“Allah SWT turun ke langit dunia ketika sepertiga
malam yang pertama telah berlalu. Dia berkata, Akulah raja, Akulah raja, siapa
yang berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku Aku beri,
siapa yang meminta ampun Aku ampuni.’ Dia terus berkata demikian sampai sinar
fajar merekah.” (HR. Muslim).
Rahasia malam bagi
orang-orang beriman tak sekedar terletak pada sumber energi kehidupan
lahiriyahnya. Dengan tidur nyenyak atau istirahat panjangnya. Rahasia malam
adalah rahasia tentang bagaimana sebuah kehidupan mengambil sumber kekuatannya
yang maha dahsyat. Sebab, pada setiap sepertiga malam terakhir, Allah SWT turun
ke langit bumi lalu memberi kesempatan kepada hamba-hamba-Nya, untuk memohon
dan mengadu dalam kesendirian yang murni, berdua dengan-Nya.
Rasulullah saw bersabda : “Allah tabaaraka wata’aala
turun setiap malam ke langit bumi, ketika malam tersisa sepertiga terakhir. Ia
berkata, ‘Adakah yang memohon kepada-Ku agar Aku kabulkan, adakah yang meminta
kepada-Ku agar Aku berikan, adakah yang memohon ampun agar Aku ampuni.” (HR.
Bukhari-Muslim).
Anjuran Allah dan Rasul-Nya Di banyak ayat dalam Al
Qur’an, Allah SWT sering menganjurkan kaum Muslimin untuk ber-Qiyamul Lail.
Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman (surga) dan di mata air-mata
air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka,
sesungguhnya mereka sebelumnya di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam." (QS. Adz-Dzariyaat:15-17).
Pada awal
kemunculan dakwah, Allah SWT menyuruh Rasulullah saw dan para sahabat agar
mendirikan Qiyamul Lail, sebagaimana firman-Nya, “Hai orang yang berselimut
(Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya).
(Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari
seperdua itu dan bacalah Al Qur’an dengan tartil (perlahan-lahan).” (Al
Muzzammil:1-4). Karena ayat di atas, periode ‘tidur nyenyak’ tidak berlaku
lagi dan berganti periode jiddiyah (bersungguh-sungguh), mengadakan taghyir
(perubahan), dan jihad.
Terkait dengan keutamaan Qiyamul Lail, Rasulullah saw
bersabda, “Hendaklah kalian mengerjakan qiyamul lail, karena qiyamul lail
itu kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebab qiyamul lail mendekatkan
diri kepada Allah, mencegah dari dosa, menghapus kesalahan-kesalahan, dan
mengusir penyakit dari tubuh.” (HR. At Tirmidzi dan Al Hakim).
Bahkan ketika ditanya, amalan apa yang paling utama,
Rasulullah saw bersabda, “Shalat paling utama setelah shalat wajib
ialah qiyamul lail.” (HR. Muslim).
Setan Penghalang
Qiyamul Lail Jika kita senantiasa merasa sulit dalam mendirikan qiyamul lail,
waspadalah! Sebab tidak lain dan tidak bukan, setan’lah yang berperan
menjadikan kita sulit untuk bangun di sepertiga malam terakhir untuk mendirikan
shalat. Ketika manusia tidur, setan berkeinginan kuat agar mereka tidak bisa
bangun untuk bermunajat kepada Allah Ta’ala. Sebab setan tahu, qiyamul lail
adalah saatnya manusia berlaku ikhlas dan doa dikabulkan. Itulah yang
menggelisahkan dan merisaukan setan. Karena itu, ia berjuang mati-matian agar
manusia tidak bangun di malam hari untuk qiyamul lail.
Rasulullah saw bersabda, “Setan mengikat tengkuk
leher setiap orang dari kalian jika ia tidur dengan tiga ikatan. Setan menepuk
setiap ikatan dengan berkata, ‘Engkau masih punya malam panjang, karena itu,
tidurlah.” (HR. Bukhari, Muslim, An Nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad).
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa seseorang dilaporkan
kepada Rasulullah saw sebab tidur sampai pagi hari, hingga tidak shalat, lalu
Rasulullah bersabda : “Setan kencing
di telinga orang tersebut.” (HR. Bukhari, Muslim, dan An Nasai).
Hal ini menunjukkan dengan jelas kepedulian para sahabat
terhadap qiyamul lail dan dalam anggapan mereka jika tidak qiyamul lail adalah
sesuatu yang makruh dan aneh. Karena itu, mereka melaporkan sahabat mereka
tersebut kepada Rasulullah saw agar beliau mengingatkan dan menganjurkannya
untuk qiyamul lail. Agar Mata Terjaga Pada Waktu Istimewa Kemudahan untuk
bangun malam dan melakukan shalat di sepertiga malam terakhir tentu tidak
datang dengan sendirinya. Ada aspek-aspek yang menjadi prasyarat agar kita
dapat mudah melakukan qiyamul lail, diantaranya :
1. Membaca ayat
dan hadits tentang qiyamul lail dan mengetahui pahala di sisi Allah SWT bagi
orang yang qiyamul lail.
2. Memikirkan akhirat, kedahsyatannya, neraka jahannam
dan tingkatan-tingkatannya. Siapa melakukan hal ini, maka rasa ingin tidur
hilang dari dirinya disebabkan ketakutannya yang besar.
3. Barang siapa yang mencintai Allah ta’ala pasti senang
bermunajat pada Tuhannya. Karena itu ia senang bangun di tengah malam untuk
berduaan dengan Tuhannya dalam munajat-munajat panjangnya.
4. Menjauhi
dosa-dosa di siang hari, sebab kebaikan membawa kepada kebaikan dan keburukan
mengajak kepada keburukan. Ats Tsauri berkata, “Aku pernah tidak bisa qiyamul
lail selama lima bulan, gara-gara satu dosa yang telah aku kerjakan."
Seseorang berkata kepada Al Hasan, “Hai Abu Sa’id, aku berada di malam hari
dalam keadaan segar bugar, ingin qiyamul lail, dan sudah menyiapkan air wudhu,
tetapi aku tetap tidak bisa qiyamul lail.” Al Hasan berkata, “Engkau
terbelenggu oleh dosa-dosamu.”
5.Tidak banyak makan dan minum yang menyebabkan kantuk
hingga gagal qiyamul lail. Seorang syaikh berkata, “Wahai murid-muridku, kalian
jangan banyak makan, nanti kalian akan banyak minum, lalu akan banyak tidur dan
amat menyesal saat meninggal dunia.”
6.Tidak melekatkan hati dengan urusan dunia dan
perhiasannya. Sebab, orang yang hatinya ‘sibuk’, kendati ia melakukan qiyamul
lail, maka ia tidak memikirkan shalat dan bacaannya. Ia lebih memikirkan apa
yang menjadi perhatian hatinya.
Ambil Sumber Kekuatan Kita Disini Siang hari memang
memberi kita begitu banyak penghidupan. Namun sebenarnya, malam lah yang
memberi kita kehidupan. Dalam damainya yang dalam. Atau sunyinya yang tulus.
Saat tak ada desah angin dan lambaian dedaunan. Di sinilah rahasia itu. Pada
sepertiga terakhir dari sepotong malam. Itulah kehidupan. Adakah kehidupan yang
lebih utama dari memohon kepada Allah lalu diberi, meminta lalu dikabulkan-Nya,
serta mengharap ampun lalu diampuni-Nya? Pada penghujung malam itulah saat
terbaik memburu sumber kehidupan. Dengan shalat, doa, munajat, dan juga
istighfar.
Pemaknaan malam dari sisi ini memberi kita ruang
pengaduan yang sangat luas tanpa batas, tapi dengan kepastian yang sangat
terjanjikan. Luas, sebab Allah membuka pengabulan itu tanpa membatasi jenis
permintaannya. Terjanjikan, sebab dengan turun ke langit bumi, Allah memberi
keistimewaan lain. Bahwa itulah saat paling dekat bagi Allah dengan hamba-Nya.
Rasulullah saw bersabda, “Saat yang paling dekat bagi
Allah dengan hamba-Nya adalah pada penghujung akhir malam. Maka, jika engkau
bisa menjadi orang yang berdzikir mengingat Allah pada saat itu, maka
lakukanlah.” (HR. Tirmidzi).
Sepertiga malam
terakhir itu benar-benar potongan waktu yang sungguh-sungguh lain. Di sana
sebuah seremoni teramat sakral mendapatkan waktunya. Tidak lama. Tetapi begitu
kuat meninggalkan bekas. Di sana ada rahasia, ada kekuatan, dan sumber
kehidupan. Tetapi hanya mereka yang merasakannya yang benar-benar mengerti. Allah
SWT berfirman,“Sesungguhnya, bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil: 6).
Rahasia ini tak
akan bisa dirasakan kecuali dicoba dan dicoba. Mata air kehidupan di ujung
malam adalah dunia nyata di tengah samudera mimpi orang-orang yang terlelap
hingga pagi, atau bergelimang dosa hingga matahari jauh meninggi. Maka,
bila malam datang menjelang. Berdoalah, agar Allah membangunkan kita, pada
sepertiga malam terakhir, saat Ia turun ke langit bumi. Untuk kita
menjumpai-Nya, memohon dan mengadu kepada-Nya. Karena dengan itulah, kita akan
mendapatkan suplai energi dan kekuatan dari Yang Maha Kuat untuk menjalani
kehidupan.
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل بعد
المكتوبة؟ قال: (الصلاة في جوف الليل))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya:
“Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang lima waktu, pent)
?” beliau menjawab: “Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu
adalah sholat (sunnah) di tengah malam (sholat Tahajjud).”. (HR imam Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits yg Shohih ini Nabi
shallallahu alaihi wasallam menerangkan kepada kita bahwa Qiyamul Lail atau
sholat sunnah yang dikerjakan di malam hari seperti sholat Tahajjud dan Witir
adalah sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu yang lima waktu.
PENGERTIAN
QIYAMUL-LAIL
Arti Qiyamul-Lail ialah
menghidupkan malam dengan ibadah-ibadah. Namun, yg dimaksud Qiyamul-Lail di
sini adalah suatu penamaan untuk semua sholat sunnah yang dikerjakan di waktu
malam setelah sholat ‘isya hingga tiba waktu sholat Subuh.
Oleh karenanya, yang termasuk
Qiyamul-Lail (sholat malam) adalah: Sholat Tahajjud, sholat Witir,dan sholat
Tarawih.
Sholat Tahajjud
adalah sholat yg dilaksanakan oleh seseorang di malam hari setelah
tidur. Akan tetapi, sholat Tahajjud jg BOLEH dikerjakan sebelum tidur jika
ia merasa khawatir tidak bisa bangun di tengah malam kecuali setelah tiba waktu
sholat Subuh.
Sholat Witir
adalah sholat malam yang jumlah roka’atnya ganjil, seperti 1, 3, 5, 7, 9, 11
roka’at, dst.
Dan sholat Tarawih
adalah sholat sunnah yang disyari’atkan hanya di bulan suci Romadhon.
HUKUM QIYAMUL LAIL DAN DALILNYA
Qiyamul Lail merupakan salah satu
sholat yang disyariatkan dalam Islam. Dan hukumnya adalah SUNNAH MUAKKADAH
(sangat dianjurkan). Hal ini berdasarkan dalil-dalil syar’i berikut ini:
1. Firman Allah ta’ala:
{يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
(1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
(3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4)} [المزمل / 1- 4].
Artinya: “Hai orang yang
berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali
sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan (tartil).” (QS. al-Muzzammil: 1-4).
2. Dan firman-Nya pula:
{وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى
أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)}
Artinya: “Dan pada sebagian malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”. (QS : Al-Isro’ : 79).
3. Dan firman Allah ta’ala yang
menerangkan sebagian sifat orang-orang yang bertakwa:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
Artinya: “Di dunia mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam.”. (QS. Adz-Dzaariyaat: 17).
4. Dan firman-Nya pula:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
Artinya: “Dan pada sebagian dari
malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang dimalam hari.” (QS. Al-Insaan: 26).
5. Dan hadits shohih berikut ini:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل بعد
المكتوبة؟ قال: (الصلاة في جوف الليل))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya:
“Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang lima waktu, pent)
?” beliau menjawab: “Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
adalah shalat (sunnah) di tengah malam (sholat tahajjud).”. (Diriwayatkan oleh
imam Al-Bukhari dan Muslim).
6. Dan hadits-hadits shohih
lainnya.
PERKATAAN ULAMA SALAFUS SHOLIH TENTANG QIYAMUL-LAIL
Dalam sebuah atsar (riwayat)
disebutkan: apabila orang-orang telah tidur, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
anhu bangun dan akan terdengar darinya sebuah suara seperti suara dengungan
lebah sampai waktu sholat Subuh tiba.
Seseorang bertanya kepada al-Hasan
al-Bashri (seorang ulama Tabi’in): “Mengapa orang-orang yang sholat Tahajjud
(Qiyamul-Lail) memiliki wajah paling cerah di antara manusia lainnya?”, ia
menjawab: “Karena mereka menyendiri dengan (Allah) sang Maha Pengasih, lantas
Dia mengenakan kepadanya cahaya dari cahaya-Nya.”
Hasan Al-Bashri juga berkata:
“Sesungguhnya seseorang benar-benar telah berbuat dosa sehingga dengan sebab
itu ia terhalang (atau tidak mampu) untuk melaksanakan sholat Tahajjud
(Qiyamul-Lail).”
Seorang laki-laki berkata kepada
salah seorang sholih: “Aku tidak bisa bangun untuk sholat Tahajjud, bagaimana
cara mengatasinya?”, ia menjawab: “Janganlah engkau bermaksiat kepada-Nya pada
waktu siang, sehingga Dia akan menjadikanmu bangun di waktu malam (untuk
Qiyamul-Lail) di hadapan-Nya.”
Diriwayatkan dari Sufyan
ats-Tsauri. (Seorang ulama Tabi’in), bahwasanya ia berkata: “Aku tidak bisa
sholat Tahajjud (Qiyamul-Lail) selama lima bulan disebabkan sebuah dosa yang
pernah aku lakukan.”
Ibnul Munkadir berkata: “Tidak ada
tersisa kenikmatan di dunia ini kecuali tiga hal: Qiyamul-Lail (sholat
Tahajud), bertemu saudara (seiman), dan sholat berjama’ah.”
KEUTAMAAN
QIYAMUL-LAIL
Qiyamul-Lail merupakan ibadah
sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan sebagaimana diterangkan
di dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Berikut ini kami akan sebutkan beberapa
keutamaannya, diantaranya:
1. Qiyamul-Lail merupakan sholat
sunnah yang paling utama setelah sholat wajib yang 5 waktu.
Hal ini berdasarkan hadits shohih
berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سئل رسول الله صلى
الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل بعد المكتوبة؟ قال: (الصلاة في جوف الليل))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya:
“Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang lima waktu, pent)
?” beliau menjawab: ““Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah
shalat di tengah malam (sholat tahajjud).” (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari
dan Muslim).
2. Barangsiapa menunaikan
Qiyamul-Lail, berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Hal ini sebagaimana dalam firman
Allah Ta’ala:
وَمِنَ
اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
مَحْمُودًا
“Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah
bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
(Al-Isro’:79).
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah
Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun
tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah
yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan sebagai ibadah tathowwu’. (sunnah)
bagi umat beliau.” (Lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir:
III/54-55).
3. Melaksanakan Qiyamul Lail itu
adalah kebiasaan orang-orang sholih dan calon penghuni Surga.
Hal ini berdasarkan firman Allah
Ta’ala:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ , آخِذِينَ
مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ , كَانُوا قَلِيلاً
مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ * وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil
mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu
(di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun
(kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 15-18).
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّيْ مِنَ
“Sebaik-baik orang adalah Abdullah
(yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, pent) seandainya
ia mau sholat di waktu malam.”. (HR. Muslim No. 2478 dan 2479).
Dan diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu anhuma, ia
berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menasihatiku dengan
sabdanya:
يا عبد الله لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل فترك قيام الليل
“Wahai Abdullah, janganlah engkau
menjadi seperti si fulan, ia dahulu mengerjakan sholat malam, lalu ia
meninggalkannya.” (HR. Imam al-Bukhari III/31, dan Muslim II/185).
4. Mengerjakan Qiyamul-Lail
(sholat Tahajjud) adalah salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan
terhindar dari dosa-dosa.
Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
عَلَيْكُمْ
بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِـحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ
لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ.
“Hendaklah kalian melakukan sholat
malam karena ia adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, ia sebagai
amal taqorrub bagi kalian kepada Allah, menjauhkan dosa, dan penghapus
kesalahan.”. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3549), al-Hakim (I/308), dan al-Baihaqi
(II/502), dari jalan Shahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallaahu anhu).
5. Mengerjakan Qiyamul-Lail
(sholat Tahajjud) merupakan kemuliaan dan kewibawaan bagi seorang Mukmin.
Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
أَتَانِـيْ
جِبْـرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُـحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ
مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ،
وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ
عَنِ النَّاسِ.
“Malaikat Jibril mendatangiku,
lalu berkata: “Hai Muhammad, hiduplah sekehendakmu karena kamu (pasti) akan
mati. Cintailah seseorang sekehendakmu karena kamu (pasti) akan berpisah
dengannya. Dan beramallah sekehendakmu karena kamu (pasti) akan diberi balasan
(oleh Allah pd hari Kiamat, pent). Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan
kewibawaan seorang Mukmin itu ada pada sholat malamnya, dan ia tidak merasa
butuh kepada manusia.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim IV/325, dan ia
menshohihkannya, serta disepakati oleh imam adz-Dzahabi. Derajat Hadits ini
dinyatakan HASAN oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib I/640, Silsilah Al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 831).
6. Barangsiapa yang mengerjakan
Qiyamul Lail (sholat Tahjjud) dengan niat ikhlas karena Allah semata dan sesuai
tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka ia akan terpelihara dari
gangguan setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih
jiwanya. Namun sebaliknya, barangsiapa yang meninggalkan Qiyamul Lail (sholat
Tahajjud), Maka dia akan bangun di pagi hari dalam keaadan jiwanya dililit
kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal sholih.
Hal ini berdasarkan hadits shohih
berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَعْقِدُ
الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ
كُلَّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ
انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ
صَلَّى انْحَلَّتْ
عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ
كَسْلَانَ
“Setan mengikat tengkuk kepala
seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap
ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai malam yang sangat
panjang, maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah,
maka lepaslah satu tali ikatan. Lalu jika dia berwudhu, maka lepaslah tali
ikatan yang lainnya. Dan jika dia mendirikan sholat (malam), maka lepaslah
seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat
& baik jiwanya. Namun bila dia tak melakukan hal itu, maka pagi harinya
jiwanya menjadi jelek & menjadi malas beraktifitas”. (HR. Imam Al-Bukhari
no. 1142, & Muslim no. 776).
Dan pada suatu hari pernah
diceritakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang seseorang
yang tidur semalam suntuk hingga pagi (yakni tiba waktu Subuh tanpa melakukan
Qiyamul-Lail, pent), maka beliau bersabda:
ذاك رجل بال الشيطان في أذنيه
“Orang tersebut telah dikencingi
setan di kedua telinganya.” (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim).
7. Barangsiapa yang mengerjakan
Qiyamul Lail (sholat Tahajjud), maka ia berkesempatan mendapatkan 1/3
(sepertiga) malam terakhir yang merupakan waktu dimana doa akan dikabulkan, dan
dosa-dosa akan diampuni Allah Ta’ala bila ia memohon ampunan kepada-Nya.
Hal ini berdasarkan hadits shohih
berikut ini:
Dari Jabir bin Abdillah dia
berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ
يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya di waktu malam
terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia
memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala dari urusan dunia maupun akhirat,
melainkan Allah akan memberikannya kepadanya. Demikian itu terjadi pada setiap
malam.” (HR. Muslim no. 757).
Di dalam hadits shohih yg lain disebutkan
bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (yg artinya):
“Rabb kita (Allah tabaroka
wata’ala) turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga
malam terakhir, lalu Dia berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku,
niscaya Aku mengampuninya. Barangsiapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku,
niscaya Aku pun akan memberinya. Dan barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya
Aku akan mengabulkannya.” (HR. Imam al-Bukhari).
8. Orang yang mengerjakan Qiyamul
Lail secara kontinue (istiqomah) akan digolongkan ke dalam golongan orang-orang
yang banyak berdzikir kepada Allah.
Hal ini berdasarkan hadits shohih
berikut ini:
مَنْ اسْتَيْقَظَ مِنْ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ
فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا مِنْ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Barangsiapa yang bangun malam dan
membangunkan istrinya, kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat,
maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam golongan para lelaki dan para
wanita yang banyak berdzikir (mengingat) kepada Allah.”. (HR. Abu Daud no.
1309, Ibnu Majah no. 1335, dan dinyatakan hadist sahih di dalam
Misykaatu al-Mashoobiih: I/390).
Demikian beberapa keutamaan
Qiyamul-Lail (sholat Tahajjud) yang dapat kami sebutkan. Semoga Allah Ta’ala
memberikn taufiq dan kemudahan kepada kita semua agar bersemngat dalam
mengerjakannya dengan istiqomah hingga akhir hayat.
No comments:
Post a Comment