Banyak hal yang sering kita
abaikan, padahal hal tersebut merupakan jantung dari persoalan tersebut, tetapi
kita sepelekan ya mungkin karena kita kurang sadar atau karena tidak mau
menyadarinya (acuh tak acuh). Dan ini yang akan saya tuangkan mengenai
pikiran-pikiran pribadi saya, terutama yang ada kaitanya dengan ziarah (kepada
sesama muslim yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia).
Disini kenapa saya menulis artikel
kali ini yang judulnya “Kritik bagi para pecinta ahli kubur” ini merupakan
sebuah opini dari diri pribadi penulis, tidak ada kewajiban untuk anda harus
sepaham dengan pendapat yang saya ungkapkan ini. Penulis sendiri hanyalah
seorang yang faqir (bodoh & miskin), dan hanya Allahlah yang maha kaya dan
maha mengetahui.
Buat para saudaraku terutama
teman-teman nahdliyin (NU), ataupun juga teman-teman Muhammadiyah, LDII atau
apapun juga organisasi anda, yang kebetulan mampir di blog saya ini, blog
sederhana yang disana sini banyak sekali kekurangan. Saya ucapkan trimakasih
telah meluangkan waktunya untuk mampir di blog ini, ya semoga barokah, taufiq
serta hidayah dari Allah swt senantiasa setia menemani hari-hari anda sekarang,
esok dan akan datang. Amien...
Penulis adalah seorang muslim dan
juga seorang Nahdliyin tulen, maka artinya penulis juga suka melakukan yang
namanya ziarah (kepada sesama muslim yang masih hidup ataupun sudah meninggal
dunia).
Melakukan ziarah merupakan suatu
yang di sunnahkan apakah kepada mereka yang masih hidup ataupun sudah meniggal
dunia
(1). Ziarah kepada orang tua
(Paling Utama).
(2). Ziarah kepada guru
(3). Dan ziarah kepada sesama
muslim (ulama atau orang-orang sholeh).
Di kabupaten Jember sendiri ada
beberapa tokoh orang-orang sholeh di masa lalu yang masayarakat mengatakan
adalah para auliya, wali-wali Allah yang ada di Jember, seperti :
1. Habib Sholeh Bin Muhsin Al-Hamid
: Tanggul Jember
2. KH. Muhammad Shiddiq : Kota
Jember
3. KH. Ahmad Hafid : Nogosari Rambipuji Jember
4. KH. Agung Senadin : Jereng Panti
Jember
5. KH. Haramain : Gadungan Kasiyan
Puger Jember
6. KH. Jauhari Zawawi : Kencong
Jember
7. KH. Muhammad Nur : Kemuning
Panti Jember
8. KH. Ali Wafa : Tempurejo Jember
9. KH. Abdullah Yaqin : Mlokorejo Puger
Jember
10. KH. Muhammad Umar Sumber Waringin Jember
11. KH. Abdul Hanan Manggisan Tanggul
10. KH. Muhammad Umar Sumber Waringin Jember
11. KH. Abdul Hanan Manggisan Tanggul
Ada beberapa kisah yang saya temui
pada saat melakukan ziarah terutama pada saat berkunjung ke makam para auliya.
Sebagian besar dari mereka banyak yang mengatakan jika mereka datang mencari
“BAROKAH” dengan cara bertawasul. Dengan bertawasul harapan mereka yaitu mereka
ingin jika persoalan hidup seperti hutang piutang, pekerjaan, keluarga mereka
bisa teratasi, tercapai segala hajat, sukses di pekerjaan, berkah dan banyak
lagi lainya. Mereka meminta kepada Allah melalui perantara orang-orang sholeh
ini, dan ini yang sering di lakukan kebanyakn orang : dan itu sah-sah saja,
boleh alias gak ada masalah, karena mereka memintanya kepada Allah dengan hak
orang sholeh ini.
PEMBAHASAN UTAMA
Jika tawasul adalah suatu hal yang sah
dan gak ada larangan untuk melakukanya, lalu persoalan dalam masalah ziarah kubur
itu dimana?
Pada saat orang mengunjungi makam
orang-orang sholeh terutama mereka yang sudah bergelar Waliyullah, dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) motif :
1. Mereka datang semata-mata minta
kepada si Mayit (ini sifatnya talazum)
2. Mereka datang karena ingin
melakukan washilah/tawasul dan tabarrukan, ini yang sering dan banyak di
lakukan orang-orang
3. Mereka datang semata-mata hanya
karena ingin mendoakan si mayyit (waliyullah) dan mengenang, meneladani ahlak,
dakwah serta perjuangan mereka, ini yang jarang di lakukan.
PENGALAMAN PRIBADI DARI PENULIS
Kenapa disini saya mencritakan
pengalaman pribadi saya sendiri pada saat melakukan ziarah kepada orang-orang
sholeh baik mereka yang sudah meninggal dunia terlebih lagi untuk mereka yang
masih hidup.
Disini sekali lagi penulis tekankan
kepada teman-teman, anda tidak harus sepaham atau setuju dengan apa-apa yang
saya tuliskan disini, dan juga tidak ada kewajiban jika anda harus percaya
dengan saya.
Biasanya saya pada saat libur kerja
dan juga gak ada kesibukan di rumah, saya sempatkan untuk mengaji makam auliya
meskipun hanya sekedar membaca surat Ihlas sebelas kali. Biasanya dari rumah
saya niatkan dalam hati jika saya kesana bukan niat ziarah kubur tetapi niat
untuk sowan/bertamu.
Meskipun arti ziarah sendiri
sinonim dengan kata sowan/berkunjung. Dan berikut adalah hal-hal yang biasanya
saya lakukan dan Insya Allah akan senantiasa saya lakukan pada saat bertamu ke
waliNya Allah yang sudah meninggal dunia :
1. Jika sudah nyampai makam, saya
akan duduk persis di depan makam dengan menghadap ketimur (karena saya merasa
cocok dengan pendapatnya Imam Maliki Bin Anas).
2. Saya akan ucapkan salam, sesuai
dengan yang telah di ajarkan Rasulullah
3. Lalu saya akan mengajak ngobrol
si Waliyullah tersebut, dengan pelan-pelan yang mungkin hanya terdengar oleh
telinga saya sendiri, Contoh obrolan saya :
“Alhamdulillah
atas Izin Allah swt saya Ahmad Supriadi
bisa datang kesini lagi dan bertemu dengan..... (Nama Waliyullah yang di
makamkan), saya datang kesini mengunjungi anda semata-mata yang pertama karena
perintah Allah, perintah Allah untuk saling kunjung mengunjungi dan saling
mencintai karena Allah, dan Allah mencintai Anda maka saya pun mencintai Anda
karena Allah, dan yang kedua karena ini merupakan sunnah dan anjuran dari
Rasulullah yang tercinta dan yang ketiga karena saya ingin mendoakan Anda”.
Begitu pula ketika anda mengunjungi
seorang alim yang sholeh dan yang masih hidup, anda juga bisa niatkan dalam
hati :
“Ya
Allah saya ingin mengunjungi (Nama ulama/Kyai yang akan anda kunjungi), itu
semata-mata karena perintah Mu ya Allah, perintahMu untuk saling kunjung
mengunjungi dan saling mencintai karenaMu ya Allah, dan yang kedua karena merupakan sunnah dan anjuran
dari Rasulullah yang tercinta dan yang ketiga karena saya ingin mendoakanya ya
Allah”.
Jadi pada intinya ketika kita
melakukan ziarah kepada orang yang sudah meninggal dunia ataupun kepada orang yang masih hidup, itu
kita lakukan semata mata bukan karena kita ingin mendapatkan barokah atau lagi
tertimpa kesusahan, masalah ekonomi ,
keluarga, punya hajat besar dan lain lain. Tetapi itu kita lakukan semata-mata
karena di perintahkan oleh Allah dan anjuran dari Rasulullah yaitu saling
kunjung mengunjungi dan mencintai orang-orang yang sholeh karena Allah.
Kalimat “BAROKAH” itu saya
ibaratkan, seperti orang makan. Maksudnya ketika orang makan akibatnya akan
kenyang, karena itu hukum sebab akibat.
Tanpa anda berniat, mengharap-harap dapat kenyang, jika makan banyak
otomatis perut anda akan kenyang. Begitupula sebaliknya jika anda banyak
mendoakan orang lain baik yang masih hidup atau mereka yang sudah meninggal
dunia anda akan mendapatkan barokah, tanpa anda harus meminta-minta atau
mengharap-harap dapat barokah tersebut. Barokah tersebut sudah anda dapatkan
secara otomatis.
Jika kulit terbakar api biasanya pastikan panas, jika sesuatu tersiram air biasanya pastikan
basah, jika anda tebarkan DOA pastikan dapatkan BAROKAH. Wallahu ‘alam bishawab
====ooOoo====
BERIKUT
KEUTAMAAN SALING MENCINTA KARENA ALLAH
Rasulullah SAW bersabda, “Tali
iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR
at-Tirmidzi).
Cinta karena Allah SWT bahkan menjadi
ciri kesempurnaan iman seorang Muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Siapa
saja yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah
dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR
Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada seorang
dari kalian mencintai temannya hendaklah dia mendatangi rumahnya dan
mengabarinya bahwa ia mencintai dirinya karena Allah SWT.” (HR
Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd, hlm. 712)
Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana
dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Saling memberi hadiahlah kalian,
niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR al-Bukhari dan
al-Baihaqi).
Rasulullah SAW, misalnya bersabda, “Kalian
tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai
kalian saling mencintai.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW pun bersabda,
sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Allah berfirman pada Hari
Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada
hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada
naungan kecuali naungan-Ku.’” (HR Muslim).
Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana
penuturan Muadz bin Jabal, bahwa Allah telah berfirman, “Orang-orang
yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya
sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).
SEMOGA
BERMANFAAT
http://istana99kupu.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment