17 November 2014

Ajian Jalasutra Pembuka Pintu-Pintu Langit

Wahai Tuhanku, aku ini fakir di tengah-tengah kayaanku. Lalu bagaimana aku tidak fakir di tengah-tengah kemiskinanku?, aku ini bodoh di tengah-tengah pengetahuanku, lalu bagaimana aku tidak bodoh di tengah-tengah kedunguanku?

Wahai Tuhan, dari diriku berasal sesuatu yang memang sesuai dengan dengan kehinaanku, sedangkan dari diri-Mu berasal sesuatu yang memang sesuai dengan kemulian-Mu. Kalaupun toh ada kebaikan dalam diriku, itu karena anugrah-Mu dan Engkau memiliki kebajikan atasku.
Sementara jikalau tampak keburukan dalam diriku, itu karena keadilan-Mu dan Engkau memiliki hujjah atasku.

Wahai Tuhan, bagaimana Engkau akan membiarkanku sementara Engkau telah menjaminku!, bagaimana mungkin aku di dzalimi sementara Engkau menjadi penolongku!, dan bagaimana mungkin aku akan kecewa sementara Engkau selalu melindungiku.

Wahai Tuhan, inilah diriku sedang mendekatkan diri kepada-Mu dengan kefakiranku. Bagaimana aku akan mendekatkan diri lewat sesuatu yang tak mungkin sampai kepada-Mu. Bagaimana aku akan mengeluhkan keadaanku sementara Engkau Maha Mengetahui keadaanku. Akankah aku terjemahkan keluhanku ini lewat lisanku sementara itu berasal dari-Mu dan akan kembali pada-Mu.

Bagaimana mungkin aku akan menyesal sedangkan harapanku telah sampai kepada-Mu?, bagaimana keadaanku tidak menjadi baik sedangkan semuanya itu berasal dari-Mu dan hanya kembali kepada-Mu?

Wahai Tuhan, betapa Engkau sangat kasih kepadaku meskipun aku ini bodoh!, betapa Engkau sangat sayang kepadaku walaupun buruk perangaiku! Betapa dekatnya Engkau kepadaku dan betapa jauhnya aku dari-Mu!, betapa lembutnya Engkau kepadaku, lalu apa gerangan yang menghijabku dari-Mu?

Wahai Tuhan, setiap kali aku bisu karena celaku, kemurahan-Mu lah yang membuatku kembali bisa berbicara, setiap kali aku putus asa karena perangaiku, karunia-Mu lah yang membuatku kembali bisa berharap.

Wahai Tuhan, siapa yang kebaikanya adalah keburukan, bagaimana keburukanya tak berupa keburukan!, siapa yang kebenaranya sebatas pengakuan, bagaimana pengakuanya tak berupa pengakuan

Wahai Tuhan bagaimana aku akan bertekad sementara engkau yang  maha kuasa?, tetapi bagaimana aku tidak bertekad, sementara engkau yang memberi perintah

Kesibukanku pada dunia membuatku jauh dari-Mu, karena itu kumpulkan aku dengan Mu lewat pengabdian yang bisa mengantarku pada-Mu, bagaimana akan dijadikan petunjuk atas-Mu sesuatu yang keberadaanya sendiri membutuhkan-Mu?

Adakah selain-Mu yang tampak sehingga ia bisa menjadi petunjuk atas-Mu?,

Kapankah kiranya engkau tersembunyi sehingga di butuhkan petunjuk yang menerangkan keberadaan-Mu?,

Kapankah kiranya engkau jauh sehingga diperlukan sesuatu yang bisa mengantarkan pada-Mu?,

Wahai Tuhan, sungguh telah buta mata manusia yang tidak mampu melihat-Mu sebagai pengawasnya, dan sungguh rugi transaksi manusia yang tidak menjadikan cinta pada-Mu sebagai bagian darinya.


Wahai Tuhan, inilah kehinaanku tampak dihadapan-Mu, inilah keadaanku yang tak tersembunyi bagi-Mu. Kepada-Mu aku memohon agar bisa sampai, serta kepada-Mu pula aku meminta di tunjukkan jalan-Mu, tuntunlah aku menuju keharibaan-Mu lewat cahaya-Mu, dan tempatkan aku dihadapan-Mu lewat pengabdian yang tulus.

Sumber : kitab  “Miftah Al-Falah Wa Misbah Al-Arwah” oleh Ibnu Athoillah Asakandari : Maktabah al-Turats al-Islami, Mesir 2000

No comments:

Post a Comment