Kali ini saya mau share informasi yang berhasil saya copas dari blog tetangga, mengenai kebenaranya terserah teman teman mau mempercayainya 100%, 75%, 50% saya gak bisa maksa he... he..., beda soal
rukun iman ada 6 kalian wajib percaya karena ini keharusan, ini saya akan
memaksa kalian untuk percaya 100% he... he... untuk yang beragama lain lakum
dinukum walyadien maksudnya bagiku Islam agamaku, bagimu agama u......
Jangan Terjerumus Ke Dalam Jebakan
Politik Kesalahan paling buruk, tapi sering dilakukan para analis politik
adalah “hanya bertumpu pada hal-hal yang tampak di depan mata, atau
madhahir-nya belaka, tanpa menyelami secara mendalam hakekat yang
disembunyikan. Faktor kesalahan lain yang sering mendominasi cara
berfikir politik seseorang adalah memisahkan analisanya dengan ideologi serta
kecenderungan politik sebuah negara. Sebagai contoh, ketika pecah perang
antara negara-negara Arab dengan Israel pada tahun 1948, 1967, dan tahun-tahun
setelahnya, banyak orang menyimpulkan bahwa negara Arab telah bersatu hendak
melenyapkan eksistensi Israel. Simpati dan dukungan pun ditumpahkan
kepada para penguasa-penguasa khianat itu. Mengapa bisa
begitu? Sebab, kebanyakan orang hanya bertumpu pada madhahir-nya belaka,
yakni bergeraknya pasukan negara Arab, hancurnya alat-alat perang, serta
jatuhnya korban dari kaum Muslim.
Padahal,siapa saja yang memperhatikan dengan seksama peristiwa itu akan
mudah menyimpulkan bahwasanya perang tahun 1948 dan 1967 hanyalah sandiwara
licik yang digelar para penguasa Arab, Israel, dan negara-negara barat untuk
mengokohkan eksistensi negara Yahudi di Palestina.Banyak wilayah yang akhirnya
diserahkan kepada Israel. Setelah itu, penguasa-penguasa Arab diam seribu
bahasa, dan menyalurkan kemarahan kaum Muslim pada batas-batas kendali mereka.
Kaum Muslim masih ingat, ketika pasukan Israel membombardir pasukan
Yordania,tapi perintah untuk menyerang tidak pernah turun dari penguasa
Yordania. Begitu pula, Mesir, Suriah, dan negara-negara Arab
lainnya. Mereka menjerumuskan pasukannya sendiri pada lembah
kehancuran. Begitu pula faksi-faksi bersenjata yang dibentuk oleh
penguasa-penguasa Arab untuk menutupi pengkhianatan mereka pada tahun 1967,
akhirnya mereka berangus sendiri. Ingatan kaum Muslim masih lekat
dengan peristiwa Black September, yang mana faksi-faksi bersenjata yang
dibentuk untuk memerangi Israel, dikejar-kejar dan dibunuhi oleh
tentaraYordania. Lantas, masihkah orang beranggapan bahwa
penguasa-penguasa itu benar-benar hendak melenyapkan eksistensi Israel?
Di negeri ini, ketika terjadi konfrontasi dengan Malaysia pada masa Soekarno,
banyak faksi-faksi bersenjata di perbatasan yang dibentuk oleh pemerintah untuk
memerangi Malaysia. Tetapi, karena keputusan politik di Jakarta, perang
itu akhirnya dihentikan oleh pemerintah. Sementara itu, faksi-faksi
bentukan pemerintah yang terus berperang melawan pemerintah Malaysia, akhirnya
diperangi sendiri oleh TNI AD.
Sejarah terbentuknya negara-negara di Timur Tengah, mulai dari Saudi
Arabia, Yordania,Turki, Emirat, Kuwait, dan lain-lain, adalah sejarah
pengkhianatan dan persekongkolan. Negara-negara ini adalah bentukan
barat. Banyak orang lupa, bahkan dibuat lupa dan tidak tahu, bahwasanya
negara-negara brengsek itu dahulu kala tidak pernah ada dalam peta kaum
Muslim.Yang dikenal oleh umat Islam adalah jazirah Arab, jazirah Syam, Maghrib,
Haramain, dan lain sebagainya. Dahulu, wilayah jazirah Arab, Syams,
Iran, dan Iraq, Afrika, bersatu dalam kepemimpinan Islam tunggal, Khilafah
Islamiyyah. Namun, ketika nasionalisme dipropagandakan secara massif di
dunia Islam, maka lambat laun, perlahan-lahan tapi pasti,musuh-musuh Islam
berhasil menghancurkan kesatuan dan persatuan umat Islam.
Khilafah Islamiyyah yang awalnya mampu menaungi seluruh kaum Muslim dan
menyatukan mereka dalam bendera tauhid; berhasil diruntuhkan melalui
persekongkolan dan intrik paling busuk. Kekuasaan Islam, yang di masa ‘Utsman
bin ‘Affan ra, mencapai pegunungan Kaukasus hingga Sovyet, dipecah belah
menjadi negara-negara bangsa yang tegak di atas pandangan ‘ashobiyyah dan
sekulerisme. Sistem pemerintahan ajaran orang kafir –demokrasi-sekuler–,
dijadikan dasar dalam praktek-praktek pemerintahan dan kenegaraan.
Dalam lintasan sejarah paling kelam, para penguasa negara-negara bentukan
barat itu memerankan dirinya sebagai penjaga setia kepentingan barat di dunia
Islam, bahkan kadang-kadang harus memerankan dirinya sebagai algojo yang dengan
penuh ketegaan membunuhi,memenjara, dan menyiksa aktivis-aktivis yang anti
barat dan pro Islam. Sikap mereka terhadap Israel, dan terhadap setiap
eskalasi yang merugikan kaum Muslim, seperti invasi Amerika dan negara-negara
barat ke Irak, dan negara-negara Timur Tengah lainnya, juga menjadi dalil
paling kuat atas pengkhianatan mereka terhadap kaum Muslim.
Lantas, bagaimana kita bisa mempercayai setiap tindakan politik mereka
serta opini yang mereka hembuskan melalui media-media yang setali tiga uang
dengan barat. Realitas inilah yang mengharuskan para analis untuk
membangun analisa politiknya berdasarkan sudut pandang yang lurus, yakni fakta
dan tendensi politis sebenarnya, serta mizan sejati kita, ‘aqidah dan syariah.
Menyingkap Sikap Iran Serta Relasinya Dengan Israel, AS, dan Negara Timur
Tengah
Iran sejak masa Reza Pahlevi telah memerankan peran pentingnya dalam
menjaga kepentingan Amerika Serikat. Ketika Perdana Menteri
Mossadegh memiliki control kuat atas pemerintahan Iran, ia mengeluarkan
kebijakan nasionalisasi minyak Iran. Akibatnya, perusahaan-perusahaan
minyak AS, Perancis, dan Belanda, terpaksa harus hengkang dari Iran. Kebijakan
ini tentu saja mengusik kepentingan AS di Iran. Amerika Serikat, lalu
membujuk Reza Pahlevi, yang saat itu tinggal di Baghdad segera mengeluarkan
dekrit untuk membubarkan pemerintahan Mossadegh. Akhirnya, pada
tanggal 19 Agustus 1953, dekrit pembubaran diberitakan di seluruh media massa,
yang diikuti oleh rusuh massa di Iran. Kerusuhan itu memaksa Mossadegh
melepaskan jabatannya sebagai Perdana Menteri, dan diganti oleh Jenderal
Zahedi. Setelah dekrit itu, Reza Pahlevi kembali ke Iran, dan mengucapkan
ucapan terima kasih kepada AS dan Inggris. Sebagai imbalan, ia
mengijinkan AIOC untuk kembali mengelola minyak Iran, bersama lima perusahaan
minyak AS, 1 perusahaan minyak Perancis dan Belanda, SHELL.
Selama kekuasaan Reza Pavlevi, AS tetap ikut campur terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah Iran. Salah satunya adalah kebijakan
membentuk SAVAK, yaitu satuan polisi rahasia yang secara efektif membunuhi
ribuan rakyat Iran yang anti pemerintahan Pahlevi. SAVAK sendiri berdiri
atas dukungan dan rancangan CIA. Amnesty Internasional mencatat bahwa
Iran memiliki tahanan politik berjumlah 2.200 pada tahun 1978.
Hanya saja, ketika Reza Pahlevi sudah mulai membuat ulah yang mengganggu
kepentingan AS dan Israel, maka AS dan Israel segera bertindak. AS harus
segera melengserkan Pahlevi, dan mencari pengganti Pahlevi, yang dicintai
rakyat Iran, tetapi bisa tetap menjaga kepentingan AS di Iran dan Timur
Tengah.
Operasi menjatuhkan Pahlevi pun digelar, Jadi kita jangan terkecoh, atau
membuat silogisme sederhana; bahwa orang yang menjungkalkan Pahlevi secara
otomatis adalah musuh Amerika, atau tidak mungkin dibantu AS; hanya dengan
bersandar pada alasan: Pahlevi adalah pro AS, dan AS menjatuhkan Pahlevi.
AS dan Barat adalah negara-negara bajingan dan brengsek yang tidak akan
berfikir seribu kali untuk menjungkalkan “penguasa antek-anteknya”.
Berikut ini adalah fakta-fakta yang tidak mungkin bisa dibantah, pada saat
Khomeini berada di Perancis, yakni di Neauphle-le-Chateau; ia sering dikunjungi
delegasi gedung putih dan terjadi kerjasama dengan Amerika Serikat. Pada
tanggal 1 Desember tahun 2000, fakta itu terungkap lewat mulut Presiden Iran
Abu al-Hasan Banu Shadr (1980-1981). Ia mengatakan bahwa delegasi gedung
putih datang ke Neauphle-le-Chateau, tempat Khomeini tinggal, dan ditemui oleh
Yazdi, Bazarkan,Musavi, dan Erdibily. Pertemua kedua belah
pihak tidak hanya terjadi sekali. Dari beberapa pertemuan tersebut ada
sebuah pertemuan penting dan terkenal, yaitu pertemuan di daerah Suburbant,
Perancis. Di dalam pertemuan itu disepakati perjanjian-perjanjian antara
kelompok Reagen dan Bush dengan kelompok Khomeini. Khomeini menyatakan
siap bekerjasama dengan AS, asalkan AS tidak mencampuri urusan dalam negeri
Iran. Setelah itu, pada tanggal 1 Pebruari 1979, Khomeini pulang ke
Iran. AS pun menekan Shahpour Bakhtiyar untuk menyerahkan
kekuasaannya, dan mengancam panglima militer Iran jika menghalangi jalan
Khomeini.
Bukti persekongkolan licik nan jahat antara Khomeini dan AS juga
terwajahkan pada konstitusi Iran, yang menjadikan Iran sebagaimana negeri
Republik Iran yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Adapun pasal
yang menyatakan “Agama resmi Iran adalah Islam dan Madzhab Ja’fariy Itsna ‘Asyar”,
maka hal itu hanya pampangan kosong yang menipu. Seperti konstitusi di
beberapa negeri Islam lain, yang mencantumkan asas Islam, tetapi pada
prakteknya tidak sama sekali.
Begitu pula pencantuman madzhab Syi’ah dalam konstitusi negara; faktanya,
bentuk negara dan sistem pemerintahan, dan mekanisme pemerintahan tidaklah
merujuk pada madzhab ini, tetapi tetap merujuk pada
demokrasi-kapitalisme. Sama seperti negara Saudi Arabia, yang
mencantumkan madzhab Hanbali. Namun faktanya, mereka tidak menjadikan
negara Saudi tegak di atas ajaran-ajaran madzhab Hanbali. Pencantuman
madzhab seperti ini dalam konstitusi negara, baik di Saudi, Iran, dan negeri
lain, lebih ditujukan agar penguasa boneka itu mendapat dukungan dari kelompok
tertentu didalam negeri.
Pada akhir tahun 1989, masyarakat Azerbaijan berusaha memisahkan diri dari
kungkungan Rusia, dan hendak menyatukan diri dengan Iran. Mereka
menghancurkan perbatasan dengan Iran demi bersatu dengan Iran. Pada awal
tahun 1990, Rusia membantai penduduk Azerbaijan, dan menghalangi maksud mereka
yang ingin bersatu dengan Iran. Lalu, apa yang dilakukan Iran.
Ternyata Iran diam seribu bahasa, dan sama sekali tidak mengulurkan tangannya
untuk membantu orang-orangAzerbaijan. Padahal, mayoritas penduduk
Azerbaijan adalah Muslim dan pengikut madzhab pemerintahan Iran. Iran juga
tidak membantu Azerbaijan pada saat Armenia–yang disokong oleh Rusia– mencaplok
20% wilayah Azerbaijan dan membantai penduduknya; serta mengusir bangsa Azer
dari wilayahnya, pada tahun 1994.
Apa yang dilakukan Iran? Ternyata, Iran lebih suka mengembangkan
hubungan dengan Armenia dibandingkan dengan Azerbaijan. Bahkan, Iran
mendukung kelompok yang tidak ada kaitannya dengan Islam, seperti kelompok
Michael Aon dan gerakan sekuler seperti gerakan Nabih Berry, dan
gerakan-gerakan lain di Lebanon yang berada dalam kendali AS. Di Lebanon, Iran
mendirikan partai dari madzhab Syiah dan mempersenjatai mereka. Partai
bersenjata ini akhirnya menjadi “pasukan non pemerintah” yang terpisah dengan
militer Lebanon. Anehnya, pemerintah Lebanon pun mengakui eksistensi
mereka, dan persenjataan mereka. Namun, pemerintah tidak mentolerir
partai-partai lain memiliki persenjataan. Tahukah Anda? Pemerintah
Lebanon adalah rejim sekuler yang mengikuti garis kebijakan Amerika
Serikat. Perlu diketahui juga, partai yang didirikan Iran di
Lebanon memberikan dukungan kepada rejim Suriah, Bashar Asad. Bahkan,
partai ini melakukan intervensi ke Suriah untuk memberikan dukungan yang
memadai bagi militer Bashar Asad melawan mujahidin Suriah. Apa yang
dilakukan pemerintah Lebanon? Ternyata, pemerintah Lebanon yang berada di bawah
control Amerika Serikat itu tidak melarang intervensi partai Iran di Lebanon
ini? Mestinya, jika AS benar-benar memusuhi Bashar Asad, ia bisa saja
memerintahkan penguasa Lebanon menghalangi dan melarang intervensi partai Iran
tersebut ke Suriah.
Pada saat AS menduduki Irak, AS mendapat perlawanan mati-matian dari kaum
Muslim Irak. Bahkan, AS berada dalam jurang kehancuran akibat perlawanan
sengit para mujahidin Irak. Iran pun masuk ke Irak untuk membantu AS;
dengan cara,mempengaruhi orang-orang yang berafiliasi pada madzhab Iran (Syiah)
untuk menghentikan perlawanan terhadap pendudukan AS, serta memberikan sokongan
kepada rejim bentukan AS di Irak. Ini terjadi pada tahun 2005. Pada
saat itu, Amerika Serikat memberikan mandat kepada partai yang pro kepada Iran
untuk menduduki tampuk kekuasaan di Irak, dengan pimpinan Ibrahim al-Ja’fariy,
lalu berikutnya al-Malikiy. Pemerintahan ini didukung oleh AS dan terikat penuh
dengan AS. Pemerintahan Maliki yang didukung Iran menandatangani
perjanjian keamanan dan perjanjian strategis lain dengan Amerika Serikat untuk
menjaga control AS di Irak, pasca berakhirnya pendudukan di Irak.
Pejabat-pejabat pemerintahan Iran mengakui adanya kerjasama antara Iran
dengan AS untuk menjaga stabilitas dan pengaruh AS di Irak. Ketika
Ja’fariy terpilih, menteri luar negeri Iran waktu itu, Kamal Kharazi langsung
mengunjungi Baghdad pada tahun 2005; pada saat puncak pendudukan terjadi di
Irak. Keduanya (Ja’fariy dan Kamal Kharaziy) mengecam perlawanan terhadap
pendudukan AS dengan mengatasnamakan “mengecam kelompok teroris “.
Al-Ja’fariy juga berkunjung ke Iran untuk menandatangani sejumlah
perjanjian strategis seperti perjanjian untuk mengokohkan stabilitas keamanan,
memonitor lalu lintas perbatasan, mengaitkan sambungan listrik antara Bashrah
dengan Iran, membangun jalur pipa antara Bashrah dan Abdan, dan
lain-lain. Presiden Ahmadinejad, pada awal tahun 2008 mengunjungi
Irak. Ahmadinejad yang dalam statementnya selalu menyerang dan anti
Amerika dan Yahudi, ternyata hanya berhenti pada batas statement belaka, tanpa
diiringi tindakan nyata.
Bahkan fakta menunjukkan persekongkolan dirinya dengan
AS. Dua minggu sebelum meninggalkan tampuk kekuasaan, Ahmadinejad
mengunjungi Irak dan memberikan dukungan pada rejim Maliki yang tunduk pada AS
dan setia menjaga pengaruh AS di Irak. Ahmadinejad juga melakukan
kunjungan ke Afghanistan tahun 2010. Saat itu Afghanistan masih dalam
pendudukan AS dan Ahmadinejad memberikan dukungan kepada rejim Hamid Karzai
jongosnya AS.
Iran juga melakukan hal yang sama di Yaman. Iran mendukung kelompok Houthi
dan mempersenjatai mereka untuk menentang rejim Saleh, antek
Inggris. Iran juga mendukung para aktivis gerakan sekuler Yaman
yang menyerukan pemisahan, padahal aktivis-aktivitas itu adalah antek-anteknya
AS, yang ingin membentuk sistem sekuler yang loyal terhadap AS.
Iran juga memberikan bantuan kepada AS saat pendudukannya di Afghanistan.
Iran juga menyokong konstitusi yang ditetapkan Amerika. Iran juga mendukung
pemerintahan Karzai yang dibentuk oleh AS. Iran juga menjamin Afghanistan
Utara, ketika AS gagal mengalahkan Taliban. Mantan presiden Iran, Ali
Rafsanjani berkata, “Seandainya kekuatan kami tidak membantu dalam memerangi
Taliban, niscaya orang-orang Amerika akan terjatuh dalam lumpur
Afghanistan”.(Al-Sharq al-Awsath, 9/2/2002).
MohammadAli Abtahi, wakil mantan presiden Iran, Khatami untuk urusan
perundang-undangan dan parlemen, dalam Konferensi Teluk dan Tantangan Masa
Depan, yang diselenggarakan di Emirat Abu Dhabi, 13/1/2004 berkata, “Seandainya
tidak ada kerjasama Iran, niscaya Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh dengan
begitu mudah. Tetapi, sebagai balasannya, kami dimasukkan dalam poros
kejahatan”. (Islam On Line, 13/1/2004). Presiden Ahmadinejad juga
mengulang-ulang pernyataan itu dalam kunjungannya ke New York, untuk menghadiri
Sidang Umum PBB. Dalam pertemuannya dengan surat kabar NewYork Times, 26/9/2008,
ia menyatakan, “Iran memberikan tangan bantuan kepada Amerika Serikat dalam hal
yang berkaitan dengan Afghanistan.
Dan hasil dari bantuan-bantuan itu, presiden Amerika mengarahkan
ancaman-ancaman langsung untuk melancarkan serangan militer terhadap
kami. Sebagaimana negeri kami juga memberikan bantuan kepada Amerika
dalam mengembalikan ketenangan dan stabilitas ke Irak”.
Terhadap program nuklir Iran, AS berkali-kali menghalangi negara Israel
–atas dorongan dan dukungan negara Eropa–, untuk mengancurkan program nuklir
Iran. Hingga sekarang pun, AS tetap menghalangi entitas Yahudi
menghancurkan program nuklir Iran. Amerika memberi ijin kepada Israel untuk
menyerang instalasi nuklir Irak yang hampir terbangun pada masa Shaddam Husein
pada tahun 1981. Tetapi, AS melarang Israel menyerang instalasi nuklir
Iran yang sudah memurnikan Uranium hingga kadar 20%. Ini menunjukkan
bahwa AS berusaha menjaga eksistensi pemerintahan Iran untuk kepentingan AS di
kawasan Timur Tengah; yaitu agar negara-negara Timur Tengah khawatir dan takut
kepada Iran, yang dengan begitu eksistensi dan kelangsungan militer AS di
kawasan terus terjaga.
Pembicaraan program nuklir Iran sudah berlangsung sejak tahun 2003.
Hanya saja, AS hanya memfokuskan diri pada sanksi, bukan pada pengurangan atau
pelucutan hulu ledak. Hanya saja, AS tidak pernah serius memberikan
sanksi kepada Iran, atau berusaha menyelesaikan masalah program nuklir Iran
dengan tuntas. AS berusaha menakut-nakuti negara-negara Timur Tengah
dengan eksistensi nuklir Iran, untuk menciptakan ketergantungan negara-negara
Timur Tengah terhadap pengaruh dan kekuatan militer AS. Fakta-fakta di atas
setidaknya memberi kesadaran kepada kita, bahwasanya garis kebijakan Iran,
tetap sejalan dengan garis kebijakan AS pada batas-batas tertentu. Untuk
menutupi kebusukan-kebusukan ini semua, Iran terus mendengang-dengungkan
retorika menyebalkan “anti Amerika dan Israel”, yang tidak pernah terbukti pada
tindakan nyata. Seperti orang yang berteriak lantang dengan suara tinggi “jalan
ke kiri”, tetapi, ia berjalan ke arah sebaliknya.
AS Bantah Hubungan dengan Arab
Saudi Renggang
Washington, - Arab Saudi dikabarkan berniat melakukan perubahan
dalam hubungan dengan Amerika Serikat. Saudi ingin menjauh dari AS sebagai
protes atas tiadanya aksi AS terhadap Suriah.
Namun pejabat-pejabat AS bersikeras bahwa hubungan kedua negara tetap kuat.
"Hubungan mendasar dan kemitraan dengan Saudi adalah kuat. Kami menghargai upaya-upaya mereka dalam berbagai isu," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf seperti dilansir kantor berita AFP,Rabu (23/10/2013).
Dikatakan sumber yang dekat dengan kebijakan Saudi seperti dilansir Al-Jazeera, Rabu (23/10/2013), Pangeran Bandar mengatakan pada para diplomat Eropa bahwa Washington gagal bertindak efektif atas krisis Suriah dan konflik Israel-Palestina. Bandar juga menyinggung tentang hubungan AS yang kian dekat dengan Iran.
"Pergeseran dari AS merupakan satu hal yang besar," kata sumber tersebut. "Ini terjadi setelah AS gagal mengambil tindakan efektif atas Suriah dan Palestina," imbuh sumber Saudi itu.
"Hubungan dengan AS telah memburuk belakangan ini, seiring Saudi merasa bahwa AS kian dekat dengan Iran dan AS juga tidak mendukung Saudi selama pergolakan Bahrain," cetus sumber tersebut.
Tidak jelas apakah sikap ini sesuai dengan sikap Raja Saudi, Abdullah.
Mengenai krisis Suriah, pemerintah Saudi dengan tegas mendukung para pemberontak yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad. Saudi pun dilaporkan marah atas keputusan pemerintah AS membatalkan rencana aksi militer terhadap Suriah.
Namun pejabat-pejabat AS bersikeras bahwa hubungan kedua negara tetap kuat.
"Hubungan mendasar dan kemitraan dengan Saudi adalah kuat. Kami menghargai upaya-upaya mereka dalam berbagai isu," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf seperti dilansir kantor berita AFP,Rabu (23/10/2013).
Dikatakan sumber yang dekat dengan kebijakan Saudi seperti dilansir Al-Jazeera, Rabu (23/10/2013), Pangeran Bandar mengatakan pada para diplomat Eropa bahwa Washington gagal bertindak efektif atas krisis Suriah dan konflik Israel-Palestina. Bandar juga menyinggung tentang hubungan AS yang kian dekat dengan Iran.
"Pergeseran dari AS merupakan satu hal yang besar," kata sumber tersebut. "Ini terjadi setelah AS gagal mengambil tindakan efektif atas Suriah dan Palestina," imbuh sumber Saudi itu.
"Hubungan dengan AS telah memburuk belakangan ini, seiring Saudi merasa bahwa AS kian dekat dengan Iran dan AS juga tidak mendukung Saudi selama pergolakan Bahrain," cetus sumber tersebut.
Tidak jelas apakah sikap ini sesuai dengan sikap Raja Saudi, Abdullah.
Mengenai krisis Suriah, pemerintah Saudi dengan tegas mendukung para pemberontak yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad. Saudi pun dilaporkan marah atas keputusan pemerintah AS membatalkan rencana aksi militer terhadap Suriah.
Sebagian Sumber : http://news.detik.com/read/2013/10/23/131342/2393337/1148/as-bantah-hubungan-dengan-arab-saudi-renggang
No comments:
Post a Comment