KHM. HASYIM ASY'ARI Pendiri sebuah organisasi keagamaan (Nahdlatul Ulama), yang memiliki
jumlah anggota terbesar, di seantero dunia Islam. Seorang ulama besar tanah
air, yang teguh dengan ketinggian ilmu dan kemulian ahlak beliau. Mari kita
sama-sama simak artikel berikut ini, semoga bisa bisa sedikit mengobati rasa
kerinduan anda akan sosok ulama yang yang sekarang sangat sulit dicari
penggantinya.
Tebuireng 1923. Terjadi dialog yang
mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Muhammad
Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan gurunya. Beliau Mbah Kyai Kholil sendiri
banyak ulama yang menyatakan bahwa jika beliau ini Qutubnya tanah Jawa setelah
Wali Songo.
KH Muhammad Kholil : “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan
bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Kyai Kholil
Kyai Hasyim Asy’ari : “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru
akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru
pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang.
Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.”
KH Muhammad Kholil : Tanpa merasa tersanjung, Mbah Kyai Kholil tetap bersikeras
dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati ini sudah tetap, tiada dapat
ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung
ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” Ucap beliau.
Karena sudah faham dengan watak gurunya yang memiliki
semangat dan keinginan yang sangat kuat, Kiai Hasyim tidak bisa berbuat lain
selain menerimanya sebagai santri. Kejadian yang sangat menarik, ketika turun
dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal,
bahkan kadang saling mendahului, demi untuk memasangkan sandal tersebut ke kaki
gurunya. Allahu Akbar sungguh luar biasa dan mulia Ahlak
mereka berdua ini, keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati,
dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru
kita.
Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya
lebih pintar, pandai dan lebih alim ketimbang gurunya. Tetapi persoalanya
bukan karena itu tetapi karena ilmu itu bersumber dari Allah melalui perantara
Rasulullah dan terus sampai kepada para ulama selaku pewaris ilmu para nabi,
makanya tidak ada bedanya (tidak memandang) apakah ilmu tersebut dari murid,
dari guru ataupun dari ulama yang lain jika itu sama-sama sumber utamanya dari
Allah yang Haq terus ke Rasulullah dan itu haq maka wajib di pelajari.
Mbah Kyai Kholil sendiri jauh-jauh dari Bangkalan –
Madura datang ke Tebuireng itu juga tidak serta merta hanya sekedar ingin
berguru kepada muridnya, tetapi Mbah Kyai Kholil melakukan hal tersebut
itu pastinya karena adanya petunjuk dari Allah, dan adanya suatu rahasia
di balik itu. Dan Allah dan para kekasaihNya yang banyak tahu.
Mbah Kholil adalah kyai yang sangat mashur baik pada
jamannya hingga saat ini, bayak yang mengatakan sebagai wali qutub. Hampir
semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada
beliau, dan banyak diantara murid-murid beliau ini menjadi ulama besar dan juga
mencapai derajat Auliya.
Sedangkan Kyai Hasyim sendiri juga seorang ulama yang
sangat bersinar terang, karena ketinggian ilmunya dan juga terkenal dengan
resolusi jihadnya untuk melawan penjajah. Beliau juga pendiri sekaligus
pemimpin tertinggi NU (Beliau satu-satunya yang memakai gelar Roisul Akbar di
NU), beliau punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama. Para ulama
memberikan beliau gelar dengan sebutan “Hadratus Syaikh” yang artinya Tuan
Guru.
DOA ANAS BIN MALIK RA
اللَّهُمَّ
عَبْدُك رُدَّ عَلَيْك، فَارْأَفْ بِهِ وَارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ جَافِ الأَرْضَ
عَنْ جَنْبَيْهِ وَافْتَحْ أَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوحِهِ، وَتَقَبَّلْهُ مِنْك
بِقَبُولٍ حَسَنٍ، اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَضَاعِفْ لَهُ فِي
إحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَن سَيِّئَاتِهِ.
Artinya : “Ya
Allah, hamba-Mu ini telah dikembalikan kepada-Mu, maka kasihilah ia dan
rahmatilah ia, Ya Allah jauhkanlah bumi dari sisinya, dan bukakanlah
pintu-pintu langit untuk ruhnya, dan terimalah ia di sisi-Mu dengan penerimaan
yang baik. Ya Allah jika ia melakukan kebaikan maka lipat gandakanlah
kebaikannya, dan jika ia melakukan keburukan maka abaikanlah
keburukannya". [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah].
*Mohon maaf disini admin tidak
menggunakan dhomir “huma” sebagai kata ganti untuk dua orang
BUKTI CINTA SEJATI
Rasulullah SAW
pernah bersabda yang artinya : “Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu : 1.
memilih kalam kekasihnya (Al-Qur’an) daripada kalam lain-Nya (hasil produk
manusia); 2. memilih bergaul dengan kekasih-Nya daripada bergaul dengan yang
lain; 3. memilih keridhaan kekasih-Nya daripada keridhaan yang lain.” Demikian
ini karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia menjadi hambanya.
Yahya bin
Mu’adz sehubungan dengan pengertian ini telah mengatakan : “Setitik benih cinta
kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh
tahun.” _(Kekasihnya = Allah SWT)___ dari nashaihul ‘ibad
(nasihat-nasihat untuk para hamba) oleh Imam Nawawi
MUTIARA HADIST :
إِنَّ اللهَ
لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ
بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ
رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا
Artinya : sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba, akan tetapi dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. kemudian mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa dasar
ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.
خَيْرُ
النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Artinya : sebaik-baik
manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi'in)
kemudian generasi berikutnya (tabiu't tabi'in)"
إن
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ
فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya : “Sesungguh
ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham.
Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil
warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
SUMBER HADIST :
روى أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان في صحيحه
وغيرهم أن النبي صلى الله عليه وسلم قال في ضمن حديث طويل:" إن العلماء ورثة
الأنبياء وإن الأنبياء لم يورِّثوا دينارًا ولا درهمًا، إنَّما ورَّثوا العلم، فمن
أخذَه أخذ بحظٍّ وافر".
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، قَالَ
حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم يَقُولُ " إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ
مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا،
فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ". قَالَ
الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ.
وَحَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ،
حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ سَعْدٍ السَّمَّانُ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَبِيدَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ " خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ " . فَلاَ أَدْرِي فِي الثَّالِثَةِ أَوْ
فِي الرَّابِعَةِ قَالَ " ثُمَّ يَتَخَلَّفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ
تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ " .
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ
حَيْوَةَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ كُنْتُ
جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ
فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَيْتُكَ مِنَ الْمَدِينَةِ مَدِينَةِ رَسُولِ
اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنِ
النَّبِيِّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ . قَالَ فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ قَالَ
لاَ . قَالَ وَلاَ جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ قَالَ لاَ . قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يَقُولُ " مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ
الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ
الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ
فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ
عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ إِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ " .
SEMOGA BERMANFAAT
http://istana99kupu.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment