : فإن خلق نبي الله كان القرآن
Artinya : Bukankah engkau selalu
membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata: "Maka
sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran." (HR Muslim) .
Seandainya Nabi Muhammad saw tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang
dibawanya dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian. Ia
akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan
kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama
dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi
dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah
purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap
meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan kepada mereka. Dalam
pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun
orang-orang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang
kepercayaan, bukan seorang pendusta.
Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin
akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk,
tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah
yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada
malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt
dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. Mengenai keadaan zat, sifat-sifat
dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt yang
Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah
swt.
Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin
terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul
Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit
maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau
sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan,
kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka.
Firman Allah swt :
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ
وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا
أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136(
Artinya : Katakanlah (hai orang-orang
mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kamu
dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara
mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Q.S Al Baqarah: 136)
Dalam pada itu Allah swt menerangkan bahwa
masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan dibandingkan dengan rasul-rasul
yang lain. Suatu keutamaan yang dipunyai seorang rasul mungkin tidak dipunyai
oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain itu mempunyai keutamaan pula.
Berfirman Allah swt :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى
Artinya: Rasul-rasul itu kami lebihkan sebahagian
(dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al Baqarah: 253)
2. Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat
Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul Allah. Ada yang mereka
percayai dan ada yang tidak mereka percayai. Bahkan sebahagian dari para rasul
itu semasa hidupnya mereka perolok-olokkan.
Allah swt menerangkan lagi sifat-sifat
lain yang dimiliki orang Islam yaitu apabila mereka mendengar sesuatu perintah
atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian, melaksanakan
perintah-perintah itu, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, karena mereka
merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang
wajib disembah dan ditaati.
Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai
sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah,
yaitu: "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami
kembali." Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah
sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt atas kesalahan-kesalahan yang
mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah agar selalu diberi-Nya
taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan
menghentikan segala larangan-Nya.
Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa
orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah
dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar, memahami
perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar bahwa mereka seorang
manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan-kekurangan.
Sekalipun hati dan jiwa mereka telah
berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan
mmahaminya tetapi tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai,
sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah
mengetahui bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah, lupa
dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun
dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan
yang demikian itu.
Pengaruh iman yang demikian tampak pada
tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka. Semuanya itu dijuruskan
dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan
mereka: "Hanya kepada Engkaulah kami kembali." Pernyataan ini
mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup
dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.
3. Ayat ini menerangkan bahwa dalam
mencapai tujuan hidup itu manusia diberi beban oleh Allah swt. sesuai
kesanggupannya, mereka diberi pahala lebih dari yang telah diusahakannya dan
mendapat siksa seimbang dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Dengan
ayat ini Allah swt mengatakan bahwa
seseorang dbebani hanyalah sesuai dengan kesanggupannya. Agama Islam adalah
agama yang tidak memberati manusia dengan beban yang berat dan sukar. Mudah,
ringan dan tidak sempit adalah asas pokok dari agama Islam.
Allah berfirman :
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Artinya:
....dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (Q.S Al Hajj: 78)
Dan firman Allah swt.:
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28)
Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An Nisa': 28)
Dan firman-Nya pula :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Artinya:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu.... (Q.S Al Baqarah: 185)
Kemudian Allah swt menerangkan hasil beban
yang telah dibebankan dan dilaksanakan oleh manusia, yaitu amal saleh yang
dikerjakan mereka, maka balasannya akan diterima dan dirasakan oleh mereka
berupa pahala dan surga. Sebaliknya perbuatan dosa yang dikerjakan oleh
manusia, maka hukuman karena mengerjakan perbuatan itu akan dirasakan dan
ditanggung pula oleh mereka, yaitu siksa dan azab di neraka.
Ayat ini mendorong manusia agar
mengerjakan perbuatan yang baik serta menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan oleh agama. Ayat ini memberi pengertian bahwa perbuatan baik
itu adalah perbuatan yang mudah dikerjakan manusia karena sesuai dengan watak
dan tabiatnya, sedang perbuatan yang jahat adalah perbuatan yang sukar
dikerjakan manusia karena tidak sesuai dengan watak dan tabiatnya.
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah
yang suci dan telah tertanam dalam hatinya jiwa ketauhidan. Sekalipun manusia
oleh Allah swt diberi persediaan untuk menjadi baik dan persediaan menjadi
buruk, tetapi dengan adanya jiwa tauhid yang telah tertanam dalam hatinya sejak
ia masih dalam rahim ibunya, maka tabiat ingin mengerjakan kebajikan itu lebih
nyata dalam hati manusia dibanding dengan tabiat ingin mengerjakan
kejahatan.
Adanya keinginan yang tertanam pada diri
seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik akan memberikan
kemungkinan baginya untuk mendapat jalan yang mudah dalam mengerjakan pekerjaan
itu apalagi bila ia berhasil dan dapat menikmati usahanya itu, maka dorongan
dan semangat untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain semakin bertambah pada
dirinya.
Segala macam pekerjaan jahat adalah
pekerjaan yang bertentang dan tidak sesuai dengan tabiat manusia. Mereka
melakukan perbuatan jahat pada mulanya adalah karena terpaksa. Bila ia
mengerjakan perbuatan jahat, maka timbullah pada dirinya semacam rasa takut,
selalu khawatir akan diketahui oleh orang lain. Perasaan ini akan bertambah
setiap melakukan kejahatan. Akhirnya timbullah rasa malas, rasa berdosa pada
dirinya dan merasa dirinya dibenci oleh orang lain.
Rasulullah saw :
البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس
Artinya: Kebaikan itu adalah budi pekerti yang
baik, dan dosa itu adalah apa-apa yang tergores di dalam hatimu sedang engkau
tidak suka orang lain mengetahuinya (HR Muslim)
Kesukaran yang timbul akibat perbuatan
jahat ini akan bertambah terasa oleh manusia bila ia telah mulai menerima
hukuman langsung atau tidak langsung dari perbuatannya itu.
4. Dari ayat ini juga dipahami pula bahwa
seseorang tidak akan menerima keuntungan atau kerugian disebabkan perbuatan
orang lain; mereka tidak akan diazab karena dosa orang lain. Mereka diazab
hanyalah karena kejahatan yang mereka lakukan sendiri.
Allah swt berfirman:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى (39)
Artinya : (Yaitu) bahwasanya seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S An Najm:
38-39)
Termasuk usaha manusia ialah anaknya yang
saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah yang dikeluarkannya dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat yang diajarkannya.Rasulullah saw:
إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث : ولد صالح يدعو
له أو صدقة جارية أوعلم ينتفع به
Artinya : Apabila seseorang telah
meninggal dunia, putuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal, yaitu anak yang
saleh yang mendoakannya, sedekah jariah, dan ilmu yang bermanfaat (HR
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Setelah Allah swt menerangkan sifat
orang-orang yang beriman dan menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya, yaitu tidak membebani hamba dengan yang tidak sanggup
mereka kerjakan, maka Allah swt. mengajarkan doa untuk selalu dimohonkan
kepada-Nya agar diampuni dari segala dosa karena mengerjakan perbuatan
terlarang disebabkan lupa atau tersalah.
Allah swt mengajarkan doa kepada
hamba-hamba-Nya bukanlah sekedar untuk dibaca dan diulang-ulang lafaznya saja,
melainkan maksudnya ialah agar berdoa itu dibaca dengan tulus ikhlas dengan
sepenuh hati dan jiwa, di samping melakukan segala perintah-Nya dan
menghentikan larangan-Nya, sesuai dengan kesanggupan hamba itu sendiri.
Doa erat hubungannya dengan tindakan dan
perbuatan. Tindakan dan perbuatan erat pula hubungannya dengan ilmu
pengetahuan. Sebab itu orang yang berdoa belumlah dapat dikatakan berdoa, bila
ia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan serta menjauhi
larangan yang harus dihentikannya. Ia bertindak, berbuat dan beramal haruslah
berdasarkan ilmu pengetahuan itu. Ada amal yang sanggup dikerjakannya dan ada
amal yang tidak sanggup dikerjakannya, ada amal yang dikerjakan dengan sempurna
dan ada pula amal yang tidak dapat dikerjakan dengan sempurna. Untuk
menyempurnakan kekurangan ini, maka Allah swt. mengajarkan doa kepada
hamba-Nya. Dengan perkataan lain doa itu menyempurnakan amal yang tidak sanggup
dikerjakan dengan sempurna.
Dari doa yang diajarkan Allah swt itu
dipahami bahwa pada hakekatnya perbuatan terlarang yang dikerjakan karena lupa
atau tersalah ada juga hukumannya dan hukuman itu ditimpakan kepada pelakunya.
Karena itu Allah swt. mengajarkan doa tersebut kepada hamba-Nya agar dia
terhindar dari hukuman itu.
Setelah Allah swt mengajarkan doa kepada
hamba-Nya supaya ia mohonkan ampunan kepada Allah dari segala perbuatan yang
dilakukannya karena lupa dan tersalah, maka Allah swt. mengajarkan doa yang
lain untuk memohon agar ia tidak diberati beban yang berat sebagaimana yang
telah dibebankan Allah swt kepada orang-orang
dahulu.
Misalnya kepada Bani Israil pernah
dibebankan kewajiban untuk memotong bahagian pakaian yang kena najis, dan
membayar zakat seperempat dari jumlah harta, dan sebagainya. Kemudian Allah
juga mengajarkan doa untuk memohon kepada-Nya agar ia tidak diberati beban yang
tidak sanggup dilaksanakannya.
Doa ini merupakan kabar gembira dari Allah
swt kepada Nabi saw dan orang yang mengikutinya, bahwa agama yang dibawa Nabi
saw adalah agama yang mudah, tidak sempit, tidak sulit, bahkan memudahkan bagi
manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Di antara doa orang-orang yang beriman ini
ialah yang berbunyi sebagai berikut: "Ya Allah, hapuskanlah bekas-bekas
kesalahan kami, baik yang telah diampuni maupun yang belum dan janganlah kami
diazab karena dosa perbuatan yang telah kami kerjakan, janganlah kami disiksa
karenanya, berilah kami taufik dan hidayah dalam segala perbuatan kami,
sehingga kami dapat melaksanakan perintah-perintah Engkau dengan mudah."
Pada akhir ayat ini Allah mengajarkan agar
memanjatkan doa kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi
orang-orang kafir. Pertolongan yang dimohonkan di sini ialah pertolongan agar
mencapai kemenangan. Yang dimaksud kemenangan ialah kemenangan dunia dan akhirat,
bukan semata-mata kemenangan dalam peperangan.
sangat bermanfaat!!! ijin mengamalkanya..
ReplyDelete