Tentang Iman
Kata iman berasal dari bahasa arab, yang merupakan masdar dari madli Amana,
Yu’minu, Imanan, yang artinya percaya. Sedangkan menurut hadits pokok
yang telah kami paparkan diatas, iman adalah percaya (adanya) Allah swt., para
malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya
serta percaya pada hari berbangkit dari kubur.
Pada redaksi lain juga disebutkan, yakni hadits yang diriwayatkan oleh
bukhori muslim, selain yang telah disebutkan pada hadits pokok diatas, ada tambahan
mengenai obyek iman, yaitu beriman adanya qodlo dan qodar, baik maupun
buruk. Wal hashil, dari sinilah para ulama’ menyimpulkan bahwa rukun iman
ada enam, yang mana setiap mu’min wajib mempercayainya untuk menyandang
sebuah titel mu’minnya. Yakni :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada rusul Allah
4. Iman kepada kitab-kitab Alla
5. Iman kepada hari akhir (kiamat)
6. Iman kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun
buruk keberadaannya.
Banyak sekali hadits yang memuat tentang iman, yang tak mungkin kami
sajikan disini, maka kami hanya mengambil sebagian saja, diantaranya :
حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا أبو عامر العقدي قال
حدثنا سليمان بن بلال عن عبد الله بن دينار عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه
عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( الإيمان بضع وستون شعبة والحياء شعبة
من الإيمان )
Artinya :
Abdulloh bin Muhammad telah bercerita kepada kita,
seraya berkata; Abu Amir al Aqdi bercerita kepada kita seraya berkata ;
sulaiman bin bilal telah bercerita kepada kita dari abdulloh bin dinar dari abu
sholih dari abu hurairoh ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “iman
terdiri dari 70 lebih sekian cabang, sedangkan malu termasuk salah satu cabang
darinya”.
Hadits pertama ini, memberi aba aba bahwa iman itu banyak sekali cabangnya.
Ada lebih dari 70 cabang iman, diantaranya adalah malu. Walau malu kelihatanyya
sepele, tapi ternyata banyak sekali yang tidak bisa melakukannya,
tercermin dalam kehidupan keseharian yang terjadi diantara kita. Lebih-lebih
malu pada sang kuasa. Karena bila seseorang masih punya malu pada sang
pencipta, niscaya tidak akan berani maksiat pada-Nya, apalagi berani
meninggalkan perintah. Inilah urgensi tentang malu, banyak yang tahu, tapi tak
sedikit yang tak mau tahu, dalam arti tidak mengindahkannya.
حدثنا يعقوب بن إبراهيم قال حدثنا ابن علية عن عبد
العزيز بن صهيب عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم ( ح ) . وحدثنا آدم قال حدثنا
شعبة عن قتادة عن أنس قال قال النبي صلى الله عليه و سلم : ( لا يؤمن أحدكم
حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين )
Artinya :
Ya’kub bin ibrahim teah bercerita kepada kita, beliau
berkata ; ibnu ulaiyah bercerita kepada kita, dari abdul aziz bin zuhaib dari
anas dari nabi saw., Adam juga bercerita kepada kita, beliau berkata ; telah
bercerita kepada kita syu’bah, dari qotadah dari sahabat anas, beliau berkata ;
nabi saw. Bersabda : “ tidak (sempurna) iman diantara kamu sehingga aku lebih
dicintai baginya melebihi orang tuanya, anaknya, dan manusia sekalian”.
Hadits ini menjelaskan tentang urgensi cinta terhadap nabi, karena termasuk
ciri ciri iman seseorang sempurna bila mana dia lebih mencintai nabinya
melebihi cintanya terhadap selain tuhan dan nabinya. Bila kita tarik mafhum
dari hadits ini, kama orang tidak bisa dikatakan mempunyi iman sempurna sebelum
dia mencintai nabinya melebihi segala-galanya.
حدثنا مسدد قال حدثنا يحيى عن شعبة عن قتادة عن أنس رضي
الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم وعن حسين المعلم قال عن النبي صلى الله
عليه و سلم قال : ( لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه )
Artinya:
Musaddad telah
menceritakan kepada kita, dia berkata ; telah bercerita kepada kita yahya, dari
syu’bah dari qotadah dari annas dari nabi saw. Dan dari husain al Mualim, dia
berkata : dari nabi saw. Beliau bersabda : “tidak dikatakan (sempurna) iman
seorang diantara kalian sehingga mencintai saudara (muslim) nya sebagaimana
kecintaannya kepada dirinya”.
Sedang hadits yang satu ini, menyinggung tentang kecintaan seseorang
terhadap saudara muslinya, maka tidak dikatakan sempurna iman seseorng mana kala
orang tersebut belum bisa mencintai saudara muslimnya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri.
حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال
حدثنا أيوب عن أبي قلابة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ثلاث من كن
فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا
يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار )
Artinya:
Muhammad bin mutsanna telah berkata ; telah bercerita
kepada kita abdul wahab as tsaqofi, telah bercerita kepada kita Ayyub
dari abi qolabah d ari annas dari nabi saw. Beliau bersabda : “tiga perkara
bila mana terdapat diri seseorang akan merasakan manisnya iman : yaitu bila
Allah dan rasulnya lebih ia cinta daripada selain keduanya, dan hendaknya ia
mencintai orang yang tidak cinta kepadanya kecuali karena Allah semata, dan ia
enggan / benci untuk kem bali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila di
masukkan ke neraka”.
Terakhir, dibahas pada hadits ini tentang bagaimana seseorang dapat
merasakan manisnya iman, yakni dengan mencintai Allah dan rasulnya melebihi
segalanya, mencintai seseorang yang mencintainya hanya karena Allah
semata, serta hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia
benci bila dimasukan ke neraka.
Tentang Islam
Sebagaimana telah maklum, islam berasal dari bahasa arab juga, dari madli
Aslama yuslimu islaman, yang berarti selamat. Sedangkan menurut hadits
pokok diatas, islam diartikan sebagai Islam ialah menyembah kepada Allah dan
tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat
yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.
Dilain redaksi, ada yang mencantumkan perihal haji, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rukun iman berjumlah lima, yaitu :
1.
Syahadat.
2.
Sholat.
3.
Zakat
4.
Puasa.
5.
Dan haji
Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi :
حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان
عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال
:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا
الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )
Artinya:
Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia
berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari
ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam
dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat,
memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Islam merupakan agama terakhir dari syariat yang telah dirurunkan oleh
Allah kepada rasul sekaligus nabinya yang terakhir pula. Disini, eksistensi
islam sebagai agama yang paling benar telah tak diragukan lagi adanya. Banyak
kaum orientalis yang berusaha menyerang islam, dengan mempelajari islam itu
sendiri, dengan tujuan mencari celah untuk meruntuhkan islam melalui
kekurangan-kekurangan yang ada dalam islam, tapi apa yang terjadi, banyak
diantara mereka yang malah berbalik kiblat kemudian masuk islam tanpa ragu.
Karena islam merupakan agama yang sempurna, sekaligus sebagai penyempurna dari
agama-agama masawi yang terdahulu. Allah berfiman :
إِنَّ الدّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسلٰمُ ۗ
وَمَا اختَلَفَ الَّذينَ أوتُوا الكِتٰبَ إِلّا مِن بَعدِ ما جاءَهُمُ العِلمُ
بَغيًا بَينَهُم ۗ وَمَن يَكفُر بِـٔايٰتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَريعُ
الحِسابِ
Artinya :
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[4]kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.[5]
Tentang Ihsan
kata ihsan, lahir dari madli ahsana yuhsinu ihsanan, yaitu bahasa arab yang
berarti bebuat baik, atau memperbaiki. Sedangkan bila memandang dri hadits
pokok diatas, ihsan diartikan sebagai menyembah Allah seakan akan kita
melihat-Nya, atau setidaknya kita merasa selalu diawasi oleh Allah.
Disini terdapat indikasi lebih mengenai ihsan dibanding dengan yang lain.
Karena ihsan sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang lebih baik,
yang lebih afdol, dan bernilai lebih sehingga seseorang tidak hanya
berorientasi untuk menggugurkan kewajiban dalah beribadah, melainkan justru
berusaha bagaimana amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah.
SWT. Karena dia akan merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul
dihatinya tuntutan untuk selalu meng upgrade amal perbuatannya dari yang kurang
baik menjadi yang baik, dari yang sudah baik, terus berusaha untuk yang
lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.
Sebagai contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup dengn melakukan
syarat dan rukun sholat saja, tanpa hartus khusu’ maupun khudu’. Orang
itu sudah tidak dituntut lagi kelak karena dia sudah melakukan kewajibannya
walaupun hanya sebatas menggugurkan kewajiban belaka. Beda dengan orang yang
muhsin (ihsan), maka dia akan melakukan sholat tersebut dengan sesempurna
mungkin, dia tidak hanya memperhatikan syarat dan rukun saja, melainkan adab
dalam sholat, kekhusyu’an, khudu’, dan hal-hal yang dapat menghalangi sampainya
ibadah tersebut sampai kepada hadroh sang kholiq.
Hubungan antara Iman, Islam,
dan Ihsan
Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas
hubungan timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan
awal, bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah,
sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman
seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam
realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak
dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak
tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan
kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal,
kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati.
Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun
beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila
seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan
berdampak juga pada tipisnya iman.
Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :
قال علي كرم الله وجهه إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا
عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء
فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
Artinya :
Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu
terlihat seperti sinar yang putih, apabila seorang hamba melakukan
kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati
(berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila
seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan
bertambah hingga hitamlah (warna) hati. [6]
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah
tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik
perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini
bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya.
Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan
berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba,
budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk
mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.
[4] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang
diturunkan sebelum Al Quran.
Wa Allahu A’lam bi shawab
No comments:
Post a Comment