20 January 2014

Shalat Suruq dan Beberapa Hal yang Terkait



Kali saya akan ketengahkan beberapa hal mengenai shalat suruq dan beberapa hal yang terkait, ada tiga hal yang menyebabkan saya untuk membahas tentang masalah ini: Pertama: Karena istilah shalat ini tidak populer. Kedua: Karena saya ingin kaum muslimin ketika mengerjakannya didasari dengan ilmu pengetahuan, dalil dan hujjah sehingga tidak sekedar ikut-ikutan. Ketiga: Agar kaum muslimin tidak mengerjakan ibadah yang dianggap berpahala padahal justeru mendapatkan dosa karena melakukannya diwaktu yang dilarang.
Shalat Syuruq ini tidak banyak dikenal dalam buku-buku Fiqih Klasik juga para Madzhab fiqih. Mereka tidak memasukkan shalat Syuruq ini bagian dari shalat-shalat sunnah. Karena mereka menganggap bahwa shalat ini bukan shalat yang mandiri tetapi mereka memasukkannya ke dalam shalat Dhuha, hanya saja karena dikerjakan selepas terbit Matahari maka disebut dengan shalat Syuruq. Dan jika shalat itu dikerjakan setelah itu, maka disebut dengan shalat Dhuha.
Namun bila kita ingin menjadikannya shalat secara mandiri maka shalat Syuruq adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah matahari terbit dengan ketinggian minimal satu tombak, yaitu habisnya waktu terlarang mengerjakan shalat.

Dalil Shalat Syuruq

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْجُمَحِىُّ الْبَصْرِىُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا أَبُو ظِلاَلٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ. قَالَ وَسَأَلْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَاعِيلَ عَنْ أَبِى ظِلاَلٍ فَقَالَ هُوَ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ. قَالَ مُحَمَّدٌ وَاسْمُهُ هِلاَلٌ.
Artinya:
(Tirmidzi berkata:) Telah berkata kepadaku Abdullah bin Muawiyah al-Jumahi, telah berkata kepadaku Abdul Aziz bin Muslim, telah berkata kepadaku Abu Zhilal dari Anas bin Malik, beliau berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: "Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjamaah kemudian duduk dan berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata: Rasulullah bersabda: " Sempurna, Sempurna, Sempurna". Abu Isa (Tirmidzi) berkata: Hadits ini adalah hadits hasan Gharib. Dia (Tirmidzi) juga bertanya: "Saya telah menanyakan kepada Muhammad bin Ismail tentang Abu Zhilal. Maka dia menjawab: Dia adalah Muqaribul Hadits, namanya adalah hilal.

Kajian Hadits:
1)      Hadits ini dengan redaksi demikian hanya dijumpai dalam Sunan Tirmidzi, tidak ada satupun kitab hadits yang meriwayatkan hadits tersebut dengan redaksi seperti ini.
2)      Hadits ini disebut oleh Imam Tirmidzi sebagai hadits Hasan Gharib. Dalam kitabnya, Imam Tirmidzi menyebut "Hasan Gharib" sebanyak 1240 kali. Hadits hasan menurut Imam Tirmidzi adalah: Setiap hadits yang diriwayatkan yang di dalamnya tidak ada sanad yang diduga berdusta, juga bukan termasuk hadits Syadz dan diriwayatkan tidak dari satu arah. Gharib artinya hadits ini jarang yang meriwayatkan. Jumhur ulama' mengatakan bahwa definisi Tirmidiz seperti itu sama dengan hasan li ghairihi yaitu hadits yang asalnya dhaif kemudian terangkat menjadi hasan karena ada hadits lain yang menguatkannya.
3)      Al-Bani juga mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan. Karena didukung dengan hadits yang lain. Ada sekitar 3 hadits yang senada dengan hadits di atas. Yaitu hadits Ibnu Umar, Aisyah, Abu Umamah.
4)      Ada kemajhulan dari segi sanad hadits ini, yaitu Abu Zhilal yang menggunakan nama panggilan bukan menggunakan nama asli. Namun hal itu sudah diklarifikasi ternyata dia adalah Hilal. Hadits ini disebut Gharib karena hanya Abu Zhilal yang meriwayatkannya dari Anas bin Malik. Abu Zhilal adalah Hilal bin Abu Hilal al-Qasmali. Ibnu Ma'in berkata: "Ia tidak apa-apa, dia dhaif tetapi tidak apa-apa." Abu Hatim  berkata: "Ia Dhaif haditsnya". Abu Daud tidak meridhoinya. Ya'qub bin Sufyan: "Ia lembut haditsnya". Nasai berkata: Ia Dhaif, tidak tsiqoh. Ibnu Hibban berkata: "Ia syaikh yang suka lupa dan perkataannya sama sekali tidak boleh dipakai hujjah."

Kajian Fiqih
Shalat Syuruq adalah shalat sunnah yang dikerjakan setelah matahari terbit setinggi satu tombak. Shalat ini sebagaimana saya katakan, adalah termasuk shalat dhuha sebagaimana dikatakan juga oleh para ulama', sehingga kita tidak menjumpai para ulama' fiqih memasukkan shalat ini dalam shalat sunnah secara mandiri (baca: shalat-shalat sunnah). Namun karena dikerjakan setelah syuruq (terbit) maka disebut dengan shalat syuruq dan jika dikerjakan setelah itu maka disebut sebagai shalat dhuha.
Jumlah Rakaatnya minimal dua rakaat dan maksimal delapan rakaat, ada juga yang berpendapat maksimal 12 rakaat. Tiap rakaat membaa Fatihah dan membaca ayat Al-Qur'an secara bebas, tidak ada bacaan surat khusus dalam shalat ini.
Karena termasuk shalat Dhuha, maka shalat syuruq ini harus dikerjakan setelah syuruq dan tidak boleh dikerjakan sebelum syuruq atau tepat saat syuruq karena shalat pada saat tersebut dilarang. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya dari Uqbah bin Amir ra, beliau berkata:

ثلاث ساعات كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ينهانا أن نصلي فيهن أو أن نقبر فيهن موتانا: حين تطلع الشمس بازغة حتى ترتفع، وحين يقوم قائم الظهيرة حتى تميل الشمس، وحين تضيف الشمس للغروب حتى تغرب.
Artinya:
Ada tiga waktu di mana Rasulullah melarang kami melakukan shalat di dalamnya, menguburkan orang mati yaitu ketika matahari terbit hingga tinggi, ketika orang berdiri tegak dengan bayangannya hingga bergeser dan ketika matahari akan terbenam hingga terbenam. (HR. Muslim, Daud, Tirmidzi, Nasa'I, Ad-Darimi, Baihaqi)
Dan ada beberapa riwayat hadits yang menjelaskan bahwa jarak tunggu matahari terbit sehingga keluar dari waktu yang dilarang adalah setinggi tombak di mata orang yang melihatnya. Sebagian ulama' mengkonversikanya dengan kira-kira "15 MENIT" dari terbitnya matahari (waktu Syuruq).
Dalil lain yang menguatkan kesunnahan shalat Syuruq adalah:

وعن أبي أمامة ؛ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من صلى صلاة الصبح في مسجد جماعة ، يثبت فيه حتى يصلي سبحة الضحى ، كان كأجر حاج أو معتمر ؛ تاماً حجته وعمرته". أخرجه الطبراني . وفي رواية :" من صلى صلاة الغداة في جماعة ، ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس…" أخرجها الطبراني.
Diriwayatkan dari Abu Umamah, beliau berkata: Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang shalat shubuh di Masjid dengan berjamaah, dia menetap di dalamnya hingga shalat sunnah dhuha, maka itu seperti pahala orang haji atau orang Umrah, sempurna haji dan umrahnya. (HR. Thabrani). Dalam riwayat lain dikatakan: "Barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah kemudian duduk, berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit ……. (Lanjutanya sama). (HR. Thabrani).
Hadits dengan redaksi ini juga hanya dijumpai dalam hadits riwayat Thabrani. Al-Mundziri mengatakan dalam kitab Targhibnya bahwa sebagaian perawi hadits ini diperselisihkan ketsiqahannya walaupun hadits ini juga ada beberapa riwayat yang memperkuatnya.
Hukum shalat syuruq sama dengan hukum shalat Dhuha yaitu sunnah. Hanya saja dikerjakan diwaktu yang lebih awal. Walaupun waktu dari shalat dhuha bukan berada diawal waktu tetapi ketika matahari sudah panas dan menyengat tubuh. Sebagaimana diriwayatkan dari Zaid bin Arqam ketika beliau melihat banyak orang melaksanakan shalat di waktu dhuha maka beliau berkata: "Para sahabat telah mengetahui bahwa shalat yang paling utama bukan pada waktu sekarang ini. Karena Rasulullah saw. bersabda:
صلاة الأوابين حين ترمض الفصال
"Shalat Awwabin (Dhuha) adalah ketika sendi-sendi tersengat matahari" (HR. Muslim).
Dan waktu shalat Dhuha berakhir ketika matahari sudah bergeser ke arah barat (Zawal) yaitu masuknya waktu dzuhur.
 BBERAPA PENJELASAN

1. Waktu syuruk iaitu 28mins selepas subuh ketika matahari baru naik ke langit, contoh waktu subuh dari 5.35pg ke 7.05pg 7.05pg + 28mins = 7.33pg. Oleh itu 7.05pg ke 7.33pg ialah waktu syuruk. Waktu ini adalah haram untuk melakukan sebarang solat kerana tanduk syaitan berada di antara matahari.

Rasulullah s.a.w. mengharamkan solat waktu ini juga kerana ia menyamai orang yang meyembah matahari. Jika kita terbangun dari tidur pada pukul 7 pagi dan ingin mengqadakan solat subuh, kita harus melepasi waktu syuruk ini.

2. Waktu zawal / istiwa / rembah iaitu waktu matahari berada tegak di atas kepala iaitu apabila berdiri tidak kelihatan bayangan kecuali di bawah kaki kita. Waktu inilah api neraka sedang bergeledak dan syaitan berkeliaran. Waktu ini panjangnya dalam 5 ke 10mins sebelum masuknya waktu zohor.

3. Waktu fadilat /afdal untuk bersolat ialah sepertiga waktu selepas azan iaitu 20mins selepas azan. Pahala yang besar diberikan pada orang-orang yang menghormati dan tidak melengahkan waktu solat, kecuali solat isyak, afdalnya ialah sepertiga malam iaitu sesudah azan hingga 22.30malam.
Sahih daripada Nabi SAW melarang bersembahyang pada 3 waktu, sebagaimana dalam hadis Uqbah bin Amir al-Juhaniy. iaitu apa yg anda sebut no (1) dan (2). Manakala no (3), tiada kaitan dgn waktu larangan.

Hadist tersebut ialah :
ثلاث ساعات كان رسول الله صلى الله عليه و سلم ينهانا أن نصلي فيهن أو أن نقبر فيهن موتانا حين تطلع الشمس بازغة حتى ترتفع وحين يقوم قائم الظهيرة حتى تميل الشمس وحين تضيف الشمس للغروب حتى تغرب
ertinya: Tiga waktu Nabi SAW melarang kami sembahyang dan mengebumikan mayat padanya;
-ketika terbit matahari, sehingga naik tinggi
-ketika matahari berada di kemuncak pertengahan, sehingga tergelincir
-ketika matahari mula terbenam, sehinggalah ia terbenam.
HR: Muslim (no: 831).
Manakala illah dilarang, disebut dalam hadis Amru bin Abasah r.a, dalam sahih Muslim (no: 832), ringkasannya ialah;
-waktu terbit matahari: kerana matahari terbit antara dua tanduk syaitan, dan org kafir sujud kepada matahari waktu itu.
-waktu tengahari: ketika itu api neraka begelegak.
-waktu terbenam matahari: ia terbenam antara dua tanduk syaitan, dan org kafir sujud kepadanya waktu itu.

Berkenaan kenyataan:  “Jika kita terbangun dari tidur pada pukul 7 pagi dan ingin mengqadakan solat subuh, kita harus melepasi waktu syuruk ini”,
Sebenarnya Qadha’ boleh dilakukan walaupun dalam waktu2 yg dilarang.
Kerana:

-Nabi memerintahkan qadha’ dilakukan dengan SEGERA, sebagaimana hadith: “Sesiapa lupa daripada satu sembahyang, hendaklah bersembahyang APABILA dia teringat”. Muslim (no: 680).
-Larangan solat pada waktu2 itu, ialah solat yg tiada sebab. Adapun solat bersebab spt qadha’, atau tahiyyat masjid, ia terkecuali.
(Majmuk 4/170).

-Ada hadis menyebut larangan sengaja memilih waktu tersebut, spt: hadis “Jangan mencari waktu untuk solat pada ketika terbit dan terbenam matahari”. HR Bukhari (no: 558).
Orang yg qadha’ solat tidak sengaja memilih waktu larangan.

Berkenaan kenyataannya:  “Waktu fadilat /afdal untuk bersolat ialah sepertiga waktu selepas azan iaitu 20mins selepas azan”;
Setakat ini, masih belum menemui petunjuk Nabi tentang had masa 1/3 jam (20 minit) antara azan dan iqamah. mungkin diistibat daripada beberapa hadis yg menyebut secara umum.
Antara yg disebut dalam hadis ialah:
Hadis Jabir: Sabda Nabi SAW: Wahai Bilal, Jadikan antara azan dan iqamah kamu sekadar orang yg sedang makan selesai makannya, org yg minum selesai minumnya, org yg qadha’ hajat selesai qadha’ hajatnya.

Manakala kenyataannya: “Pahala yang besar diberikan pada orang-orang yang menghormati dan tidak melengahkan waktu solat, kecuali solat isyak, afdalnya ialah sepertiga malam iaitu sesudah azan hingga 22.30malam”,
Zahir quran dan sunnah Nabi yg sahih menggalakkan solat di awal waktu.
Manakala waktu isya’ jika boleh dilakukan jemaah pada lewat malam, ia suatu yg baik, kerana sabit Nabi SAW pernah melewatkan solat Isya’ sehingga jemaah di masjid tertidur. Lalu Nabi bersabda: Inilah waktunya kalaulah tidak menyusahkan umatku. (Muslim no 638).
Tetapi, jika jemaah dilakukan pada awal waktu sebagaimana yg diamalkan hari ini, maka berjemaah pada awal waktu adalah lebih utama daripada mencari kelebihan lewat malam

KESIMPULAN
  1. Shalat Syuruq oleh para Ulama' dimasukkan dalam kategori Shalat Dhuha. Sehingga niatnya adalah shalat dhuha atau shalat sunnah mutlaq. Rasulullah hanya menyebutnya shalat dua rakaat. Jika masuk dalam kategori shalat Dhuha maka hukumnya adalah sunnah Muakkadah.
  2. Dalil dari shalat syuruq ini adalah hasan, sehingga bias dijadikan dalil apalagi dalam masalah Fadhail A'mal.
  3. Untuk mendapatkan pahala sebagaimana disebutkan dalam hadits yaitu mendapat pahala haji atau umrah maka ada beberapa syarat yaitu Shalat Shubuh Berjamaah, Tidak keluar dari Masjid hingga terbit matahari, melakukan dzikir seperti tilawah, baca ma'tsurat saat menunggu terbitnya matahari.
  4. Sunnah Shalat Syuruq adalah sunnah Qauliyyah, dan tidak ada riwayat bahwa Rasulullah melakukan hal itu secara perbuatan atau merutinkannya. Tetapi walau tidak ada riwayat, bukan berarti Rasulullah tidak pernah melakukannya.
  5. Agak sedikit aneh, jika keutamaan shalat syuruq yang begitu hebat ini ternyata tidak menjadi perhatian yang besar dalam kitab-kitab Fiqih atau hadits dari para Ulama'. Hal itu menunjukkan bahwa shalat ini tidak mandiri tetapi masuk dalam kategori shalat dhuha.
  6. Shalat syuruq ini dikerjakan diwaktu dhuha, tidak boleh dikerjakan sebelum terbit atau saat matahari terbit. Tetapi harus ditunggu + 15 Menit setelah Thulu' atau syuruq Matahari.
Demikian penjelasan singkat tentang shalat syuruq, semoga bisa menjadi dalil bagi untuk melaksanakannya. Wallahu A'lam.

 Oleh: Maftuh Asmuni, Lc

Catatn kecil : 

Mengenai msaslah shlat lima waktu, imsak, fajar, tulu, suruq, zawal ini, karena kita bukan ahli astromi/falak sebagai orang umum kita mungkin agak kesulitan untuk memperkirakan waktu, tapi teman teman tidak perlu khawatir sekarang sudah bayank kalender sudah mencantumkan jadwal wktu shalat lengkap imsak, fajar, tulu, suruq, zawal dll,. Ini bisa dijadikan sebagai rujukan kita sehari hari sebagai patokan dalam beribadah.

Thulu’/syuruq₁* Artinya : manakala piringan atas suatu benda langit bersinggungan dengan ufuk mar’i sebelah timur, dengan pengertian ini, matahari atau bulan di katakan terbit apabila jarak zenitnya sama dengan 90⁰ (derajat) – paralaks + reflaksi + semi diameter + dip.

Dluha (Waktu Shalat Dluha)₂* Artinya : tenggang waktu yang di mulai sekitar 15 menit setelah matahari terbit sampai menjelang matahari berkuminasi atas. Ketinggian matahari pada awal waktu dluha adalah 30⁰ (derajat) 30 menit di atas ufuk sebelah timur.

 


Oleh: Maftuh Asmuni, Lc

No comments:

Post a Comment