31 May 2014

Aku Telah Mati Ribuan Kali

Meski aku terbakar habis, namun aku tetap tertawa
karena abuku masih tetap hidup !
Aku telah mati ribuan kali
namun abuku selalu menari dan lahir kembali dengan ribuan wajah baru
Karena Cinta segalanya menjadi ada
Dan hanya karena Cinta pula, maka ketiadaan nampak sebagai keberadaan
Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan pikiranku
Ketika matahari terbit, maka semua bayang-bayang lenyap
Aku berlari mendahului bayang-bayang tubuhku yang lenyap saat aku berlari
Namun, cahaya matahari itu berlari mendahuluiku dan memburuku,
hingga aku pun terjatuh dan bersujud pasrah ditelan samudera kilau-Nya yang mempesona
(By : Maulana Jalaluddin Rumi).

Rumi – nama lengkapnya, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang ditulis oleh Rumi.

Rumi adalah satu pribadi di antara sedikit pribadi di bumi yang memiliki kesadaran universal – selain Ramakrishna, Aurobindo, dan Kabir – yang dihasilkan oleh agama, dan telah mewarnai kehidupan serta peradaban manusia dengan kemuliaan cinta. Maka, pada saat ini, ketika kita membutuhkan suatu inspirasi untuk mencintai dunia yang tengah terancam kehancuran, ketika kita sudah melupakan identitas Keilahian, kebahagiaan, serta tanggung jawab kemanusiaan kita, Rumi hadir sebagai seorang pemandu dan seorang saksi atas kemuliaan Tuhan serta keagungan jiwa manusia. Rumi hadir membawa esensi agama yaitu cinta yang universal. Bagi Rumi, cinta melebihi semua dogma agama, cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan, cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Keilahian.


Agama Cinta – Jallaludin rumi dan Rabiah Al-Adawiyah Islamnya beliau ini adalah Islam yang penuh cinta, karena beliau faham betul makna (Islam rahmatal lil a’lamien), yang artinya Islam adalah agama yang penuh kasih sayang (cinta) untuk alam semesta. Dalam tataran ilmu ma’rifat dan tarekat  di jelaskan bahwa tingkatan tertinggi dari pencapain ilmu ma’rifat ketika sorang sufi masuk ke alam mahabbah (cinta), cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah beliau tidak terbakar  sedikitpun oleh kobaran bara api karena di hati beliau penuh cinta kepada Allah.


Seperti halnya putra beliau Nabi Ismail tidak sedikitpun risau atau takut, ngeri - luar biasa sakitnya manakala pedang Nabi Ibrahim menggorok leher nabi Ismail putra tercintanya, tetapi karena rasa cinta/mahabbah yang luar biasa kepada Allah yang di miliki oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengalahkan segalanya. Lalu Allah menggantikan kambing kepada Nabi Ibrahim, hari tersebut biasa kita peringati sebagai hari raya kurban yang merupakan hari peringatan “simbol cinta” cintanya Ibrahim kepada Allah. 

No comments:

Post a Comment