21 September 2014

Menggugat Mereka Para Ahli Ziarah Kubur

Banyak hal yang sering kita abaikan, padahal hal tersebut merupakan jantung dari persoalan tersebut, tetapi kita sepelekan ya mungkin karena kita kurang sadar atau karena tidak mau menyadarinya (acuh tak acuh). Dan ini yang akan saya tuangkan mengenai pikiran-pikiran pribadi saya, terutama yang ada kaitanya dengan ziarah (kepada sesama muslim yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia).

Disini kenapa saya menulis artikel kali ini yang judulnya “Kritik bagi para pecinta ahli kubur” ini merupakan sebuah opini dari diri pribadi penulis, tidak ada kewajiban untuk anda harus sepaham dengan pendapat yang saya ungkapkan ini. Penulis sendiri hanyalah seorang yang faqir (bodoh & miskin), dan hanya Allahlah yang maha kaya dan maha mengetahui.

Buat para saudaraku terutama teman-teman nahdliyin (NU), ataupun juga teman-teman Muhammadiyah, LDII atau apapun juga organisasi anda, yang kebetulan mampir di blog saya ini, blog sederhana yang disana sini banyak sekali kekurangan. Saya ucapkan trimakasih telah meluangkan waktunya untuk mampir di blog ini, ya semoga barokah, taufiq serta hidayah dari Allah swt senantiasa setia menemani hari-hari anda sekarang, esok dan akan datang. Amien...

Penulis adalah seorang muslim dan juga seorang Nahdliyin tulen, maka artinya penulis juga suka melakukan yang namanya ziarah (kepada sesama muslim yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia).

Melakukan ziarah merupakan suatu yang di sunnahkan apakah kepada mereka yang masih hidup ataupun sudah meniggal dunia
(1). Ziarah kepada orang tua (Paling Utama).
(2). Ziarah kepada guru
(3). Dan ziarah kepada sesama muslim (ulama atau orang-orang sholeh).

Di kabupaten Jember sendiri ada beberapa tokoh orang-orang sholeh di masa lalu yang masayarakat mengatakan adalah para auliya, wali-wali Allah yang ada di Jember, seperti :
1. Habib Sholeh Bin Muhsin Al-Hamid : Tanggul Jember
2. KH. Muhammad Shiddiq : Kota Jember
3. KH. Ahmad Hafid : Nogosari Rambipuji Jember
4. KH. Agung Senadin : Jereng Panti Jember
5. KH. Haramain : Gadungan Kasiyan Puger Jember
6. KH. Jauhari Zawawi : Kencong Jember
7. KH. Muhammad Nur : Kemuning Panti Jember
8. KH. Ali Wafa : Tempurejo Jember
9. KH. Abdullah Yaqin : Mlokorejo Puger Jember
10. KH. Muhammad Umar Sumber Waringin Jember
11. KH. Abdul Hanan Manggisan Tanggul

Ada beberapa kisah yang saya temui pada saat melakukan ziarah terutama pada saat berkunjung ke makam para auliya. Sebagian besar dari mereka banyak yang mengatakan jika mereka datang mencari “BAROKAH” dengan cara bertawasul. Dengan bertawasul harapan mereka yaitu mereka ingin jika persoalan hidup seperti hutang piutang, pekerjaan, keluarga mereka bisa teratasi, tercapai segala hajat, sukses di pekerjaan, berkah dan banyak lagi lainya. Mereka meminta kepada Allah melalui perantara orang-orang sholeh ini, dan ini yang sering di lakukan kebanyakn orang : dan itu sah-sah saja, boleh alias gak ada masalah, karena mereka memintanya kepada Allah dengan hak orang sholeh ini.

PEMBAHASAN UTAMA

Jika tawasul adalah suatu hal yang sah dan gak ada larangan untuk melakukanya, lalu persoalan dalam masalah ziarah kubur itu dimana?

Pada saat orang mengunjungi makam orang-orang sholeh terutama mereka yang sudah bergelar Waliyullah, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) motif :
1. Mereka datang semata-mata minta kepada si Mayit (ini sifatnya talazum)
2. Mereka datang karena ingin melakukan washilah/tawasul dan tabarrukan, ini yang sering dan banyak di lakukan orang-orang
3. Mereka datang semata-mata hanya karena ingin mendoakan si mayyit (waliyullah) dan mengenang, meneladani ahlak, dakwah serta perjuangan mereka, ini yang jarang di lakukan.

PENGALAMAN PRIBADI DARI PENULIS

Kenapa disini saya mencritakan pengalaman pribadi saya sendiri pada saat melakukan ziarah kepada orang-orang sholeh baik mereka yang sudah meninggal dunia terlebih lagi untuk mereka yang masih hidup.

Disini sekali lagi penulis tekankan kepada teman-teman, anda tidak harus sepaham atau setuju dengan apa-apa yang saya tuliskan disini, dan juga tidak ada kewajiban jika anda harus percaya dengan saya.

Biasanya saya pada saat libur kerja dan juga gak ada kesibukan di rumah, saya sempatkan untuk mengaji makam auliya meskipun hanya sekedar membaca surat Ihlas sebelas kali. Biasanya dari rumah saya niatkan dalam hati jika saya kesana bukan niat ziarah kubur tetapi niat untuk sowan/bertamu.

Meskipun arti ziarah sendiri sinonim dengan kata sowan/berkunjung. Dan berikut adalah hal-hal yang biasanya saya lakukan dan Insya Allah akan senantiasa saya lakukan pada saat bertamu ke waliNya Allah yang sudah meninggal dunia :

1. Jika sudah nyampai makam, saya akan duduk persis di depan makam dengan menghadap ketimur (karena saya merasa cocok dengan pendapatnya Imam Maliki Bin Anas).
2. Saya akan ucapkan salam, sesuai dengan yang telah di ajarkan Rasulullah
3. Lalu saya akan mengajak ngobrol si Waliyullah tersebut, dengan pelan-pelan yang mungkin hanya terdengar oleh telinga saya sendiri, Contoh obrolan saya :

“Alhamdulillah atas Izin Allah swt  saya Ahmad Supriadi bisa datang kesini lagi dan bertemu dengan..... (Nama Waliyullah yang di makamkan), saya datang kesini mengunjungi anda semata-mata yang pertama karena perintah Allah, perintah Allah untuk saling kunjung mengunjungi dan saling mencintai karena Allah, dan Allah mencintai Anda maka saya pun mencintai Anda karena Allah, dan yang kedua karena ini merupakan sunnah dan anjuran dari Rasulullah yang tercinta dan yang ketiga karena saya ingin mendoakan Anda”.

Begitu pula ketika anda mengunjungi seorang alim yang sholeh dan yang masih hidup, anda juga bisa niatkan dalam hati :

“Ya Allah saya ingin mengunjungi (Nama ulama/Kyai yang akan anda kunjungi), itu semata-mata karena perintah Mu ya Allah, perintahMu untuk saling kunjung mengunjungi dan saling mencintai karenaMu ya Allah,  dan yang kedua karena merupakan sunnah dan anjuran dari Rasulullah yang tercinta dan yang ketiga karena saya ingin mendoakanya ya Allah”.

Jadi pada intinya ketika kita melakukan ziarah kepada orang yang sudah meninggal dunia  ataupun kepada orang yang masih hidup, itu kita lakukan semata mata bukan karena kita ingin mendapatkan barokah atau lagi tertimpa  kesusahan, masalah ekonomi , keluarga, punya hajat besar dan lain lain. Tetapi itu kita lakukan semata-mata karena di perintahkan oleh Allah dan anjuran dari Rasulullah yaitu saling kunjung mengunjungi dan mencintai orang-orang yang sholeh karena Allah.

Kalimat “BAROKAH” itu saya ibaratkan, seperti orang makan. Maksudnya ketika orang makan akibatnya akan kenyang, karena itu hukum sebab akibat.  Tanpa anda berniat, mengharap-harap dapat kenyang, jika makan banyak otomatis perut anda akan kenyang. Begitupula sebaliknya jika anda banyak mendoakan orang lain baik yang masih hidup atau mereka yang sudah meninggal dunia anda akan mendapatkan barokah, tanpa anda harus meminta-minta atau mengharap-harap dapat barokah tersebut. Barokah tersebut sudah anda dapatkan secara otomatis.

Jika kulit terbakar api biasanya pastikan panas, jika sesuatu tersiram air biasanya pastikan basah, jika anda tebarkan DOA pastikan dapatkan BAROKAH.  Wallahu ‘alam bishawab
====ooOoo====

BERIKUT KEUTAMAAN SALING MENCINTA  KARENA ALLAH

Rasulullah SAW  bersabda, “Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR at-Tirmidzi).

Cinta karena Allah SWT bahkan menjadi ciri kesempurnaan iman seorang Muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Siapa saja yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW  bersabda, “Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia mendatangi rumahnya dan mengabarinya bahwa ia mencintai dirinya karena Allah SWT.” (HR Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd, hlm. 712)

Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).

Rasulullah SAW, misalnya bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW  pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Allah berfirman pada Hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.’” (HR Muslim).

Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana penuturan Muadz bin Jabal, bahwa Allah telah berfirman, “Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).

SEMOGA BERMANFAAT

http://istana99kupu.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment