Buat teman teman yang masih ikut pengajian Salafi/Wahabi
maaf jika tidak berkenan.Tapi insya Allah apa yang ditulis Al-Marhum
Al-Magfurllah Al-Habib Munzir Al Musawa (Majelis Rasulullah) ini benar.
Saat ngobrol dengan seorang Direktur Penerbit Islam dan seorang Ustad di
Cimanggis saya mendapat kabar serupa. Yaitu pemerintah Inggris untuk
memecah-belah ummat Islam di daerah jajahannya membentuk aliran sesat seperti Ahmadiyah
di India dan Pakistan, Bahai di Iran, dan Wahabi di Arab Saudi.
Ahmadiyah menghilangkan ajaran jihad dan membuat Nabi palsu Ghulam Mirza Ahmad. Sementara Wahabi yg bersekutu dgn Ibnu Su’ud dan dibantu senjata dan dana Inggris berontak terhadap Kekhalifahan Turki Usmani. Ummat Islam di jazirah Arab difitnah sbg ahlul bid’ah, sesat, kafir, musyrik, dan sebagainya hingga harus diperangi dan dibunuh. Termasuk penduduk kota Thaif, Mekkah, dan Madinah. Turki dan Mesir juga mereka perangi.
Sulit dipercaya, Pertama saya juga membela Wahabi sebagai pemurni Islam. Namun dengan berbagai fakta dan tulisan yang berkembang, ternyata itu tidak benar, dan 10 tahun lagi seiring dengan bertambahnya ilmu, mungkin anda akan berterimakasih akan informasi ini.
SEJARAH WAHABI
Al-Magfurllah Al-Marhum Habib Munzir Al musawa
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah
berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai
dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin
berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan,
diantaranya : FitnatulWahabiyah karya Sayyid
Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan
Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin
Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia
adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara
ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah
Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713
M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr.
Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah.
Sejak
itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan
agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i.
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target
program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni
pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula
ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia
bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan
mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata
tidak berselang lama firasat itu benar,
setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi
peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman
bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku
bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi
Alal Wahabiyah.
Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah,
Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi
nasehat : “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah,
tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar
seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat
tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan
terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat
maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir,
tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok
mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh
dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar
lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti
jalan muslimin”. Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah
sampai hari ini adalah kelompok terbesar, Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam
kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali ( Surat An-Nisa : 115).
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab,
adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul,
ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang
disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul,
ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima.
Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin
sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab,
Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan
Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam
Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak
hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan”
Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai
satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin
yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu?
Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu
bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat
ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian
ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah
Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang
terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa
Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri
dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya.
Dinasti saudi mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk
memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada
perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh
atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan
keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600
tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah
nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah
Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali
ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan
Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin.
Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan
dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum
masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya.
Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab mereka juga
diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya telah mati
kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi
pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin
Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di
hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata :
“TONGKATKU INI MASIH LEBIH BAIK DARI MUHAMMAD, KARENA TONGKAT-KU MASIH BISA DIGUNAKAN MEMBUNUH ULAR, SEDANGKAN MUHAMMAD TELAH MATI DAN TIDAK TERSISA MANFAATNYA SAMA SEKALI”. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
“TONGKATKU INI MASIH LEBIH BAIK DARI MUHAMMAD, KARENA TONGKAT-KU MASIH BISA DIGUNAKAN MEMBUNUH ULAR, SEDANGKAN MUHAMMAD TELAH MATI DAN TIDAK TERSISA MANFAATNYA SAMA SEKALI”. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah.
Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah
yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah
Nabi Muhammad. Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut, mereka masuk ke
Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang
terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di
Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran
Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah,
masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid
dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan
diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan
sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II,
penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah
prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad
Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut
kembali. Gerakan Wahabi surut, Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin
Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil
menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan
Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu,
hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.
Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global, Riyadh
mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan
ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah
tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu
selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i
yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.
Kisah Nyata : Pembunuhan Keluarga Syaikh Nawawi Banten Oleh Kaum Wahabi
Kisah ini diceritakan oleh keturunan dari keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani
yang berhasil lolos dari kejaran Wahhabi. Beliau adalah KH. Thabari Syadzily.
Berikut adalah sedikit kisah pembantaian tersebut.
Pada zaman
dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga
Indonesia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah
seorang keluarga beliau sedang duduk memangku cucunya, kemudian gerombolan
Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan langsung membunuh dan
membantainya hingga tewas. Darahnya mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih
kecil yang sedang dipangku oleh beliau.Sedangkan keluarganya yang lain di
golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dibunuh.
Alhamdulillah mereka selamat sampai ke Indonesia dengan cara menyamar sebagai
perempuan.
Syaikh
Nawawi Al Bantani ulama Mazhab Syafi’ie yang dibantai keji oleh Wahabi
Syaikh
Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi bin ‘Ali al-Tanari al-Bantani al-Syafi’i (Salah
seorang ulama pembesar Syafi’iyyah).
|
KH Thabari,
Keturunan Syaikh Nawawi Al Bantani
|
|
KH. Thobari
Syadzily Mengenakan Jubah Syaikh Nawawi al-Bantani. Baju jubah Syeikh Nawawi bin Umar bin ‘Arobi
bin Ali, Tanara – Banten masih tersimpan dengan rapih di rumah saudara sepupu
KH. Thobary Syadzily di desa Kampung Gunung Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang,
Banten.
|
Ulama baru
yang dibunuh Wahabi adalah Syekh Al Buthi. Seperti biasa, Wahabi tidak pernah
mau mengaku meski mereka selalu menghina dgn penuh rasa kebencian terhadap
Syekh Al Buthi dan bergembira ria atas kematiannya. Al-Buti
sendiri yang tahun ini berusia 84 tahun adalah seorang pensiunan dekan dan
profesor Fakultas Hukum Islam di Universitas Damaskus. Ia dikenal keras
menentang terorisme dan pengkritik pihak asing yang didukung kelompok-kelompok
militan, yang ia gambarkan sebagai “para tentara bayaran”.
Seminggu
sebelum pembunuhan itu, ia mengatakan dalam ceramahnya, “Kami diserang di
setiap jengkal tanah kami, makanan kami, kesucian dan kehormatan perempuan dan
anak-anak kami Hari ini kami menjalankan tugas yang sah… yakni kebutuhan mobilisasi
untuk melindungi nilai-nilai, tanah air, dan tempat-tempat suci kami, dan dalam
hal ini tidak ada perbedaan antara tentara nasional dan
seluruh bangsa
ini”.
Seminggu
setelah pembunuhan Al-Buti, ulama Sunni lainnya Syaikh Hassan Saifuddin (80
tahun) secara brutal dipenggal kepalanya di bagian utara Kota Aleppo oleh
sekelompok militan yang dibekingi pihak asing dan menyeret tubuhnya di jalanan.
Kepalanya ditanam di menara sebuah masjid yang biasa digunakan untuk
berkhotbah. Syaikh Saifuddin juga dikenal sebagai seorang anti-milisi, dan
penentang perang yang sedang berkecamuk melawan pemerintah Suriah.
Referensi sebagian besar dari : http://kabarislamia.com/2012/12/21/sejarah-wahabi-dan-muhammad-bin-abdul-wahhab/
No comments:
Post a Comment