03 June 2016

Kisah Teladan KH Mahrus Ali Lirboyo Kediri

Diawal tahun 80an, seorang santri Lirboyo Kediri yang telah tamat mondoknya, sowan kepada kyai Mahrus Ali untuk pamitan sekaligus mohon saran selain mengaji, apa yang harus dilakukan. Kyai Mahrus Ali memberi saran, selain mengaji, santri tersebut disarankan agar menjual bambu.

Sampai dirumah, selain mengaji, santri tersebut juga menjual bambu dan Alhamdulillah, hasil menjual bambu sangat melimpah sehingga bisa berangkat haji. Beberapa waktu kemudian, usaha bambunya surut sehingga harus ditinggalkan dan beralih jual beli mobil dan rental yang pada masa itu belum banyak dilakukan orang. Sempat besar dan laris, tiba-tiba dalam waktu singkat usaha rental dan jual beli mobilnya kolaps.

Ditengah kegundahannya, santri sowan kepada Kyai Mahrus dan menceritakan kondisinya. Akhirnya kepada sang santri, Kyai Mahrus dawuh "Lha wong kowe tak omongi dodol pring, kok mbok tinggal ganti dodol mobil. Masalah dodolan sepi iku wes biasa" (yaitu kamu sudah tak bilangi untuk jualan bambu tetapi tinggal, berganti jualan mobil. Masalah jualan itu sepi (lesu) adalah hal yang biasa).


Sama seperti yang didawuhkan Kyai Adlan Ali Cukir "Wong Islam kudu sugeh lan duwe usaha seng akeh. Umpomo sijine macet seng liyane jek iso mlaku. Tapi ojo sampek ngganggu ibadah marang Gusti Allah". (orang Islam itu harus kaya, juga harus punya usaha (bisnis) yang banyak, seumpama ada salah satu bidang usahanya ada yang macet masih ada bisnis lainya yang masih berjalan. Tetapi jangan sampai (bisnis/usaha/pekerjaan) mengganggu ibadah kita kepada Allah SWT).

Wallahu A'lam Bis Shawab.

Sumber :  oleh Agus M Zaki (Cucu Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ ari)  https://www.facebook.com/zaki.tebuireng