Merdeka.com – Tanggal 1 Desember selama ini diperingati sebagai hari ulang
tahun kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Polisi dan TNI pun
sibuk melakukan penyisiran di Papua untuk menangkap dan melarang warga yang
akan mengibarkan bendera OPM.
Tahun ini pun
polisi kembali melakukan pengamanan agar bendera kelompok separatis itu tidak
berkibar di bumi Papua.
"Secara
umum kondusif baik sebelum maupun setelah tanggal 1 Desember 2013," kata
Kabag Ops Polres Mimika Komisaris Polisi Arnolis Korwa, Senin (2/12).
Namun hal ini
berbeda ketika Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden. Gus Dur mempersilakan bendera
bintang kejora dikibarkan di Papua pada peringatan 1 Desember. Apa alasannya?
Gus Dur
menyebut bahwa bendera Bintang Kejora hanya sebuah umbul-umbul seperti yang ada
ketika pertandingan sepak bola. Gus Dur pun meminta TNI
tidak terlalu risau dengan pengibaran bendera tersebut.
Hal ini seperti
yang disampaikan Mubarok saat menghadiri acara 1000 hari meninggalnya Gus Dur .
Mubarok mendapatkan cerita ini dari mantan Menteri Kelautan Freedy Numberi yang
menyaksikan sendiri bagaimana Gus Dur mendamprat Wiranto gara-gara
bendera OPM tersebut.
Saat itu
Wiranto masih menjabat Menko Polkam dan melapor ke Pak Presiden Gus Dur terkait
pengibaran bendera OPM, Bintang Kejora.
"Bapak
Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran bendera Bintang Kejora,"
ujar Mubarok menirukan Wiranto saat melapor.
Mendengar
laporan tersebut, kemudian Gus Dur bertanya, "Apa masih ada bendera Merah
Putihnya?" tanya Gus Dur .
"Ada hanya
satu, tinggi," ujar Wiranto sigap.
Mendengar
jawaban itu, Gus Dur kemudian menjawab, "Ya sudah, anggap saja Bintang
Kejora itu umbul-umbul," ujar Gus Dur santai.
"Tapi
Bapak Presiden, ini sangat berbahaya," sergah Wiranto .
Gus Dur pun marah
dan segera mendamprat Wiranto , "Pikiran Bapak yang harus berubah, apa
susahnya menganggap Bintang Kejora sebagai umbul-umbul! Sepakbola saja banyak benderanya!" ucap Gus Dur .
Dalam sebuah
diskusi di Kantor PBNU pada Jumat (06/07/2007) Gus Dur yang sudah tidak lagi
jadi presiden, kembali menyebut alasannya memperbolehkan bendera Bintang Kejora
berkibar. Gus Dur menganggap bendera Bintang Kejora hanya bendera kultural
warga Papua.
"Bintang
kejora bendera kultural. Kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita
sendiri," kata Gus Dur kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya,
Jakarta, Jumat (6/7).
Gus Dur, yang
saat menjabat presiden mengabulkan permintaan masyarakat Irian Jaya (waktu itu)
untuk menggunakan sebutan Papua, justru menuding polisi dan TNI tidak berpikir
mendalam ketika melarang pengibaran bendera Bintang Kejora.
"Ketika
polisi melarang, tidak dipikir mendalam, (tim) sepak bola saja
punya bendera sendiri. Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar,"
katanya.
Menurut Franz Magnis Suseno , pemberian nama Papua pada Irian
Jaya dan pemberian izin pengibaran bendera Bintang Kejora bukan tanda Gus Dur
meremehkan terhadap Indonesia. Hal itu justru sebaliknya, Gus Dur mau membantu
orang-orang Papua untuk bisa menghayati Ke-Indonesiaan dari dalam.
"Gus Dur
percaya pada Orang Papua. Gus Dur tahu bahwa itulah cara untuk merebut hati
suatu masyarakat yang puluhan tahun merasa tersinggung, tidak dihormati, dan bahkan
dihina. Karena itu orang-orang Papua mencintai Gus Dur ," ujar Franz
Magnis dalam kata pengantar buku karangan Muhammad AS Hikam, berjudul : “Gus
Dur Ku, Gus Dur Anda dan Gus Dur Kita”.
No comments:
Post a Comment