Meski aku terbakar habis, namun aku tetap tertawa
karena abuku masih tetap hidup !
Aku telah mati ribuan kali
namun abuku selalu menari dan lahir kembali
dengan ribuan wajah baru
Karena Cinta segalanya menjadi ada
Dan hanya karena Cinta pula, maka ketiadaan
nampak sebagai keberadaan
Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan
pikiranku
Ketika matahari terbit, maka semua bayang-bayang
lenyap
Aku
berlari mendahului bayang-bayang tubuhku yang lenyap saat aku berlari
Namun, cahaya matahari itu berlari mendahuluiku
dan memburuku,
hingga aku pun terjatuh dan bersujud pasrah
ditelan samudera kilau-Nya yang mempesona
(By : Maulana Jalaluddin Rumi).
Rumi – nama lengkapnya,
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di
Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di
Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik
yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui
bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman
maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum
Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di
seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak
juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban
seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan
ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang
ditulis oleh Rumi.
Rumi adalah satu pribadi di antara sedikit
pribadi di bumi yang memiliki kesadaran universal – selain Ramakrishna,
Aurobindo, dan Kabir – yang dihasilkan oleh agama, dan telah mewarnai kehidupan
serta peradaban manusia dengan kemuliaan cinta. Maka, pada saat ini, ketika
kita membutuhkan suatu inspirasi untuk mencintai dunia yang tengah terancam
kehancuran, ketika kita sudah melupakan identitas Keilahian, kebahagiaan, serta
tanggung jawab kemanusiaan kita, Rumi hadir sebagai seorang pemandu dan seorang
saksi atas kemuliaan Tuhan serta keagungan jiwa manusia. Rumi hadir membawa
esensi agama yaitu cinta yang universal. Bagi Rumi, cinta melebihi semua dogma
agama, cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan, cinta adalah hakekat
agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Keilahian.
Agama Cinta – Jallaludin rumi dan Rabiah Al-Adawiyah
Islamnya beliau ini adalah Islam yang penuh cinta, karena beliau faham betul
makna (Islam rahmatal lil a’lamien), yang artinya Islam adalah agama
yang penuh kasih sayang (cinta) untuk alam semesta. Dalam tataran ilmu ma’rifat
dan tarekat di jelaskan bahwa tingkatan
tertinggi dari pencapain ilmu ma’rifat ketika sorang sufi masuk ke alam mahabbah
(cinta), cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah beliau tidak terbakar sedikitpun oleh kobaran bara api karena di
hati beliau penuh cinta kepada Allah.
Seperti halnya putra beliau Nabi Ismail tidak sedikitpun risau
atau takut, ngeri - luar biasa sakitnya manakala pedang Nabi Ibrahim menggorok
leher nabi Ismail putra tercintanya, tetapi karena rasa cinta/mahabbah yang
luar biasa kepada Allah yang di miliki oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
mengalahkan segalanya. Lalu Allah menggantikan kambing kepada Nabi Ibrahim,
hari tersebut biasa kita peringati sebagai hari raya kurban yang merupakan hari
peringatan “simbol cinta” cintanya Ibrahim kepada Allah.
No comments:
Post a Comment