KH Ahmad
Ishomuddin MAg Bukan kiai jika tak menelan resiko. Itulah yang dialami saat mengasuh rubrik konsultasi fiqih di sebuah surat kabar
Lampung.
Rais Syuriyah PBNU ini menerima pertanyaan tentang hukum
membunyikan sirine sebagai penanda waktu imsak. Usai menjelaskan dalil dan
alasannya, Kiai Ishom menjawab: mubah alias boleh.
Ternyata tak semua orang puas dengan jawaban tersebut. Ya,
esoknya sebuah SMS tak dikenal masuk di HP Kiai Ishom, “Klun… ting…”
Tanpa permisi SMS itu protes begini :
“Kiai, Anda jangan mengajak dan menyebarkan bid’ah. Kalau
menggunakan sirine sebagai tanda imsak itu perbuatan baik, niscaya
Rasulullahlah yang pertama kali menggunakan dan memerintahannya kepada para
sahabat. (Sekedar memberi peringatan!!!).”
Kiai Ishom paham, tiga tanda seru di ujung itu adalah petunjuk
bahwa si pengirim sedang tidak main-main.
Tapi, apa yang terjadi? Kiai Ishom malah SMS balik :
“Kalau memberi peringatan melalui SMS merupakan perbuatan baik,
maka Rasulullah lah yang pertama kali menggunakan dan memerintahkannya kepada
para sahabat. (Sekedar memberi jawaban!!!).” Mendapat jawaban seperti itu, si
pengirim SMS tidak merespon lagi. (Mahbib Khoiron/nu.co.id)
No comments:
Post a Comment