Ilmu memindahkan jin,
maksudnya menempatkan jin pada tempatnya. Karena tempatnya ilmu itu di hati
melalui mata, pendengaran, pikiran ; maka ilmu ini bahasanya menambahkan cara
pandang kita terhadap mereka. Sebelum diciptakannya manusia, Allah SWT terlebih
dulu menciptakan makhluk lain yang bernama jin.
Sebelum jin, Allah telah menciptakan malaikat,
Allah Sendiri menciptakan sebangsa jin ini untuk menyambah kepada Allah, jin
sendiri di ciptakan dari api seperti juga halnya setan tetapi bedanya mereka
mendapatkan taklif (kewajiban) untuk menerima dan menjalankan syariat Islam,
sebagaimana firman Allah “Aku tidak menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk
beribadah/mengabdi/menyembah kepada Allah”.
“Dan Kami telah menciptakan
jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS.15:)
“Malaikat diciptakan
(sebelumnya) dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan
dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah/lumpur hitam).” ( HR.
Muslim )
Al-Hakim meriwayatkan di dalam
kitab Al-Mustadrak dan menganggap sahih sebuah riwayat dari Ibn Abbas, yang ia
mengatakan, “Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah
di bumi ini.’ Mereka (para malaikat) bertanya, ‘Apakah Engkau akan menjadikan
makhluk yang suka membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah?’ Dua ribu
tahun sebelum itu telah diciptakan jin; mereka membuat kerusakan dan melakukan
pertumpahan darah. Lalu, Allah mengutus tentara dari kelompok malaikat. Para
tentara itu memukul para jin, sehingga mereka terdampar di kepulauan laut.
Karena itu, ketika Allah berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini,’ mereka berkata, ‘Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah,’ sebagaimana yang telah diperbuat oleh para
jin.”
Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim, dan
Abu asy-Syekh (dalam kitan Al-’Azhamah) meriwayatkan dari Abu al-’Aliyah,
“Allah SWT menciptakan malaikat pada hari Rabu, menciptakan jin pada hari Kamis,
dan menciptakan Adam pada hari Jumat. Kemudian, satu kaum dari jin ingkar dan
kafir, sehingga malaikat turun ke bumi lalu memerangi mereka. Jadi, pertumpahan
darah dan kerusakan berlangsung. Karena itu malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau
akan menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah’.”
Dalam kitab Al-’Azhamah, Abu
asy-Syekh berkata, “Saya mendapatkan berita dari Ahmad bin Muhammad
al-Mashahafi, dari al-Bara, dari Abdul Mun’im bin Idris, dari bapaknya, ia
berkata, ‘Wahab menyebutkan dari Ibn Abbas, ia mengatakan, ‘Allah menciptakan
surga sebelum neraka, menciptakan rahmatnya sebelum kemarahan-Nya, menciptakan
langit sebelum bumi, menciptakan matahari dan bulan sebelum bintang-bintang,
menciptakan siang sebelum malam, menciptakan laut sebelum daratan, menciptakan
daratan dan bumi sebelum gunung-gunung, menciptakan malaikat sebelum para jin,
menciptakan jin sebelum manusia, dan menciptakan jenis laki-laki sebelum jenis
perempuan’.”
Jin ada yang kafir
dan ada yang mukmin. Jin yang mukmin bisa juga (dimungkinkan) melakukan ibadah
bersama-sama dengan manusia. Banyak para ulama yang mengatakan bahwa ketika
shalat malam maka dibelakangnya diikuti jin, untuk ikut berjama’ah. Jin juga
mendengarkan Al-Qur’an apabila kitab itu dibacakan oleh manusia, terutama oleh
kyai di waktu malam yang sunyi. Bahkan tak sedikit para kyai di Negara kita ini
yang mempunyai santri jin. Anak-anak jin mukmin disekolahkan ke kyai itu dengan
maksud menimba ilmu pengetahuan agama.
Tersebutlah dalam
suatu riwayat bahwa suatu hari Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya pegi ke
pasar Ukaz. Saat itu ia menjumpai setan-setan yang membawa berita dari langit
dan terkirim juga pancaran api. Namun setan-setan yang membawa kabar dari
langit itu secepat kilat kembali lagi menemui kaumnya.
“Mengapa kalian
tergopoh-gopoh?” tanya diantara kaum setan itu.
“Berita kita
terhalang karena tidak sampai ke bumi,” jawab setan yang telah kembali
tersebut.
“Berita dari langit
terhalang karena mungkin ada suatu kegiatan atau peristiwa yang
menghalang-halanginya. Untuk itu cobalah kalian memeriksa ke segala penjuru
dunia, dan berkelilinglah ke penjuru barat dan timur!” perintah iblis kepada
anak buahnya.
Maka setan-setan
(tentara setan) itu pun berkeliling ke penjuru barat dan timur. Mereka
melintasi jalan Thiamah lewat di mana Nabi Muhammad sedang mengerjakan shalat
subuh bersama para sahabat. Saat itu Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
dan setan-setan itu mendengarkan. Setelah ayat Al-Qur’an itu selesai dibaca
maka setan berkata kepada temannya, “Kiranya inilah yang menyebabkan kita semua
terhalang mendapatkan berita langit.”
Kemudian setan-setan
itu kembali kepada kaumnya seraya berkata: “Wahai kaum kami, kita telah
mendengarkan Al-Qur’an yang amat mengagumkan dibaca. Ia memberi petunjuk kepada
kebenaran, maka kitapun harus beriman kepadanya dan kita tidak akan
menyekutukan sesuatu pun dengan tuhan kita!”
Sesungguhnya Nabi
tidak mengetahui kalau jin-jin itu mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang beliau lakukan.
Namun karena Allah berfirman: yang artinya Katakanlah (wahai Muhammad) “Telah
diwahyukan kepadaku bahwasannya telah mendengar sekelompok jin akan bacaan
Al-Qur’an.”
Sahibul hikayat
(sebuah riwayat) menerangkan bahwa suatu ketika Shofwan bin Mahrozi Al Mazini
pernah sembahyang malam (tahajud). Tiba-tiba terdengar di belakangnya suara
rebut-ribut. Hal ini membuat Shofwan jadi tidak tenang. Namun tiba-tiba ada
suara yang menyerukan kepada dirinya: “Wahai hamba Tuhan, janganlah engkau
merasa takut kami adalah saudara-saudara sendiri yang ingin beribadah
bersamamu. Yakni shalat tahajud. Setelah itu ia merasa tenang kembali.
Suatu ketika jin
Ifrit datang dan berusaha membatalkan shalat Rasulullah. Sebab saat itu
Rasulullah sedang melakukan shalat. Tetapi Rasulullah tak tergoda sama sekali
bahkan bisa memegang jin Ifrit tadi. Rasulullah bermaksud mengikat pada tiang
masjid namun dibatalkan dan jin Ifrit itu pun dilepaskan. Cerita ini bersumber
dari sabdanya sendiri yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra sebagai berikut:
“Sesugguhnya Ifrit
berusaha dengan penuh kesungguhan untuk membatalkan shalatku. Tetapi Allah Swt
memberikan kemenangan kepadaku atasnya (atas godaan tersebut). Dengan demikian
aku dapat menolaknya dengan keras. Setelah aku dapat memegangnya aku bermaksud
mengikatnya pada tiang masjid sehingga kamu semua dapat melihat jin Ifrit itu.
Tetapi tiba-tiba aku teringat do’a sahabatku Nabi Sulaiman: “Ya Tuhanku,
ampunilah aku dan anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh
seorang jua pun sesudahku.” Maka jin yang kupegang itu kulepaskan.”
Dari hadits dan
riwayat diatas maka tidak menutup kemungkinan apabila jin yang mukmin mengikuti
kita shalat dibelakang. Lalu bagaimana hukumnya jika jin turut beribadah
bersama manusia? Apabila suatu ketika jin ikut bersembahyang jama’ah dengan
manusia maka hukumnya boleh atau sah. Sebab suatu waktu (suatu ketika) Nabi
Muhammad ditanya oleh jin: “Bagimana keadaan kami yang ingin melakukan
sembahyang bersamamu di masjidmu, sedangkan kami jauh dari masjidmu wahai
Rasulullah?” Dari pertanyaan itu maka turunlah firman Allah kepada Nabi
Muhammad: “Dan sesungguhnya
masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah
seseorangpun didalamnya disamping (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin : 18)
Riwayat tersebut
diatas yakni pertanyaan jin kepada Rasulullah itu dirawikan oleh Said bin
Jubair. Dan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya ia mengisahkan pertemuan jin dengan
Rasulullah ketika melakukan shalat. Diantara cuplikan kisah yang diceritakan
Ibnu Mas’ud adalah sebagai berikut:
Ketika pertemuan
dengan jin itu berlangsung sampai selesai, maka ada dua orang diantara mereka
tertinggal. Lalu berkata kepada Rasulullah:
“Wahai Rasulullah
kami ingin melakukan shalat subuh bersamamu.”
“Apakah engkau
membawa air?” tanya Rasulullah kepada Ibnu Mas’ud seraya mengalihkan pandangannya.
“Tidak ada air ya
Rasulullah, yang ada satu bejana yang berisi anggur,” jawab Ibnu Mas’ud.
“Buah yang bagus dan
air yang suci dan mensucikan,” gumam Rasulullah. Lantas beliau berwudlu dari
air itu dan melakukan shalat.”
Setelah beliau
melakukan shalat lantas ada dua orang yang meminta harta benda sebagai bekal
mereka.
“Apakah belum
kuperintahkan untuk mengambil sesuatu yang baik bagimu sebagai bekalmu dan
kaummu?” tanya Rasulullah pada dua orang tadi.
“Benar ya
Rasulullah, tetapi kami ingin sekali melaksanakan shalat bersamamu,” jawab
diantara salah satu orang tersebut.
“Dari daerah mana
engkau berasal?” tanya Rasulullah.
“Dari daerah
Nashibin,” jawab orang itu, maka Rasulullah pun bersabda:
“Berbahagialah
sekali dua orang jin ini dan kaumnya, dan diperintahkan kepada mereka untuk
menjadikan kotoran tulang sebagai makanan dan lauknya dan melarang bersuci
dengan tulang dan kotoran.”
Jin
terkomposisi dari unsur api, ibarat
nyala api akan bertambah besar/hebat jika di kasih gas (minyak tanah, premium,
aftur dll), begitu juga bangsa jin mereka juga butuh makan untuk mendapatkan
energi dengan cara menyerap kandungan
gas/uap dari kotoran, tulang, bunga dll
Dengan demikian maka
jelaslah bahwa jin itu shalat bersama manusia (kadangkala). Dan hukumnya adalah
syah. Jin yang demikian ini berarti jin yang mukmin. Namun adapula jin yang
jahat dan kafir. Jin yang jahat dan kafir inilah cikal bakal sebagai pembantu
dukun dan tukang sihir untuk mencelakakan dan mengganggu manusia. Jin kafir
adalah suatu tenaga-tenaga yang terampil dan sangat cocok sebagai persekutuan
dalam ilmu perdukunan.
Jin yang kafir
derajatnya sama dengan Iblis atau setan. Dimana pekerjaannya hanya suka
menimbulkan kerusakan-kerusakan. Mereka senang melanggar aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh Allah. Jin-jin yang sudah demikian ini akan bersekutu dan
bekerja sama dengan dukun-dukun, serta ahli sihir untuk membantu pekerjaannya.
Jin ini akan mau diperintahkan dan diminta tolong untuk mengintip rahasia dunia
yang berada di langit. Jin yang demikian ini tak segan-segan dan tak akan
membantah perintah dukun dalam mencabut nyawa manusia dan mencelakakannya.
Jin kafir senang
mengganggu, menyusup pada jiwa raga agar keluarganya menjadi tidak tenang. Cara
lain yang sering dilakukan jin ialah dengan memukul, menjerumuskan ketika
seseorang sedang berjalan dan membuat ketakutan agar manusia jadi stres. Bahkan
jin juga bisa atau mau disuruh mencuri barang-barang milik orang lain.
Kisah-kisah
tentang jin di dunia ada yang bernama vampir, pocong, kuntil anak, gondoruwo
beda negara beda nama dan juga beda ceritanya, mereka juga ada yang kuat, ada
yang lemah, ada yang pandai juga ada yang bodoh seperti halnya manusia. Mereka
tidak akan bisa memberikan manfaat atau mudharat sedikit pun kepada manusia, dan apa-apa yang terjadi atau menimpa manusia dan jin
baik ataupun buruk semuanya tidak terlepas dari Qodlo dan Qodar dari aja
wajalla.
Tetapi
kita bisa mengambil hikmah dari penciptaan dan keberadaan mereka, karena segala
sesuatu yang Allah ciptakan pasti mengandung hikmah (ada manfaat dan tujuanya)
ilmunya ada pada Allah. Tetapi mengenai keberadaan mereka, semua sepakat bahwa
mereka sama-sama makhluk mukallaf – yang terkena hukum wajib menyembah dan
beribadah kepada Allah – seperti kita manusia []
No comments:
Post a Comment