03 December 2013

Wong Fei Hung atau Faisal Hussein Wong adalah Pendekar Muslim China

Pasti kalian kaget baca artikel ini. Saya tidak berusaha mengklaim sang legenda kung fu China ini sebagai seorang Muslim China. Tidak ada guna jika saya asal nulis tanpa alasan atau dasar yang jelas. Bukti menunjukkan, ia seorang Muslim. Namun perjalanan sejarah kemudian mengaburkan identitas keislaman seorang Wong yang melegenda ini (atau paling tepatnya sengaja dikaburkan).
Nama Wong Fei Hung begitu lekat pada diri Jet Li, sang aktor hebat yang berperan sebagai kakak Wong dalam film Once Upon A Time in ChinaSebelum saya teruskan tentang Wong Fei Hung, baiklah kita tinjau sebuah sejarah Islam di nusantara ini yang sengaja dibelokkan. Sisingamangaraja XII sebagai Maharaja di negri Toba, banyak yang mempertentangkan apa sebenarnya agama beliau sehingga menjadi sangat kabur identitas keagamaan. Ntah siapa yang memulai hingga hal tersebut menjadi kabur, apakah penjajah Belanda atau pihak lain. Namun yang pasti, berdasarkan berbagai bukti dan riset, disebutkan bahwa Sisingamangaraja adalah seorang Muslim.
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa hal, seperti: bendera Sisingamangaraja XII yang berwarna merah dan putih berlambang pedang kembar, bulan dan bintang, mirip dengan bendera Arab Saudi sekarang. Begitu pula stempel kerajaan Sang Sisingamangaraja yang mempunyai 12 gerigi pinggiran juga menggunakan tarikh Hijriah dan huruf Arab. Huruf Arab itu bertuliskan bahasa Batak yang berbunyi, “Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304”.
Alangkah tidak mungkin nya jika sebuah kerajaan menggunakan berbagai simbol Islam namun bukan kerajaan yang dipimpin orang Islam. Bahkan diperkuat sejumlah berita dalam surat kabar Belanda waktu itu yang mengabarkan bahwa Sisingamangaraja memang memeluk agama Islam.
Keislaman Sisingamangaraja hanya segelintir sejarah Islam yang diubah di bumi Nusantara ini. Fakta lain tentang pembelokan sejarah Islam di Indonesia tentang Kerajaan Majapahit. Apa hubungan nya dengan keislamannya Wong Fei Hung? Sama, identitas kemusliman Wong memang sengaja dibelokkan. Hal tersebut dilakukan untuk kepentingan politik komunis China kala itu. Baiklah, kembali kita bahas tentang Wong Fei Hung. Data artikel ini berdasarkan tulisan dari Khalil Idham Lim, seorang tokoh Muslim China di Malaysia.
Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong)
Wong Feihung atau Hwang Fei-hong (hanzi tradisional: 黃飛鴻; hanzi sederhana: 飞鸿; pinyin: Huáng Fēihóng; Cantonese: Wòhng Fēihùhng), lahir 09 Juli 1847 adalah seorang praktisi ilmu bela diri Hung Ga, guru besar, tabib tradisional Cina dan juga revolusioner yang kemudian menjadi pahlawan rakyat Cina.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah tabib, serta ahli beladiri Tiongkok (wushu dan kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Kanton (ibukota Guangdong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ahli beladiri yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwangtung. Posisi Macan Kwangtung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab- kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong. Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu dan kung fu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong).
Sebutan nama Fei ini juga merujuk kepada orang-orang Cina muslim di Malaysia dahulu kala, yakni kelompok/ keluarga Hai San di Perak – Malaysia.
Wong Kay-Ying, ayah Wong Fei Hung, merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi.Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan dari Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung. Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar ongkos pengobatan. meski demikian keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pandang bulu tanpa mempedulikan suku, ras, agama. Semua dibantu tanpa pilih kasih.
Di sisi lain, secara rahasia keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Chin yang dikenal sebagai penindas rakyat. Dinasti Chin ialah Dinasti yang merobohkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya dengan berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarnya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Wong Fei Hung berhasil melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang menjadi lagenda.
Dasar-dasar jurus Hung Gar kemudian dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang berhasil selamat dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Chin pada 1734. Hung Hei-Kwun ini juga pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Chin yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea).
Jika saja pemerintah Chin saat itu tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Chin.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun. Maka Wong Fei Hung kemudian menjelma menjadi ahli pengobatan (tabib) dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih hebat lagi dari pada sang ayah. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata.
Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana ia seorang diri hanya dengan memakai tongkat berhasil menewaskan lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton. Para begundal tersebut mengeroyok Wong Fei Hung karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah SWT banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton . Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri – istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya meninggal, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.
Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka.
Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah SWT
kepada seorang muslim selain mati syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita semua, terutama generasi muda muslim yang hidup setelahnya. Amiin Ya Rabbalalamien.


No comments:

Post a Comment