Suatu ketika KH Hasyim Asya’ari
silaturrahim ke sahabat-sahabatnya di Kajen Pati Jawa Tengah. Antara lain Kyai
Thohir, KH Salam, dan lainya.
Silaturrahim ke Kyai Salam diantar
oleh Kyai Thohir. Didapatinya Kyai Salam tengah mengajar anak-anak kecil yang masih
belajar membaca Al-Quran. Kyai Hasyim bersembunyi untuk beberapa saat, menunggu
sampai mengajinya selesai. Barulah kemudian muncul dan bercengkerama dengan
Kyai Salam.
Usai silaturrahim ke Kyai
Salam, tampak wajah Kyai Hasyim sedih. Seperti ada duka mendalam tampak di
wajahnya.
"Kyai, ada apa gerangan?
Kenapa jenengan (Anda) bersedih?" Tanya Kyai Thohir.
"Bagaimana tidak sedih. Saya
melihat Kyai Salam beliau begitu istiqomah mengajar anak-anak kecil."
"Lalu?"
"Saya rindu mengajar
anak-anak kecil seperti Kyai Salam."Jawab Kyai Hasyim.
Tentu
saja Kyai Thohir keheranan. Seorang Kyai besar seperti Kyai Hasyim Asy’ari, Raisul Akbar NU yang memiliki gelar Hadratus Syaikh (Maha Guru yang Mulia), yang murid-muridnya adalah para Wali
dan menjadi Ulama-Ulama besar, yang menurut catatan sejarah bahwasanya pada
tahun 1942 tercatat ada sekitar 25.000 (dua puluh lima ribu) ulama dan kyai
pernah belajar kepada beliau. Dan beliau masih rindu mengajar anak-anak kecil.
Konon mengajar anak-anak kecil memiliki keutamaan yang sungguh besar.