Mayoritas masyarakat Indonesia tak menyukai
adanya sikap diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih sikap
diskriminasi kerap menjadi pemicu terjadinya tindak kekerasan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) kepada 400 responden pada tanggal 14-17 Desember 2012,
menyatakan bahwa mayarakat memilih :
1. Bung Karno Skor : 82 %, Di Cintai & Di
Rindukan Rakyat Indonesia
2. Gus Dur Skor : 81 %, Di Cintai & Di
Rindukan Rakyat Indonesia
3. Soeharto Skor : 75 %, Di Cintai & Di
Rindukan Rakyat Indonesia
4. Megawati Skor : 52 %, Di Cintai
& Di Rindukan Rakyat Indonesia
5. Habibie Skor
: 42 %, Di Cintai & Di Rindukan Rakyat Indonesia
6. Susila Bambang Yudoyono Skor : 41%, Di Cintai & Di Rindukan Rakyat
Indonesia
Publik menilai bahwa SBY kurang maksimal dalam
melindungi keberagaman. Hal itu diketahui dengan sebanyak 67,5 persen publik
menilai SBY belum maksimal, sementara 23,4 persen publik menyatakan SBY sudah
maksimal. Untuk kedepan, mayoritas publik dengan 87,6
persen berharap calon presiden di 2014 mendatang dapat melindungi keberagaman
di Indonesia.
"Dalam sejarah presiden Indonesia, publik
menilai hanya Bung Karno dan Gus Dur yang surplus diatas 50 persen melindungi
keberagaman primordial dan ideologis," kata Peneliti Senior LSI Adjie
Alfaraby di Kantor LSI Jakarta, Minggu (23/12/2012).
Referensi : http://news.okezone.com/
read/2012/12/23/337/736116/ publik merindukan era bung karno dan gus dur
GUS DUR ADALAH ORANG YANG PALING DI CINTAI DAN
SELALU DI RINDUKAN OLEH RAKYAT INDONESIA
Tulisan ini saya angkat atas kekaguman saya pada Gus dur
sosok ulama, sosok politikus yang sekuler, sosok negarawan. Terkadang saya
sendiri kurang setuju terhadap beberapa pola pikir Gur dur yang selalu melawan
arus dan cendrung dianggap merugikan umat islam . Tapi itulah Gus dur pola
pemikirannya yang jenius jauh melesat. Sulit dicerna oleh orang
awam seperti saya. Baru beberapa tahun kemudian apa yang dipikirkan Gus dur
terbukti kebenarannya.
Kejeniusan Gus dur tak lepas dari khazanah bacaan yang
terekam dalam otaknya maka tak heran Gus dur mampu menangkap dengan cepat dan
cerdas sumber ilmu yang ia pelajari. Kecerdasan inilah yang kemudian oleh warga
NU diyakini Gus dur memiliki ilmu LADUNNI (Ilmu yang diperoleh dari Alloh tanpa
belajar ) bahkan ada yang meyakini bahwa Gus dur sosok Auliyaillah (wali)
hingga saat ini Makam Gus dur di tebuireng masih ramai dikunjungi para peziarah
yang datang dari berbagai pelosok di nusantara. Suatu hari seorang ulama ahli
tarekat bernama Syech Nazhim al haqqani berkunjung ke Indonesia dan ditanya
oleh jamaah “apakah Gus dur itu wali ? jawab Syech Nazhim al haqqani ‘Lihatlah
nanti ketika Gus Dur meninggal, benar saja ketika Gus dur meninggal ribuan
orang mengiringi prosesi pemakamannya dan makamnya tak pernah sepi di ziarahi
oleh umat yang mencintai Gus dur.
Kelugasan dan kepolosan Gus Dur dalam membuat
pernyataan merupakan kekuatan yang dimilikinya , namun tentu saja memiliki
implikasi yang negatif bagi orang lain. Aroma mistis spritual selalu melekat
dalam diri Gus Dur . Bisikan bisikan yang katanya merupakan “Suara Langit”
selalu gus dur kemukakan hal tersebut bagi orang lain dapat diartikan
menentramkan atau sebaliknya justru meremehkan dan membuat gerah orang. Gus dur
kadang sulit dimbangi dengan langkah langkah taktisnya, sehingga terkesan
emosional, meskipun demikian orang berusaha memakluminya penyampaian
gagasan dengan ceplas ceplos dan humoris merupakan langkah jenius Gus dur
melintas batas menembus ketegangan , gus dur sanggup menjalin silahturahim dengan
segala perbedaan perbedaan.
Sebagai politikus dan pejuang Gus Dur selalu dapat
membedakan antara urusan politik dan hubungan pribadi. Dia bisa keras, tegas,
dan cenderung berkepala batu dalam sikap-sikap politiknya, tetapi selalu
menjaga hubungan pribadi melalui silaturahmi yang selalu hangat dan bersahabat.
Bukan hanya kawan politiknya yang diakrabi, tetapi lawan-lawan politiknya pun
dihormati dengan silaturahmi. Kita tentu masih ingat nama Abu Hasan, pesaing
Gus Dur dalam perebutan kursi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU (1994) di
Cipasung. Sebagai calon ketua umum yang menurut berita diskenariokan oleh
kekuatan luar ( alat politik suharto ) untuk menjinakkan NU, Abu Hasan
ngotot untuk menjadi Ketua Umum PBNU. Setelah kalah dalam pemilihan yang
demokratis di muktamar Abu Hasan tidak mau terima. Dia pun membentuk PBNU
tandingan dengan nama KPPNU.
Namun berkat dukungan arus bawah dan para kyai
kyia kampung terhadap Gus Dur, meski memakan waktu agak lama, akhirnya
KPPNU itu bubar tanpa komunike karena tak bisa bekerja tanpa dukungan umat.
Yang mengharukan, setelah KPPNU runtuh dan PBNU di bawah Gus Dur berjaya,
justru Gus Dur-lah yang datang pertama kali bersilaturahmi ke rumah Abu
Hasan tanpa mengungkit kelakuan dan cercaan-cercaan pedas yang pernah dilontarkan
Abu Hasan terhadap dirinya. Dirangkulnya Abu Hasan sebagai sahabatnya. Ketika
terjadi konflik PKB Jawa Timur yang melibatkan Kiai Fawaid.
Saat itu Kiai
Fawaid terpilih sebagai Ketua Dewan Syura PKB Jawa Timur, tetapi tidak ada
kecocokan dengan Gus Dur dan Ketua PKB Jawa Timur Choirul Anam dalam susunan
kepengurusan. Kiai Fawaid merasa hak-haknya sebagai Ketua Dewan Syura hasil
musyawarah wilayah (muswil) dilanggar, apalagi Gus Dur sempat marah dan
menyatakan tak akan berhubungan lagi dengan Kiai Fawaid. Pewaris tokoh NU
karismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin itu pun keluar dari PKB dan bergabung
dengan PPP. Pada saat Kiai Fawaid bersikap keras dan resmi menyatakan bergabung
ke PPP, Gus Dur tetap menyambung silaturahminya dengan Kiai Fawaid. Pada suatu
tengah malam secara mendadak Gus Dur berkunjung ke rumah Kiai Fawaid di
Sukorejo meskipun harus menempuh perjalanan darat yang sangat jauh. Gus Dur
menghormati pilihan Kiai Fawaid keluar dari PKB dan silaturahmi terus
dipelihara.
Pernah suatu ketika Gus dur menjadi presiden mampir kerumah Hanafi
Asnan yang waktu itu menjabat Kepala Staf Angkatan Udara , pada waktu itu acara
tanam seribu pohon di wilayah madura bersama mentri kehutanan marzuki usman ,
acara yang di telah di rencanakan oleh protokol kepresidenan tiba tiba gus dur
menyelipkan acara berkunjung silahturahim ke rumah Hanafi asnan bangkalan
madura, Meski diberi tahu bahwa KSAU Hanafi Asnan tak ikut dalam rombongan, Gus
Dur mengatakan bahwa dirinya akan bersilaturahmi kepada ibunya Pak Hanafi ,
Padahal Gus Dur tak pernah kenal dengan ibunda Hanafi kecuali bahwa Hanafi
adalah bawahannya yang berasal dari Madura, bukan main terharunya Ksau
Hanafi asnan bahwa yang mampir menemui ibandanya adalah seorang presiden.
Itulah sisi lain kehidupan Gus Dur yang jarang diperhatikan orang, yakni suka
bersilaturahmi kepada siapa pun.
Banyak yang meyakini bahwa kegemaran
bersilaturahmi tanpa jarak “antara orang besar dan orang biasa” itulah yang
mengakibatkan Gus Dur menjadi milik dan dicintai oleh begitu banyak orang. Gus Dur
tak pernah lelah bersilaturahmi kepada siapa pun, mulai dari kota besar sampai
ke desa terpencil, mulai dari sahabat karib sampai ke lawan-lawan politik,
mulai dari orang-orang besar sampai orang-orang kecil. Jadi selain karena modal
politik- sosiologisnya sebagai tokoh yang berdarah biru NU, kecerdasan dan
kepandaiannya yang luar biasa, kehidupannya yang bersahaja, serta keterbukaan
dan kesantunannya terhadap semua golongan, perihal kegemaran untuk selalu
bersilaturahmi menjadi penguat bagi munculnya keseganan dan kecintaan masyarakat
terhadap Gus Dur.
Prof DR KH Said Aqil Siraj pernah bercerita bahwa suatu hari dirinya bersama Gus dur pergi ke Madinah untuk berziarah , waktu malam tiba Gus dur mengajak dirinya berkeliling masjid untuk mencari seorang “Waliyulloh”, setelah berkeliling akhirnya KH said menunjuk sesorang yang menggunakan imamah dan keningnya hitam bekas sujud ‘”apakah itu wali Gus ? kata Kh said aqil. ” Bukan ….dia bukan Wali ” kata Gus Dus, setelah berkeliling keliling dimasjid madinah Gus dur menghentikan langkahnya dan menunjuk bahwa orang yang di depannya ini adalah wali, sesorang yang hanya menggunakan sorban biasa dan duduk diatas sajadah, lalu kh said aqil meminta kepada orang yang di tunjuk Gus dur wali itu tersebut untuk mendoakan Gus dur dan dirinya, Lalu orang tersebut mendoakan Gus dur agar sukses dan di ridoi , selesai berdoa orang tersebut pergi sambil menarik sejadahnya dan berkata ” Ya Alloh dosa apa saya , sehingga maqom dan kedudukan saya di ketahui orang. La yariful wali illa biwalli . wallohu a’lam
Prof DR KH Said Aqil Siraj pernah bercerita bahwa suatu hari dirinya bersama Gus dur pergi ke Madinah untuk berziarah , waktu malam tiba Gus dur mengajak dirinya berkeliling masjid untuk mencari seorang “Waliyulloh”, setelah berkeliling akhirnya KH said menunjuk sesorang yang menggunakan imamah dan keningnya hitam bekas sujud ‘”apakah itu wali Gus ? kata Kh said aqil. ” Bukan ….dia bukan Wali ” kata Gus Dus, setelah berkeliling keliling dimasjid madinah Gus dur menghentikan langkahnya dan menunjuk bahwa orang yang di depannya ini adalah wali, sesorang yang hanya menggunakan sorban biasa dan duduk diatas sajadah, lalu kh said aqil meminta kepada orang yang di tunjuk Gus dur wali itu tersebut untuk mendoakan Gus dur dan dirinya, Lalu orang tersebut mendoakan Gus dur agar sukses dan di ridoi , selesai berdoa orang tersebut pergi sambil menarik sejadahnya dan berkata ” Ya Alloh dosa apa saya , sehingga maqom dan kedudukan saya di ketahui orang. La yariful wali illa biwalli . wallohu a’lam
DALAM HAUL GUS DUR 4
Tulisan singkat nan sederhana,
sebagai karcis haul Gus Dur ke-4, moga-moga dapat tempat duduk. Seperti
yang kita tahu, agama Islam adalah agama kasih sayang. Sekalipun di dalam agama
Islam ada larangan-larangan tertentu, selalu ditekankan untuk menegakkan
aturantersebut harus atas dasar cinta. Banyak pejuang Islam celaka karena salah
memahami amar makruf nahi munkar. Dipikirnya perintah “mengajak pada kebaikan
dan mencegah keburukan” itu berdiri sendiri.
Tidak ada ayat-ayat al-Quran dan
hadits penjelas tata cara operasionalnya. Kalau kita mau sabar belajar dulu,
tidak hanya bermodal semangat, kita akan tahu “pendamping” perintah jihad
tersebut; dilandasi kasih sayang. Silakan cek ke semua ulama dan penghafal
al-Quran di dunia ini. Tujuan berdakwah adalah mengajak kebaikan, tentu
mustahil menghasilkan kerusakan.
Menjadi mungkin kegiatan dakwah justru berbuah
kerusakan, jika dilakukan dengan cara yang salah dan niat yang kotor. Kerusakan
tambah parah jika hanya bermodal semangat saja, tanpa ilmu sama sekali. Agar
lebih memahami, kita ambil contoh kehidupan sehari-hari. Ada seorang anak kecil
memanjat pohon untuk memetik buah. Tiba-tiba hujan turun, sementara anak kecil
itu masih di atas pohon.
Kalau yang “berdakwah” itu ibunya sendiri, pasti dia
akan penuh kelembutan untuk mengajak anaknya segera turun. Kalau yang
“berdakwah” itu tetangganya yang berwatak preman, pasti dia akan kasar menarik
kaki anak kecil itu, lalu malah dibanting ke bawah. Lihat, sama-sama tujuannya;
turun dari pohon. Tapi, terasa sangat lain, kan? Kenapa bisa demikian? Cara
ditentukan niat, sementara niat asalnya dari pikiran dan hati. Sang ibu sejak
awal sudah berbeda dengan si tetangganya, karena sang ibu “mendakwahi” anaknya
atas nama cinta. Akhirnya, hasilnya pun berbeda dengan si tetangga yang tanpa
cinta tadi; sang ibu penuh lemah lembut mengajak si anak pada kebaikan. Amar
makruf nahi munkar, jihad, dakwah, dan sebagainya pun demikian. Harus dilandasi
kasih sayang, karena itulah agama kita disebut agama Islam (agama
perdamaian/keselamatan).
Gus Dur sangat memahami konsep itu, maka Gus Dur layak
disebut khalifatullah (wakil Allah). Hasilnya seperti kita lihat, pengikut Gus
Dur ada puluhan juta orang, tak cuma kalangan NU, tapi juga lintas agama. Semua
orang cinta Gus Dur, karena beliau mencintai semua orang, bahkan kepada yang
membencinya sekalipun. Semua orang mengagumi keislaman Gus Dur, karena beliau
berislam secara utuh dan menyeluruh, Gus Dur sampai di level khalifatullah
(wakil Allah), karena sudah lulus dua tahap sebelumnya. Gus Dur sudah lulus
jadi insan (manusia), kemudian Gus Dur sudah lulus jadi abdullah (hambah
Tuhan), lalu Gus Dur pun di puncak pendakian seorang muslim, yakni menjadi
khalifatullah (wakil Tuhan).
Gus Dur berbeda dengan para pembencinya.
Kebanyakan dari mereka, jadi manusia saja belum lulus. Hanya karena rajin
shalat dan pintar mengaji, ada orang gampang sekali menyakiti hati muslim lain
yang menurutnya tidak sealim dirinya. Hanya karena menilai Ahmadiyah melenceng
dari agama Islam, ada orang gampang sekali membakar rumah-rumah penduduk
Ahmadiyah. Hanya karena dirinya berpuasa, ada orang gampang sekali memukuli
ibu-ibu penjual makanan. Begitulah, jadi manusia saja belum lulus. Bagi manusia
yang level “manusia” saja belum lulus tapi merasa sudah di level khalifatullah,
Gus Dur terlihat kontroversial.
Gus Dur terlihat membela kesesatan-kesesatan
dan memarahi para pejuang Islam. Bagi anak SD, ilmu politik terkesan adalah
klenik. Bagi anak SD, musik Beethoven terdengar adalah musik ngik ngok. Bagi
anak SD yang masih belajar shalat, wiridan terlihat adalah ritual sesat.
Bagaimanakah dengan Rasulullah Saw. yang tiap hari menyuapi pengemis buta yang
beragama Yahudi tanpa sekalipun mendakwahinya? Apakah tindakan “controversial”
Kanjeng Nabi itu artinya menyetujui agama Yahudi? Apakah Kanjeng Nabi harus
menginjak-injak kepala pengemis buta Yahudi itu kalau ngotot tidak mau memeluk
agama Islam, biar tidak disebut “kontroversial”? Seperti Nabi Muhammad Saw.,
apakah Syaikh Hasan al-Bashri juga layak disebut “wali controversial”?
Syaikh
Hasan al-Bashri tinggal bertetangga dengan seorang Nasrani di sebuah flat.
Apartemen si Nasrani di atas dan apartemen beliau di bawah. Bertahun-tahun
mereka bertetangga, tapi belum pernah si Nasrani datang bertamu ke apartemen
Syaikh Hasan. Baru ketika Syaikh Hasan al-Bashri jatuh sakit, si Nasrani
mendatangi apartemen beliau untuk keperluan menjenguk.
Betapa kagetnya si
tetangga, ketika menyadari adanya sebuah baskom berisi air keruh yang terletak
di dekat tempat tidur beliau. Spontan si Nasrani teringat kamar mandinya tepat
berada di atas. Karena si tetangga Nasrani bertanya setengah memaksa, Syaikh
Hasan pun jujur, bahwa tebakannya benar dan itu sudah berlangsung sekitar 20
tahun. Apakah Syaikh Hasan harus teriak-teriak takbir dan mendobrak pintu
apartemen si tetangga Nasrani, agar tidak disebut “wali controversial”? Gus Dur
pun demikian.
Masalah kenapa Gus Dur terlihat ramah pada siapa saja, bahkan
pada orang atheis pun, itu karena Gus Dur memanusiakan manusia lain dan selalu
ingin menyayangi orang lain. Tidak betul gosip yang mengatakan Gus Dur hanya
peduli dengan umat non-muslim. Memangnya jamaah NU yang dipimpinnya itu
gerombolan orang kafir? Memangnya jamaah Muhammadiyah yang sering dikunjunginya
itu gerombolan orang kafir? Gus Dur seakan tidak peduli isu Palestina, karena
anak SD tidak mungkin paham namanya ilmu diplomasi. Tidak suka Israel, ya demo
bakar-bakar ban sambil mengutuki Israel. Peduli dengan Palestina bukan ukuran
kepedulian terhadap agama Islam.
Kenapa mufti Arab Saudi sampai sekarang tidak
pernah mengeluarkan fatwa jihad ke Palestina? Kenapa negara-negara Arab tidak
bergabung jadi satu atas nama agama Islam dan menyerang Israel? Jangan-jangan
konflik Palestina-Israel itu murni konflik diplomasi internasional? Silakan
belajar tafsir tentang mekanisme sedekah di al-Quran. Lebih utama mana menolong
sepupu yang kesusahan dengan tetangga yang kesusahan? Lebih didahulukan mana
menolong rakyat Indonesia yang kesusahan dengan rakyat Palestina yang
kesusahan? Lebih utama mana antara Arab Saudi dengan Indonesia yang sebaiknya
menolong Palestina? Gus Dur tidak controversial.Putri Gus Dur, Alissa Q. Wahid,
mengomentari: “Tulisan yang bagus. Terimakasih, kang.
Sekadar informasi
tambahan, saya tahu sendiri bahwa Gus Dur di tahun 90an ikut menanggung beban
finansial kedubes Palestina di Indonesia. Setiap bulan.” Doni Febriando
menjawab: “Iya mbak, jelas Gus Dur sangat peduli dengan Palestina, hanya saja
beliau itu tidak suka pamer. Kan beliau nolongin Palestina bukan demi mengkader
muslim-muslim polos jadi anggota partai, hehehe… Meski Gus Dur juga tahu aneka
strategi politik massa, bapaknya mbak masih punya etika politik.”
BUNG KARNO ADALAH ORANG YANG PALING DI CINTAI DAN DI RINDUKAN OLEH RAKYAT
INDONESIA
Cuma Indonesia Negara yang pernah keluar dari keanggotaan
PBB. Kalo ada orang Indonesia yang tidak kenal dengan Ir. Soekarno, aku
pastikan dia orang bego, presiden pertama Indonesia ini sangat fenomenal,
banyak hal-hal yang dilakukan oleh beliau demi kemajuan dan kemandirian bangsa
Indonesia ini. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk
penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa,
ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba
merendahkan martabat negara Indonesia.
Karena saking fenomenalnya beliau, ketika dalam masa kepemimpinannya Indonesia
pernah keluar dari keanggotaan PBB, dan menjadi satu-satunya Negara yang pernah
keluar dari PBB, sekali lagi itu hanya Inonesia, bayangkan saja ketika beberapa
Negara mencoba untuk masuk menjadi anggota PBB dan mendapatkan kesulitan,
Indonesia justru keluar dari keanggotaan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di
New York, USA. Tanggal 20 Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari
keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait
keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Bukan tanpa sebab Indonesia
keluar dari PBB, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keluarnya indonesai
dari PBB.
Pada tahun 1965 Indonesia sedang berkonfrontasi dengan pihak Malaya di
Kalimantan, konfrontasi ini adalah sebuah perang antara Negara konfederasi
Malaysia dan NKRI, pada tahun 1962-1966. Perang ini berawal dari keinginan
Federasi malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan tanah melayu pada tahun 1961
untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang
ditumpangi oleh britania raya yang tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh
karena itu Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap
pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai
“boneka Inggris” merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru
serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan
pemberontakan di Indonesia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran
menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara
Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman Perdana Menteri Malaysia saat
itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia
pun meledak, Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi
anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin
melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama
Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui
pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini :
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian
keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai
martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan
kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita
masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik
Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk
Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai
alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan
GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan,
Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet
dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput
sekitar 500 wartawan asing.
Jadi kebayangkan bagaimana presiden pertama Negara ini, mulai dari pengucilan
dari dunia internasional, bukan tanpa alsan semua ini, inilah sejarah yang
harus menjadi cerminan betapa fauding father kita mempertahankan kedaulatan
NKRI, harga mati untuk sebuah kemerdekaan yang direbut oleh darah.
Dikumpulkan
dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment