SAATNYA PANGERAN BENOWO TAMPIL KE GELANGGANG
Oleh : Emha Ainun Nadjib
Yayan Mulyana
Dalam wacana yang saya pakai, dan itu sudah saya kemukakan
kepada Gus Dur sejak sebelum pemilu: Gus Dur menjadi presiden ini dalam rangka
membayar dua macam utang. Utang yang pertama, mohon maaf, Gus Dur membayar utang
sejarahnya Sunan Kalijogo dan Sunan Kudus yang gagal me-menej konflik politik
dan keagamaan antara Aryo Penangsang (Jipang) dengan Sultan Hadiwijaya (Pajang)
yang diwakili oleh Sutawijaya.
Konflik itu sebenarnya berlangsung antara ISLAM dengan ABANGAN (sekularisme).
Konflik mereka membawa akibat terbunuhnya Aryo Penangsang, dan terus berkepanjangan
sehingga putranya Sultan Hadiwijaya, yaitu Pangeran Benowo, menyingkir (istilah
NU-nya ''kembali kekhittah''), tidak berpolitik dan mendirikan pesantren. Maka, kekuasaan kemudian
dari Pajang bergeser ke Mataram di mana putra angkatnya Hadiwijaya yaitu
Sutawijaya alias Panembahan Senopati menjadi raja pertama.
Silakan Anda mempelajari khasanah mengenai budaya politik Mataram, policy-nya
kepada Umat Islam kecuali periode Sultan Agung, yang kemudian dirusak lagi oleh
cucunya jenis feodalismenya, dan lain-lain, sangat mirip Orde Baru. Maka, saya
katakan kepada Gus Dur : jangan Sultan HB-X yang jadi presiden, karena beliau
itu terusannya Mataram-Panembahan Senopati.
Sedangkan Gus Dur adalah keturunan ke-12 Pangeran Benowo, yang dulu “LARI” dari
gelanggang politik, mirip seperti Gus Dur “kembali ke khittah” padahal
Nusantara sedang amburadul. Kalau dulu yang terbunuh hanya Aryo Penangsang,
selama Orde Baru dan Orde Habibie yang terbunuh sangat banyak, dari
Tanjungpriok dulu sampai Ambon. Bahkan, konsep ''persaudaraan nasional'' model Mataram
yang diterapkan Orba melalui pemahaman SARA juga memproduk terbunuhnya banyak golongan yang lain.
Memang sudah saatnya “Pengeran Benowo abad 20/21” tampil ke gelanggang, agar
“hutang” Sunan Kalijogo dan Sunan Kudus dalam membangun persaudaraan nasional
bisa dibayar. Orang Jombang mengatakan ''yang bikin bingung Indonesia adalah orang Jombang, tapi
yang mengatasi masalah juga orang Jombang.'' Pangeran Benowo dulu “LARI” ke
daerah Banyumas, dan komunitasnya kemudian menyebar sampai kembali ke daerah
asal-usulnya, yakni Mojopahit alias Jombang. Perguruan silat yang ada di Jombang
asal-usulnya adalah Banjarnegara-Banyumas.
Tapi kalau itu Anda tanyakan kepada Gus Dur, ia akan nyengenges: ''Ah, itu
karangannya Cak Nun saja ...'' seperti dulu waktu Gus Dur hendak menjemput Pak
Harto ke Masjid Istiqlal untuk berikrar husnul khatimah pada tanggal 7 Maret
1999, Gus Dur menjawab dengan kalimat seperti itu. Guyonnya Gus Dur memang mengasyikkan. Kalau Anda mau, kapan-kapan
saya ungkapkan humor Gus Dur yang luar biasa: soal cawat, kencing di wastafel,
bantal hotel
mewah, dan lain-lain.
Kemudian utang kedua?
Bayar hutang yang kedua adalah bahwa dalam waktu yang lama Gus Dur dikenal
sebagai tokoh Islam yang amat sering membikin bingung umat Islam. Bahkan
kiai-kiai NU sendiri selalu bingung memahami Gus Dur. Terkadang bahkan ia dituduh
terlalu belain umat lain daripada umatnya sendiri. Itu soal psiko-kultur dan
psiko-politik. Sekarang Tuhan memberi peluang kepada Gus Dur untuk “menghibur”
umat Islam, utamanya kaum Nahdhliyin. Karena toh suara voting kepresidenan Gus
Dur berasal dari banyak orang yang dulu merasa dikecewakan olehnya.
Bagaimana prediksi Cak Nun setelah Gus Dur menjadi
presiden?
Rekayasa Tuhan selalu sangat indah. Caranya Tuhan membikin urutan adegan ketika
pembacaan hasil voting kemarin sore saja sangat dramatis. Mega dibikin melesat jauh
dulu sampai beda 40 suara, kemudian bersaing di tengahnya, baru kemudian Gus
Dur melesat. Siapa yang menyusun tumpukan kertas itu?
Indonesia sedang sakit keras, dan Tuhan menentukan pemimpinnya adalah juga
lelaki hampir tua yang sakit, susah melihat, dengan Ibu Negara yang juga duduk
di kursi roda. Seluruh Indonesia menjadi mengerti dan terdorong untuk belajar
rendah hati, belajar mengkonsentrasikan diri pada kekurangan-kekurangan diri dan
bukan menomersatukan kekurangan orang lain.
Siapa pun sekarang tidak gampang menyikapi pemerintah. Gus Dur tidak bisa dikotak
dalam suatu kategori, baik aliran politiknya, pemikiran budayanya, serta
berbagai kecenderungannya. Kita gampang ngasih ''CAP'' kepada Soeharto atau
Habibie, tapi apa “cap”-nya Gus Dur? Anda akan uring-uringan melihat bagaimana ia nanti menangani kasus KKN-nya Pak Harto,
tapi Anda juga akan kaget menyaksikan bagaimana sepak terjangnya soal Gerakan
Aceh Merdeka atau Republik Maluku Selatan.
Anda menyebut dia modernis, sehingga Anda bingung melihat Gus Dur rajin ziarah
ke banyak makam ulama, bahkan terus kontak dengan Kiai Abdullah Faqih, Kiai
Abdullah Salam, Kiai Dimyati, dan dua Kiai Semar. Anda akan dibikin kagum, tapi
juga jengkel. Anda akan telanjur meremehkan dan memarahinya pada suatu hari,
tapi kemudian Anda geleng-geleng kepala. Orang NU bilang Gus Dur itu waliyullah.
Wali itu apa? Ialah orang yang keliru menentukan arah tendangan bola, tapi
nanti tahu-tahu Tuhan memindahkan letak gawangnya, sehingga tendangan itu menghasilkan
gol.
Apa itu maknanya? Gerakan reformasi dituntut untuk memperbaharui ilmunya,
wacananya, sumber aspirasi dan inspirasinya. Tak hanya horizontal, tapi juga
'terpaksa' vertikal. Misalnya, bagaimana mungkin Anda ngomong 'Masyarakat
Madani' sambil mengacuhkan Muhammad saw dan terutama konsep hijrahnya?
Kepemimpinan Gus Dur akan tidak hanya menjadi fenomena nasional, tapi juga
internasional. Tidak hanya kenyataannya bahwa ia menjadi presiden, tapi juga pola-pola
tingkah laku politiknya, model-model pemikirannya, langkah-langkahnya yang
sering antiteori.
Dulu Gus Dur meramal: sebelum tahun 2000 Palestina akan merdeka, Iran akan
menjadi moderat, tapi Indonesia akan menjadi negara Islam ekstrem. Sekarang Gus
Dur telah berhasil satu langkah 'membatalkan' point ramalan yang ketiga. Kalau Mega naik
sekarang, ramalan itu akan mewujud. Tapi Allah memperkenankan manusia untuk
'menawar takdir', karena manusia adalah khalifah-Nya, adalah mandataris-Nya.
Gus Dur juga merupakan presiden paling lucu dan penuh humor sedunia. Humornya
bisa humor murni, bisa humor kesenian, bisa humor sebagai pola perilaku
politik. Gus Dur juga merupakan presiden paling ''cuek'' sedunia, paling pengantuk
sedunia, paling santai dan itu akan sangat menghibur, meskipun bisa juga
menjengkelkan. Kita akan lihat bagaimana Gus Dur meladeni diplomasi internasional,
rentenir IMF, keculasan Amerika Serikat, kepengecutan PBB. Mungkin Gus Dur akan
sangat radikal, mungkin sangat arif.
Yang paling gampang dibayangkan adalah dia ditelepon Kofi Annan tapi tiba-tiba
ia mengantuk dan teleponnya jatuh. Bisa karena benar-benar ngantuk, bisa
dingantukkan oleh malaikat, bisa merupakan strategi diplomatik. Bisa Anda bayangkan
juga kalau Gus Dur harus naik Jeep memeriksa barisan TNI. Saya menyarankan Gus
Dur bilang saja sama Pangab: ''Wis apik! Apik! (Sudah bagus). Gagah-gagah semua!
Ganteng-ganteng semua ...!'' Insya Allah Gus Dur akan melakukan segala sesuatu
yang bisa mencairkan berbagai polarisasi politik, etnik, keagamaan dalam masyarakat.
Gus Dur mestinya akan serius melebur dikotomi-dikotomi, pihak-pihak,
perbedaan-perbedaan, dan mengajari bangsanya untuk lebih lembut hatinya dan
luas jiwanya, syukur adil pikirannya.
Kita berdoa semoga Gus Dur mampu mempersaudarakan kembali bangsa Indonesia
sebagaimana dulu Rasulullah Muhammad saw mempersaudarakan umat Islam, umat
Nasrani, dan Yahudi, di Madinah.
Rasulullah sendiri pernah mengancam bagi siapa saja
yang coba coba mengganggu orang-orang kafir dzimmi (orang kafir yang hidup
berdampingan bersama orang Islam) itu artinya mereka juga mengganggu aku. Red
Gus Dur mengatakan kepada saya Senin sore itu bahwa ia membutuhkan pendamping yang
memiliki sense of politics dan itu ditemukannya pada Akbar Tanjung. Megawati
sangat disayanginya, dan tentu pada saatnya nanti Ibu kita ini juga kalau bisa
menjadi presiden, sebagaimana tokoh kita yang lain Pak Amien Rais.
Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999
No comments:
Post a Comment