Sayyid
Abbas Al Maliki : Merupakan Mufti dan Qadhi Makkah dan
khatib di Masjidil Haram. Beliau memegang jawatan ini ketika pemerintahan Usmaniah
serta Hashimiah, dan seterusnya terus memegang jabatan tersebut setelah
Kerajaan Saudi diasaskan. Raja Abdul Aziz bin Sa'ud sangat menghormati beliau.
Riwayat
Hidup beliau boleh dirujuk pada kitab Nur An-Nibras fi Asanid Al-Jadd
As-Sayyid Abbas oleh cucunya As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.
Keluarga Maliki merupakan salah satu keluarga yang paling dihormati di Makkah
dan telah melahirkan alim ulama besar di Makkah, yang telah mengajar di Makkah
sejak lama. Lima orang dari keturunan Sayyid Muhammad, telah menjadi Imam
Mazhab Maliki di Haram Makkah.
Keluarga
Keturunan Sayyid merupakan keturunan mulia yang bersambung secara langsung dengan
Junjungan kita Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri. Beliau
merupakan waris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Makkah yang masyhur yang
merupakan keturunan Rasulullah Sallahu 'Alaihi Wasallam, melalui cucu Baginda,
Imam Al-Hasan bin Ali, Radhiyallahu ‘Anhum. Keturunan beliau adalah :
1.
Sayyid Alawi Bin Abbas Al-Maliki (anak)
2.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki (cucu)
Sedangkan
salah satu murid Sayyid Abbas Al Maliki yang di Indonesia adalah Hadratus
Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari (Pendiri NU dan PP Tebuireng) yang merupakan kakek dari KH Abdurrahman Wachid (Gus Dur).
Kisah
Nyata dari Pembenci Maulid
Suatu
hari Asy Syaikh Abbas Al-Maliki berada di Baitul Muqaddas Palestina untuk
menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW. Di mana saat itu bershalawat dengan
berjamaah. Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yang berdiri
dengan khidmat mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya
kepadanya akan sikapnya itu.
Lelaki
tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak pernah mau mengakui acara Maulid Nabi dan
ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid’ah Sayyi’ah (bid’ah yang
jelek). Suatu malam ia mimpi duduk di acara Maulid Nabi bersama sekelompok
orang yang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW ke mesjid, maka saat
Rasulullah SAW tiba, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri untuk
menyambut kehadiran Rasulullah SAW. Namun hanya ia saja seorang diri yang tidak
mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Rasullullah SAW berkata kepadanya: “Kamu
tidak akan bisa bangkit!”
Saat
ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak bisa berdiri.
Hal ini ia alami selama 1 tahun. Kemudian ia pun bernadzar jika sembuh dari
sakitnya ia akan menghadiri acara Maulid Nabi di mesjid dengan bershalawat.
Kemudian Allah menyembuhkan nya. Ia pun selalu hadir untuk memenuhi nadzarnya
dan bershalawat dalam acara Maulid Nabi SAW..
(Sumber:
Kitab Al-Hady At-Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi, hal 50-51, karya
Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki)
====ooOoo====
Kebersamaan antara cucu dari Sayyid Abbas
Al Maliki dengan cucu dari KHM. Hasyim Asy’ari
Keterangan foto: Kunjungan Gus Dur ke kediaman Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki
KH. Abdurrahman Wahid : Mungkin bagi sebagian orang menyangsikan ada hubungan
akrab antara as-Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dengan Gus Dur (KH. Abdurrahman
Wahid). Padahal kalau kita mau menengok sejarah, kakeknya, as-Sayyid Abbas bin
Abdul Aziz al-Maliki adalah guru dari kakeknya Gus Dur, Hadratus Syaikh
Muhammad Hasyim Asy’ari sang pendiri NU. Jadi sangat wajar jika hubungan antara
Abuya al-Maliki dengan Gus Dur terbilang mesra, sebagaimana hubungan kedua
kakeknya dulu.
Suatu hari, Gus Dur yang waktu itu masih
menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, berkunjung ke kediaman as-Sayyid Muhammad
al-Maliki di Mekkah. Gus Dur ditemani oleh KH. Said Aqil Siroj dan Ghofar
Rahman. Sebagai ulama terkemuka, as-Sayyid Muhammad al-Maliki selalu
dikunjungi oleh tamu dari berbagai negara.
Sewaktu Gus Dur datang ke kediamannya, di
ruang tamu sudah banyak sekali orang yang mengantri. Begitu Gus Dur datang, ia
langsung dipersilakan masuk. Bahkan diajak berbincang di kamar tidur pribadi
as-Sayyid Muhammad, bukan di ruang tamu (ini merupakan suatu adat/kebiasaan
yang biasanya di lakukan untuk menghormati seorang tamu yang di istimewakan).
Oleh beliau Gus Dur dikasih uang, arloji mewah dan barang berharga lainnya
sebagai tanda penghormatan.
Dalam pertemuan tersebut, Prof. DR. KH.
Said Aqil Siroj mengggambarkan:“Begitu hormatnya mereka berdua. Dan mereka
bukan orang sembarangan.”
Tepat di malam Jum’at waktu sahur,
as-Sayyid Muhammad al-Maliki menghembuskan nafas terakhirnya. Pada malamnya
beliau tidak mengajar kitab-kitab, namun banyak menceritakan perihal surga dan
menyatakan hasratnya untuk bertemu dengan ayahandanya, as-Sayyid Alawi
al-Maliki.
Beliau wafat hari Jum’at tanggal 15
Ramadhan 1425 H, bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 M. Jenazahnya lalu
dimakamkan di pemakaman al-Ma’la di samping makam istri Rasulullah Saw,
Sayyidah Khadijah al-Kubra Ra.
Berikut DOA ISMUL 'ADHOM
Oleh : Sayyid Muhammad Alwy Al-Maliki Al-Hasani
اَللَّهُمَّ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ، يَاإِلَهَنَا وَإِلَهَ
كُلِّ شَىْءٍ، إِلَهاً وَاحِداً، لَاإِلَهَ إِلَّاأَنْتَ، يَاذَاالْجَلَالِ وَاْلإِكْرَامِ،
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَاإِلَهَ إِلَّاأَنْتَ الْحَنَّانُ
الْمَنَّانُ بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَاذَاالْجَلَالِ وَاْلإِكْرَامِ
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَنْتَ اللهُ الَّذِي
لَاإِلَهَ إِلَّاأَنْتَ الأَحَدُ اَلصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًّا اَحَدٌ، وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَاإِلَهَ
إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ،
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَحَدٌ صَمَدٌ لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً
وَلَا وَلَداً، اَللَّهُمَّ لَكَ اْلحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ يَامَنَّانُ
يَابَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَاذَاالْجَلَالِ وَاْلإِكْرَامِ، لَاإِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ، وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَاإِلَهَ إِلَّا
هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
يَاظَاهِرُ يَاقَيُّوْمُ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَحَدٌ صَمَدٌ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًّا اَحَدٌ،َللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ اللهُ الَّذِي لَاإِلَهَ إِلَّاأَنْتَ
الْحَنَّانُ الْمَنَّانُ بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَاذَاالْجَلَالِ
وَاْلإِكْرَامِ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ، أَحْرَزْتُ نَفْسِي بِالْحَيِّ الَّذِي لاَ
يَمُوْتَ، وأَلْجَأْتُ ظَهْرِي لِلْحَىِّ الْقَيُّوْمِ، لَاإِلَهَ إِلَّاأَنْتَ
نِعْمَ الْقاَدِرُ، لاَإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِيْنَ، وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى الله، إِنَّ اللهَ بَصِيْرٌ
بِالْعِباَدِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ۞
Sumber : Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki al-Hasani. Dalam Kitab Abwabul
faraj : Jawami' al-Kalim, Cairo: 2000.
No comments:
Post a Comment