اللَّـــهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْـِز
وَاْلكَسَلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ
الْجُـبْنِ وَالْبُخْـلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ
غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَـهْرِ الرِّجَالِ
Allohumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazan wa a’uudzubika minal
’ajzi walkasai, wa a’uudzubika minal jubni wa bukhli, wa a’uudzu bika min
gholabatid-daini wa qohrirrijaal.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada
keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan
malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku
berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud
4/353)
Untuk mengusir dan menghilangkan kesedihan dari diri kita, Rasulullah
shallahu ‘alahi wassalam mengajarkan kepada kita doa :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ فَكُنْتُ أَخْدُمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا نَزَلَ فَكُنْتُ أَسْمَعُهُ كَثِيرًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ
وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ
“ Dari Anas bin Malik : Aku melayani Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam saat beliau singgah dan aku selalu mendengar beliau banyak berdo'a:
"Allahumma Inni A'uudzu Bika Minal 'Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Jubni
Wa Dhal'i ad-Daini Wa Ghalabatir Rijaal" (Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari (sifat) gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit
hutang dan dari kekuasaan " ( HR Bukhari )
KETERANGAN
HADIST
AL-HAMM DAN AL –HAZAN
(Kegelisahan
dan Kesedihan )
Al-Hamm ( Kegelisahan ) dan al-Hazan ( Kesedihan )
keduanya sama-sama membuat jiwa menjadi tidak tenang, dan tidak nyaman.
Tidak seorangpun menginginkan jiwa gelisah dan sedih. Adapun perbedaan antara
keduanya, bahwa al-Hamm adalah kegelisahan terhadap hal-hal yang mungkin akan
terjadi di masa mendatang. Sedang al Hazan adalah kesedihan terhadap
sesuatu yang telah terjadi atau kehilangan sesuatu yang dicintai.
Penyakit suka berkeluh kesah atau merasa susah yang dapat menimbulkan rasa sedih kita memohon agar Allah memberikan petunjuk (Al
Huda). Hidup akan terasa indah jika kita mengisinya dengan rasa syukur,
bukan denga keluh kesah. Cuma memang sifat manusia sering suka berkeluh kesah.
Jika kita dapat menghindarkan sifat ini; maka nikmat Allah akan senantiasa melimpah.
Jika ujian hidup disikapi dengan ratapan keluh kesah, bukannya masalah tambah
terang, namun biasanya malah bertambah runyam. Sebaliknya hati akan tenang
ketika rasa syukur mampu kita hadirkan dalam perjalanan hidup kita. Sehingga
hilanglah rasa sedih. Bukankah Allah SWT telah berjanji akan menambah nikmatNya
jika kita bersyukur dan memberi peringatan akan siksaNya yang pedih atas sifat
kufur nikmat kita.
Saya teringat dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menerangkan
tentang dua sifat yang dimilki wali-wali Allah, yaitu tidak khawatir terhadap
sesuatu yang mungkin terjadi di masa mendatang dan tidak boleh sedih dengan
sesuatu yang sudah terjadi di masa lalu, Allah swt berfirman :
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang
beriman dan mereka selalu bertakwa. “ ( Qs Yunus : 62-63 )
Seakan-akan hadist yang memerintahkan kita untuk berlindung dari dua hal :
kegelisahan dan kesedihan di atas, telah menafsirkan ayat ini. Artinya bahwa
salah satu cara untuk menjadi wali-wali Allah adalah selalu berdo’a dengan do’a
ini agar tidak gelisah, khawatir dan sedih.
AL-‘AJZ DAN AL-KASAL
(Merasa Lemah dan Perasaan Malas)
Al-‘Ajz ( lemah ) dan al-Kasal ( malas ) keduanya
menjadi penyebab rasa tidak nyaman dalam jiwa, karena lemah dan malas akan
menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang dicintainya dan membahagiakandirinya.
al-‘Ajzu ( lemah ) adalah tidak adanya kemampuan diri untuk mengerjakan sesuatu
walau sebenarnya dia punya kemauan, sedangkan al-Kasal ( malas ) adalah tidak
adanya kemauan untuk melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya dia mampu.
Penyakit Lemah yang dapat memicu munculnya penyakit malas penyakit ini hanya bisa disembuhkan dengan
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Orang yang lemah
terutama lemah dalam kemauan biasanya akan malas dan tidak kreatif dalam
menjalani perjuangan hidup. Ia akan mudah dikendalikan oleh nafsu (yang
biasanya menyuruh kepada kejelekan). Orang terkendali nafsu akan muncul
penyakit malas yaitu malas untuk berbuat kebaikan.
AL-JUBNU DAN AL-BUKHLU
(Penakut/pengecut dan Sifat kikir)
Al-Jubnu ( penakut ) dan al-bukhlu ( bakhil ) keduanya menunjukkan
kecemasan dan kekhawatiran yang ada di dalam dirinya tentang nasib jiwa dan
hartanya di masa mendatang, maka dia menjadi penakut dan bakhil. Pengecut
khusus bagi orang yang takut jiwanya terancam, sedang bakhil khusus bagi orang
yang takut hartanya habis.
Penyakit penakut atau Pengecut yang dapat menyebabkan penyakit kikir penyakit yang bisa disembuhkan dengan cara
memelihara kehormataan dan kemuliaan diri (‘ataf).
Syetan menakut-nakuti manusia dengan dibayang-bayangi kefakiran supaya
seseorang tidak mau infaq, shodaqoh, zakat. “Syetan menjanjikan kefakiran
kepadamu dan menyuruh yang jahat, dan Alloh menjanjikan kepadamu pengampunan
dan keutamaan dariNya, Alloh itu maha luas rezekinya dan maha mengetahui.” (Al
Quran Surah Al Baqarah : (2) : 268). Padahal dengan jelas Alloh menjanjikan
kebahagiaan bagi orang yang tidak bakhil. “Barangsiapa dijaga dari
kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia.” (QS Al Hasyr
: 9)
Kedua sifat itu tentunya merupakan penyakit jiwa yang harus dihilangkan
dari diri kita selain membahayakan akherat dan agamanya, juga membahayakan
dunia dan kesehatannya.
GHALABAT AD-DAIN DAN QAHRU AR-RIJAL.
(Terlilit Hutang dan Dalam Tekanan orang)
Ghalabat ad-Dain ( Hutang yang melilit ) dan Qahru ar-Rijal
( Penguasaan orang ), dua hal yang sering melekat satu dengan yang lainnya.
Bagaimana ? Ya, seseorang yang punya hutang banyak, sehingga hutangnya melilit
diri dan kehidupannya, maka secara otomatis dia dibawah pengawasan dan
kekuasaan orang yang menghutanginya.
Penyakit Lilitan utang yang
menyebabkan tekanan orang lain supaya terhindar dari penyakit ini maka kita
harus selalu merasa cukup (ghina) terhadap setiap pemberian Alllah swt.
Orang-orang yang pasif dan malas, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka
telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan
kehidupannya menjadi mundur.
Demikian sepenggal doa untuk bisa menghilangkan atau minimal mengurangi
rasa malas kita. Dan, semuanya kembali kepada diri kita sendiri karena rasa
malas akan terus mengendalikan kita kalau kitanya sendiri tidak memiliki
keinginan yang kuat untuk mengendalikannya.
Oleh karenanya, sering kita dapatkan seseorang yang mempunyai hutang yang
sangat banyak kepada seseorang dan tidak sanggup membayarnya, dia rela
mengerjakan apa saja yang diperintahkan oleh orang yang memberikan hutang
kepadanya asal hutangnya lunas, bahkan kadang rela menjual dirinya dan
kehormatannya demi untuk membayar hutang-hutangnya. Na’udzubillah min dzalik.
Di dalam hadist riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“ Dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam
shalat membaca do'a: “ Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur
dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal, dan aku berlindung
kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Apa hubungan antara perbuatan dosa dan hutang, sehingga Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menggabungkan antara keduanya ? Ya, karena orang yang
sering berhutang, biasanya dia akan berbuat dosa. Dia sering berjanji akan
melunasi hutang tersebut pada tanggal sekian, tapi ketika ditagih, dia mangkir
dan memberikan alas an-alasan. Inilah perbuatan dosa.
Begitu juga, seseorang yang berhutang sering kali berkata bohong. Ketika
ditagih hutangnya, dia berusaha untuk mencari alasan-alasan yang kebanyakan
dibuat-buat, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Oleh karenanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menggabungkan antara kedua sifat itu, karena
saling berdekatan dan saling terkait.
Di dalam hadits tersebut, ada seseorang berkata kepada beliau, "Kenapa
tuan banyak meminta perlindungan dari hutang?" Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam menjawab :
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ
فَأَخْلَفَ
"Sesungguhnya seseorang apabila berhutang dia akan cenderung berkata
dusta dan berjanji lalu mengingkarinya."
No comments:
Post a Comment