Manusia itulah kita, yang mana Allah telah menciptakan kita dalam penciptaan yang paling sempurna (Ahsanul Kholikin). Sekarang sudah memasuki tahun 2014, waktu bagi kita berputar terasa begitu cepat. Manusia sentiasa berkembang dari masa bayi => anak-anak => Remaja => Dewasa => menua/tua. Corak warna kehidupan di hiasi ragam adat-istiadat, pengetahuan, budaya, moral, kepercayaan, aturan kemasyarakatan, pendidikan, undang-undang dan pemerintahan.
Di jaman sekarang ini yang semuanya
serba canggih serba modern, tetapi perilaku/ahlak individu malah mengalami penurunan yang
fantastis. Korupsi jamaah, obat-obatan terlarang, seks bebas, pembunuhan dan
kejahatan lainya. Dan banyak yang hafal Qur’an dan Hadist tapi perilakunya
bejat, memperjual belikan ayat untuk uang, kedudukan dan perempuan. Berita bulan kemarin Januari 2014 tokoh Ulama
MUI Bogor asyik ngesek dengan dua wanita sekaligus, ada juga pengasuh pesantren
di Sumatra dan juga pesantren di Nganjuk kyainya doyan ngobok-ngobok pager ayu
(farji/vagina) para santriwatinya weleh....weleh.....
Liat aja korupsi di Indonesia salah
satunya korupsi impor daging sapi Australi, apakah pelakunya itu bodoh soal
agama?, mereka adalah orang-orang yang sangat ahli dan sangat dalam ilmu agamanya
dan bahkan masyakat memanggil mereka
dengan sebutan ustazd atau pak kyai. Liat juga gelar para koruptor kakap
di negri ini, sebagian besar mereka adalah golongan orang-orang terdidik insan
cendikia, seperti Prof.DR seperti Akil
Muhtar. Mereka adalah orang-orang yang
hebat dan cerdas, tapi sayang otak mereka seperti “OTAK UDANG” jadi otak
mereka isinya “Tai/kotoran yang najis”. Saya disini tidak
menjelek-jelekkan mereka karena mereka sendiri sudah jelek kwak...kwak....
Dalam perkembanganya semakin hari
perilaku manusia di muka bumi ini tidak bertambah semakin baik, penuh carut
marut, amburadul ini. Di lain pihak ada hati yang haus akan oase kesegaran
rohani, senantiasa selalu bertanya-tanya, adakah di negri ini seorang ulama
yang waliyullah?, jika ada dimanakah mereka, kenapa jika jika zaman dahulu
seakan-akan sangat gampang dan kayaknya banyak ulama yang mencapai derajat
Waliyullah. Kewalian mereka begitu mashur (terkenal) hingga orang awampu tahu
kedudukan tinggi mereka, sehingga tidaklah susah untuk mencari-cari bertemu
dengan mereka. Sekarang ini 2014, seakan akan yang namanya Waliyullah itu telah
tiada tidak mungkin muncul lagi, seakan-akan para wali adalah bagian dari kisah
sejarah dari sang pejuang tokoh spritual.
Allah swt pastinya akan menghancurkan
dunia ini jika seandainya di dunia ini tidak ada orang yang Allah cintai
(wali). Sebenarnya orang-orang pilihan (wali) itu masih ada dan akan senantisa
ada, oleh sebab itu hari kiamat akan
senantisa tertunda jika di dunia ini masih ada yang Allah cintai, makanya Allah
swt sendiri menyatakan “Rahmatku
melebihi murkaku” .
Para wali Allah sentiasa berjuang untuk mengembalikan ahlak manusia ke fitrahnya. Allah swt dalam Al-Qur’an “Innaka la’ala khulukin adhim” yang intinya menyatakan bahwasanya Nabi Muhmmad saw merupakn seseorang berbudi pekerti yang luar biasa luhur. Nabi Muhmmad sendiri juga menyatakan yang pada intinya bahwasanya Nabi Muhammad saw itu hadir di muka bumi ini tiada lain dan tiada bukan itu karena beliau menginginkan agar manusia itu berperilaku terpuji /mulia. Jika perilaku individu-individu itu sudah terpuji/mulia pastinya akan menjadi tercipta masyarakat yang “Baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur”.
Dalam salah satu hadis qudsi Allah berfirman :“Wali-waliKu berada di bawah kubah-kubahKu. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku”. Maka adanya para wali-wali Allah tidak dapat dinafikan dan mereka merupakan para kekasih Allah yang terdapat diseluruh pelosok bumi di mana saja terdapat orang yang beriman. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengingatkan hakikat adanya para wali serta karamah mereka sebagaimana tercatat dalam kitabnya
Ibnu Taimiyah mengatakan :
“Wali Allah adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa kepada Allah. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan pada diri mereka dan mereka tidak merasa khawatir. Mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah, bertaqwa dalam pengertian mentaati firman-firmanNya, penciptaanNya, izinNya, dan kehendakNya yang termasuk dalam ruang lingkungan agama. Semua itu kadang-kadang menghasilkan berbagai karamah pada diri mereka sebagai hujjah dalam agama dan bagi kaum muslimin, tetapi karamah tersebut tidak akan pernah ada kecuali dengan menjalankan syariat yang dibawa Rasulullah saw.”
Kedudukan wali hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang telah nyata ketaqwaannya. Sementara orang yang nyata telah melanggar syari’ah tidak dapat diberikan kedudukan yang mulia ini. Sayangnya, di kalangan manusia, ada orang yang mengaku bahawa dirinya adalah wali dan memperoleh karamah dari Allah, padahal dalam kehidupannya sehari-hari mereka tidak melaksanakan syariat Islam dengan baik sehingga mustahil bagi Allah untuk memberikan darajat ‘wali’ kepada orang seperti ini.
Para wali Allah sentiasa berjuang untuk mengembalikan ahlak manusia ke fitrahnya. Allah swt dalam Al-Qur’an “Innaka la’ala khulukin adhim” yang intinya menyatakan bahwasanya Nabi Muhmmad saw merupakn seseorang berbudi pekerti yang luar biasa luhur. Nabi Muhmmad sendiri juga menyatakan yang pada intinya bahwasanya Nabi Muhammad saw itu hadir di muka bumi ini tiada lain dan tiada bukan itu karena beliau menginginkan agar manusia itu berperilaku terpuji /mulia. Jika perilaku individu-individu itu sudah terpuji/mulia pastinya akan menjadi tercipta masyarakat yang “Baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur”.
Dalam salah satu hadis qudsi Allah berfirman :“Wali-waliKu berada di bawah kubah-kubahKu. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku”. Maka adanya para wali-wali Allah tidak dapat dinafikan dan mereka merupakan para kekasih Allah yang terdapat diseluruh pelosok bumi di mana saja terdapat orang yang beriman. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengingatkan hakikat adanya para wali serta karamah mereka sebagaimana tercatat dalam kitabnya
Ibnu Taimiyah mengatakan :
“Wali Allah adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa kepada Allah. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan pada diri mereka dan mereka tidak merasa khawatir. Mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah, bertaqwa dalam pengertian mentaati firman-firmanNya, penciptaanNya, izinNya, dan kehendakNya yang termasuk dalam ruang lingkungan agama. Semua itu kadang-kadang menghasilkan berbagai karamah pada diri mereka sebagai hujjah dalam agama dan bagi kaum muslimin, tetapi karamah tersebut tidak akan pernah ada kecuali dengan menjalankan syariat yang dibawa Rasulullah saw.”
Kedudukan wali hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang telah nyata ketaqwaannya. Sementara orang yang nyata telah melanggar syari’ah tidak dapat diberikan kedudukan yang mulia ini. Sayangnya, di kalangan manusia, ada orang yang mengaku bahawa dirinya adalah wali dan memperoleh karamah dari Allah, padahal dalam kehidupannya sehari-hari mereka tidak melaksanakan syariat Islam dengan baik sehingga mustahil bagi Allah untuk memberikan darajat ‘wali’ kepada orang seperti ini.
Dan kebanyakan seseorang yang sudah
mencapai derajat wali Allah mereka dalam melaksanakan semua syariat/ketaatan
serta mujahadahnya kepada Allah dilakukan secara tersembunyi, mereka tidak
ingin orang lain mengetahuinya karena ibadah adalah semata-mata adalah urusan
seorang hamba dengan sang Kholik, jadi mereka senang menyembunyikan ketaatan/syariat di hadapan
manusia dan bersuka ria menampakkan segala syariat, ketaatan dan mujahadahnya
hanya untuk Allah swt.
TENTANG KARAMAH
Yang perlu diwaspadai juga, setan pun dapat membantu manusia untuk mewujudkan keajaiban-keajaiban di mata manusia. Itulah yang dinamakan sihir atau juga ihanah (kehinaan) untuk orang-orang berprilaku jahat. Setan pun berupaya membantu seseorang dengan memberi pengetahuan kejadian yang akan datang, meskipun kabar itu tepat tapi sesunggunya setan itu adalah penipu yang nyata.
Maka penting bagi umat Islam mengetahui juga
akan perkara-perkara luar biasa yang wujud di alam ini supaya dapat membedakan
antara yang hak dan yang batil. Para wali-wali Allah juga diberi kurniaan yang
luar biasa dikenali sebagai Karamah.
Karamah adalah sesuatu kemulian yang Allah swt berikan kepada
hambaNya yang di cintai (wali), yang sesungguhnya hamba itu sendiri tiada
sedikitpun terbesit untuk berharap mendapatkan karamah.
Kenapa juga ada seseorang yang ahli
dalam menjalankan tirakat seperti puasa, bertapa dan meditasi memiliki banyak
keajaiban-keajaiban, kesaktian dan keluarbiasaan itu dinamakan istidraj, anugarah
itu Allah swt berikan kepada siapa saja yang mau berusaha dan mau melakukan
olah batin tanpa melihat apakah orang itu baik (beriman) atau jahat (kafir). Istidraj
sendiri di bagi menjadi dua jika kemampuan itu dimiliki orang jahat/kafir
namanya ihanah (Kehinaan dari Allah swt), dan yang kedua jika kemampuan
itu di berikan khusus kepada orang baik/beriman namanya i’anah
(Pertolongan dari Allah swt).
“KARAMAH TERBESAR DARI PARA WALI ALLAH
SWT ADALAH BERUPA ANUGRAH MA’RIFAT, MUKASYAFAH, MUSYAHADAH DAN MAHABBAH KEPADA
ALLAH SWT”.
PENGERTIAN WALI
Wali dari segi bahasa bererti:-
1. Dekat. Jika seseorang sentiasa mendekatkan dirinya kepada Allah, dengan memperbanyakkan kebajikan, keikhlasan dan ibadah, dan Allah menjadi dekat kepadanya dengan limphan rahmat dan pemberianNya, maka di saat itu orang itu menjadi wali.
2. Orang yang senantiasa dipelihara dan dijauhkan Allah dari perbuatan maksiat dan ia hanya diberi kesempatan untuk taat sahaja.
Adapun asal perkataan wali diambil daripada perkataan al wala’ yang bererti : hampir dan juga bantuan. Maka yang dikatakan wali Allah itu orang yang menghampirkan dirinya kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diwajibkan keatasnya, sedangkan hatinya pula sentiasa sibuk kepada Allah dan asyik untuk mengenal kebesaran Allah. Kalaulah dia melihat, dilihatnya dalil-dalil kekuasaan Allah. Kalaulah dia mendengar, didengarnya ayat-ayat atau tandatanda Allah.Kalaulah dia bercakap, maka dia akan memanjatkan puji-pujian kepada Allah. Kalaulah dia bergerak maka pergerakannya untuk mentaati Allah. Dan kalau dia berijtihad, ijtihadnya pada perkara yang menghampirkan kepada Allah. Seterusnya dia tidak jemu mengingat Allah, dan tidak melihat menerusi mata hatinya selain kepada Allah. Maka inilah sifat wali-wali Allah. Kalau seorang hamba demikian keadaannya, nescaya Allah menjadi pemeliharanya serta menjadi penolong dan pembantunya.
Siapakah yang digelar wali?
1. Ibnu Abas seperti yang tercatit dalam tafsir Al Khazin menyatakan “ Wali-wali Allah itu adalah orang yang mengingat Allah dalam melihat”.
2. Al Imam Tabari meriyawatkan daripada Saeed bin Zubair berkata bahawa Rasulullah s.a.w. telah ditanya orang tentang Wali-wali Allah. Baginda mengatakan “Mereka itu adalah orang yang apabila melihat, mereka melihat Allah”.
3. Abu Bakar Al Asam mengatakan “Wali-wali Allah itu adalah orang yang diberi hidayat oleh Allah dan mereka pula menjalankan kewajiban penghambaan terhadap Allah serta menjalankan dakwah menyeru manusia kepada Allah”.
PENGGUNAAN ISTILAH WALI DALAM AL-QURAN.
“Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman”.[1]
“Dia menjadi wali bagi orang-orang shalih”.[2]
“Engkau adalah wali kami, maka kurniakanlah kami kemenangan atas orang-orang kafir”.[3]
[1]. Surah Al-Baqarah: 257
[2]. Surah Al-‘Araf: 196
[3]. Surah Al-Baqarah: 286
“Yang demikian itu adalah kerana Allah itu adalah wali bagi orang-orang yang beriman, sedangkan orang-orang kafir tidak ada wali bagi mereka”.[4]
“Sesungguhnya wali kamu adalah Allah dan RasulNya”.[5]
[4]. Surah Muhammad: 11
[5]. Surah Al-Maidah: 55
Dari semua ayat itu dapat kita lihat bahawa Allah disebut wali, orang mukmin disebut wali, seorang yang dewasa yang diberi tugas melindungi dan memelihara anak kecil juga disebut wali. Demikian juga orang yang lemah yang tidak dapat mengurus harta-bendanya sendiri, lalu dipelihara oleh keluarga yang lain, maka keluarga tersebut itu juga dipanggil wali. Penguasa pemerintah yang diberi tanggung jawab pemerintahan disebut wali. Ayah atau mahram yang berkuasa yang menikahkan anak perempuannya juga disebut wali. Lantaran itu dapatlah kita mengambail kesimpulan makna yang luas sekali dari kalimat wali ini. Terutama sekali ertinya ialah hubungan yang amat dekat (karib), baik kerana pertalian darah keturunan, atau kerana persamaan pendirian, atau kerana kedudukan, atau kerana kekuasaan atau kerana persahabatan yang karib. Allah adalah wali dari seluruh hambaNya dan makhlukNya, kerana Dia berkuasa lagi Maha Tinggi. Dan kuasaNya itu adalah langsung. Si makhluk tadi pun wajib berusaha agar dia pun menjadi wali pula dari Allah. Kalau Allah sudah nyata tegas dekat atau karib kepadanya dia pun hendaklah beraqarrub, ertinya mendekatkan pula dirinya kepada Allah. Maka timbullah hubungan perwalian yang timbal balik. Segala usaha memperkuatkan iman, memperteguhkan takwa, menegakkan ibadah kepada Allah menurut garis-garis yang ditentukan oleh Allah dan RasulNya, semuanya itu adalah usaha dan ikhtiar mengangkat diri menjadi wali Allah. Segala amal salih, sebagai kesan dari iman yang mantap, adalah rangka usaha mengangkat diri menjadi wali.
Dari Segi Penggunaan
Wali pada mafhumnya bererti :-
1. Seseorang yang senantiasa taat kepada Allah tanpa menodainya dengan perbuatan dosa sedikitpun.
2. Seseorang yang sentiasa mendapat perlindungan dan penjagaan, sehingga ia senantiasa taat kepada Allah tanpa melakukan dosa sedikit pun, meskipun ia dapat melakukannya.
DALIL-DALIL TENTANG ADANYA WALI ALLAH
Dari Al-quran
Pertama
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat”[6]
[6]. Surah Yunus: 62- 64
Dalam ayat ini Allah swt. menyatakan bahawa para wali-wali Allah itu mendapat berita gembira, baik di dunia mahu pun di akhirat. Apakah yang dimaksudkan dengan berita gembira (Busyra) itu?
Pengertian Al-Busyra (Berita Gembira)
Yang dimaksudkan dengan berita gembira di kehidupan dunia adalah:
1. Mimpi yang baik seperti yang tersebut di dalam hadis:
“Al busyraa adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang mukmin atau yang diperlihatkan baginya”[7]
“Mimpi yang baik adalah seperempat puluh enam bahagian dari kenabiaan.”
2. Ada yang mengatakan bahawa yang dimaksud dengan berita yang gembira di dunia ialah turunnya malaikat untuk menyampaikan berita gembira kepada seseorang mukmin yang sedang sakaratul maut.
3. Ada pula yang mengatakan bahawa yang dimaksud dengan berita yang gembira di dunia ialah turunnya malaikat kepada seorang mukmin yang sedang sakaratul maut yang memperlihatkan tempat yang akan disediakan baginya di dalam syurga, seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt.:
[7]. Hadis riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, menurut Al Hakim hadis ini sahih
“Para malaikat turun kepada mereka sambil mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu susah dan bergembirakah kamu dengan syurga yang pernah dijanjikan kepada kamu”[8]
[8]. Surah Fushshilat: 62
4. Ada yang mengatakan bahawa yang dimaksudkan dengan berita yang gembira di dunia ialah pujian dan kecintaan dari orang banyak kepada seorang yang suka beramal saleh, seperti yang disebutkan dalam hadits berikut:
“Abu Dzar menuturkan bahawa ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah: “Apakah pandanganmu jika ada seseorang yang suka beramal saleh, sehingga ia dipuji oleh orang ramai?” Sabda beliau: “Itu adalah berita gembira kepada seorang mukmin.”
5. Ada yang mengatakan bahawa yang dimaksudkan dengan berita yang gembira di dunia ialah karamah dan dikabulkannya segala permintaan seorang mukmin ketika ia masih di dunia, sehingga segala keperluannya dipenuhi oleh Allah dengan segera. Seorang ulama berkata: “Jika seorang mukmin rajin beribadah, maka hatinya bercahaya, dan pancaran cahayanya melimpah ke wajahnya, sehingga terlihat pada wajahnya tanda khusyu’ dan tunduk kepada Allah, sehingga ia dicintai dan dipuji oleh banyak orang, itulah tanda kecintaan Allah kepadanya, dan itulah berita gembira yang didahulukan baginya ketika ia di dunia.”
Semua keterangan di atas adalah benar. Sedangkan berita gembira yang sebenarnya adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada seorang mukmin untuk rajin beribadah dan keasyikannya untuk beramal saleh. Manakala, yang dimaksudkan dengan berita gembira di akhirat ialah:
1. Syurga beserta segala macam kesenangannya yang bersifat abadi, seperti yang disebutkan dalam firman Allah yang ertinya:
“Iaitu pada hari ketika kamu melihat orang mukmin lelaki dan perempuan, sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka):
“Pada hari ini ada berita gembira untukmu, iaitu syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah kejayaan yang besar.”[9]
[9]. Surah Al Hadiid: 12
2. Ada yang mengatakan bahawa yang dimaksudkan dengan berita gembira di akhirat ialah sambutan baik dari para malaikat kepada kaum Muslimin di akhirat, iaitu ketika mereka diberi berita gembira dengan keberhasilan, diputihkannya wajah-wajah mereka dan diberikannya buku catatan amal-amal mereka dari sebelah kanan dan disampaikannya salam dari Allah kepada mereka dan beberapa berita gembira yang lain.
TANDA-TANDA WALI ALLAH
1. Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah swt.
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingati mereka.”[10]
[10]. Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6
Dari Said ra, ia berkata: “Ketika Rasulullah saw ditanya: “Siapa wali-wali Allah?” Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”[11]
[11]. Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).
2. Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.
Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya: “Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?” Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para pelita ilmu.”[12]
[12]. Hadis riwayat Nasa’i, Al Bazzar dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah jilid I hal. 6
3. Mereka bertakwa kepada Allah.
Allah swt berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat”[13]
Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: “Tanda-tanda kewalian seseorang adalah redha dengan qadha, sabar dengan cubaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah ketika ditimpa bencana.”[14]
[13]. Surah Yunus: 62 - 64
[14]. Hadisriwayat.Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104
4. Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.
Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”
Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah mahupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbarmimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.”
Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”[15]
[15]. Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5
5. Mereka selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah saw bersabda:
“Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.”[16]
“Rasulullah saw bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana takut akan shubhahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”[17]
[16]. Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’
[17]. Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya
7. Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya:
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”[18]
[18]. Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6
8. Hati mereka tidak pernah lepas/lalai sedikitpun dari mengingat Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’I kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”[19]
[19]. Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80
9. Mereka senang bermunajat di akhir malam.
Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham kepada para siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. “ Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?”
Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untukKu. Mereka rindu dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan: Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?”[20]
[20]. Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358
10. Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang.Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya:“Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.”[21]
[21]. Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16
11. Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda:“Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”
Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami.” Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.
Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
12. Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.
Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan:
“Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada telinga seorang yang pengsan, maka dengan izin Allah, orang itu segera sedar, sehingga Rasuulllah saw bertanya kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?” Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah:“Afahasibtum annamaa khalaqnakum‘abathan” sampai akhir surah.” Maka Rasul saw bersabda: “Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”[22]
[22]. Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilya jilid I hal 7
BAGAIMANAKAH SESEORANG ITU MENJADI WALI ALLAH
Sesesorang itu menjadi wali dengan salah satu dari dua cara iaitu:-
1. Karena Anugrah Allah
Adakalanya seorang menjadi wali kerana mendapat kurnia dari Allah meskipun ia tidak pernah dibimbing oleh seorang syeikh mursyid. Allah berfirman:
“Allah menarik kepada agama ini orang yang di kehendakiNya dan memberi petunjuk kepada agamaNya orang yang suka kembali kepadaNya.”[23]
[23]. Surah A-Syuara’ : 13
2. Karena ketaatanya dalam beribadah
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:
“Allah berfirman: “Seorang yang memusuhi waliKu, maka Aku akan mengumumkan perang kepadanya. Tidak seorang pun dari hambaKu yang mendekat dirinya kepadaKu dengan amal-amal fardhu ataupun amal-amal sunnah sehinggai Aku menyayanginya. Maka pendengarannya, pandangannya, tangannya dan kakinya Aku beri kekuatan. Jika ia memohon sesuatu atau memohon perlindungan, maka Aku akan berkenan mengabulkan permohonannya dan melindunginya. Belum Aku merasa berat untuk melaksanakan sesuatu yang Aku kehendaki seberat ketika Aku mematikan seorang mukmin yang takut mati, dan Aku takut mengecewakannya.”[24]
[24]. Hadis riwayat Al-Bukhari
APAKAH SEORANG WALI MENGETAHUI BAHAWA DIRINYA SEORANG WALI?
Tentang hal ini, para ulama mempunyai dua pendapat. Di antara mereka, ada yang berpendapat bahawa :
1. Seorang wali tidak mengetahui
bahawa dirinya adalah seorang wali. Sebab, ada kemungkinan pengetahuannya
tentang dirinya dapat menghilangkan rasa takutnya kepada Allah dan ia merasa
senang.
2. Seorang wali tahu bahwa dirinya seorang wali
2. Seorang wali tahu bahwa dirinya seorang wali
Syeikh Al Qusyairi berkata: “Menurut kami,
tidak semua wali mengetahui bahawa dirinya seorang wali. Tetapi ada pula yang
mengetahui bahawa ia adalah seorang wali. Jika seorang wali mengetahui bahwa
dirinya seorang wali, maka pengetahuannya itu adalah sebahagian dari karamahnya
yang sengaja diberikan kepadanya secara khusus.”[25]
[25]. Risalah Al Qusyairiyah jilid II hal 662
[25]. Risalah Al Qusyairiyah jilid II hal 662
Catatan :
Pembahasan diatas adalah gambaran
secara umum menurut pandangan orang-orang pada umumnya, tujuanya agar mudah di
fahami oleh kalangan masyarakat secara umum. Pembahasan mengenai pola pikir
prinsip-prinsip wali Allah pastilah tidak terlepas dari 4 hal ini Syariat, hakikat, tarekat dan ma’rifat.
Manifestasi dari itu akan menghadiahkan ma’rifat, mukasyafah, musyahadah dan mahabbah.
Untuk pembahasan secara khusus
mengenai Wali Allah ini, teman-teman bisa mempelajari kitab-kitab dari kalangan
ulama terdahulu yang mashur (Al-Ghazali, Ibnu Arabi, Ibnu athoillh, As Sya’rani
dan banyak lainya), cari guru (kyai , ulama, ustazd) yang tidak hanya sekedar
alim, tapi juga mulia secara perilaku dan jiwa orang yang luhur yang senang
dengan kebersihan hati.
No comments:
Post a Comment