Diawal tahun 80an, seorang santri Lirboyo Kediri yang telah tamat
mondoknya, sowan kepada kyai Mahrus Ali untuk pamitan sekaligus mohon saran
selain mengaji, apa yang harus dilakukan. Kyai Mahrus Ali memberi saran, selain
mengaji, santri tersebut disarankan agar menjual bambu.
Sampai dirumah, selain mengaji, santri tersebut juga menjual bambu
dan Alhamdulillah, hasil menjual bambu sangat melimpah sehingga bisa
berangkat haji. Beberapa waktu kemudian, usaha bambunya surut sehingga harus
ditinggalkan dan beralih jual beli mobil dan rental yang pada masa itu belum
banyak dilakukan orang. Sempat besar dan laris, tiba-tiba dalam waktu singkat
usaha rental dan jual beli mobilnya kolaps.
Ditengah kegundahannya, santri sowan kepada Kyai
Mahrus dan menceritakan kondisinya. Akhirnya kepada sang santri, Kyai Mahrus
dawuh "Lha wong kowe tak omongi dodol pring, kok mbok tinggal ganti
dodol mobil. Masalah dodolan sepi iku wes biasa" (yaitu kamu sudah tak
bilangi untuk jualan bambu tetapi tinggal, berganti jualan mobil. Masalah
jualan itu sepi (lesu) adalah hal yang biasa).
Sama seperti yang didawuhkan Kyai Adlan Ali Cukir "Wong
Islam kudu sugeh lan duwe usaha seng akeh. Umpomo sijine macet seng liyane jek
iso mlaku. Tapi ojo sampek ngganggu ibadah marang Gusti Allah". (orang
Islam itu harus kaya, juga harus punya usaha (bisnis) yang banyak, seumpama ada
salah satu bidang usahanya ada yang macet masih ada bisnis lainya yang masih
berjalan. Tetapi jangan sampai (bisnis/usaha/pekerjaan) mengganggu ibadah kita
kepada Allah SWT).
Wallahu A'lam Bis Shawab.
Sumber : oleh Agus M Zaki (Cucu Hadratus Syaikh Muhammad
Hasyim Asy’ ari) https://www.facebook.com/zaki.tebuireng